Kamis, 7 Maret 2024 11:14:39 WIB
Sekarang Makin Banyak Orang Muda Enggan Menikah
Sosial Budaya
humaniora/kompas.id/endro
Perempuan Jepang menganggap pernikahan dengan segala kewajibannya akan membatasi kebebasan mereka. FOTO: IDN Times
JAKARTA, Radio Bharata Online - Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, angka pernikahan di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan sejak tahun 2018 sampai 2023. Tahun 2018, angka pernikahan tercatat 2,01 juta pasangan, dan turun menjadi 1,96 juta pasangan pada 2019.
Setelah itu, angka pernikahan kembali turun pada 2020, yakni 1,78 juta pasangan, disusul tahun 2021 dengan 1,74 juta perkawinan, dan 2022 yang mencapai 1,70 juta pasangan. Angka perkawinan di Indonesia kembali turun hingga menjadi 1,58 juta pasangan pada 2023, atau mengalami penurunan sekitar 128.000 pasangan dibandingkan tahun sebelumnya.
Tren penurunan angka pernikahan ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga beberapa negara lain. Tren ini umum terjadi di negara maju di Asia, seperti Jepang dan Korea. Rendahnya minat warga untuk menikah, pada akhirnya memicu permasalahan terkait penurunan angka kelahiran dan krisis populasi di negara-negara tersebut.
Menurut Sosiolog dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Drajat Tri Kartono, perubahan paradigma ini muncul seiring perkembangan privatisasi dalam kehidupan sosial, dan melemahnya ikatan moral maupun kepercayaan pada institusi keluarga.
Dalam sebuah studi yang dilakukannya, Drajat menuliskan, bahwa perempuan makin ingin mandiri dan diakui. Sebab, perempuan memiliki ketidakpercayaan yang cukup besar bila menyerahkan hidupnya kepada institusi keluarga, dengan realitas seperti kekerasan dalam rumah tangga yang jumlahnya semakin tinggi.
Studi menyebutkan, melalui pernikahan, perempuan tidak bisa mengelola waktu dan uangnya sendiri sehingga membuat mereka tidak nyaman. Mereka kemudian membangun otonomi, dengan hidup sendiri dan mandiri. Mereka hanya akan menghubungi teman bila ingin bermain atau bersosialisasi.
Terlepas dari perubahan paradigma ini, Drajat menekankan bahwa keluarga dan pernikahan secara formal, tetap sangat dibutuhkan dalam tatanan sosial bermasyarakat. Menurutnya, keluarga dan pernikahan menjadi pondasi dari masyarakat untuk mewariskan nilai-nilai sosial, pertanggungjawaban terhadap hubungan seksual, dan upaya perlindungan. (kompas.id)
Komentar
Berita Lainnya
Impian Ren Zhe menggabungkan budaya melalui karyanya Sosial Budaya
Selasa, 4 Oktober 2022 17:3:36 WIB
TING BAATAR Delegasi yang mengabdikan diri untuk membantu orang Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 17:36:8 WIB
Kanal Besar Menyaksikan Perubahan Hangzhou dari Pusat Industri Menjadi Permata Budaya Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB
Demam Bersepeda Perkotaan Mencerminkan Pembangunan Yang direncanakan, Beralih ke Gaya Hidup Hijau Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB
Bali memperingati Maulid Nabi 1444 H dengan menampilkan Tari Rodat Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB
Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB
Meningkatnya Populasi panda penangkaran global Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB
80 Persen kapas di Petik oleh Mesin Pemanen di Xinjiang Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB
Musik Tradisional di Kota Es Harbin Daya Tarik Wisata Global Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB
Transformasi Bekas Kompleks Industri di Liaoning Menjadi Taman Budaya Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB
Hong Kong Freespace Jazz Fest hadir kembali, menampilkan Jill Vidal, Eugene Pao dan Ted Lo Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB
Perlindungan Digital Pada Situs Gua Berusia 1600 tahun Di Kota Zhangye Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB
Situs Warisan Budaya, Memperkokoh Kepercayaan Bangsa Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 8:21:51 WIB
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
Wang Yaping: Impian Terbesarku adalah Kembali Terbang ke Luar Angkasa Sosial Budaya
Jumat, 4 November 2022 18:6:41 WIB