Shanghai, Bharata Online - Para akademisi global yang menghadiri Konferensi Dunia Studi Tiongkok yang baru saja berakhir di Shanghai telah menyoroti pentingnya mendorong pembelajaran bersama antarperadaban, sekaligus menekankan bahwa perspektif Tiongkok tentang pembangunan menawarkan pelajaran berharga bagi komunitas internasional.

Edisi kedua Konferensi Dunia Studi Tiongkok berakhir pada hari Rabu (15/10) setelah mengumpulkan sekitar 500 tamu dari lebih dari 50 negara dan wilayah di seluruh dunia.

Bertema "Tiongkok Historis dan Kontemporer: Perspektif Global", konferensi dua hari ini menampilkan berbagai forum, kegiatan, dan pameran yang berfokus pada peradaban perkotaan.

Ratusan pakar, peneliti, dan akademisi internasional terlibat dalam diskusi mendalam, dengan banyak peserta senang berkesempatan untuk bertukar pandangan dan berbagi ide dengan rekan-rekan mereka.

"Menggelar acara seperti ini, yang mempertemukan sekitar 500 akademisi dari seluruh dunia, merupakan kesempatan fantastis tidak hanya untuk membahas posisi Tiongkok di dunia dan perkembangannya, tetapi juga untuk berinteraksi di antara komunitas akademis, yang mempelajari politik global saat ini," ujar Richard Sakwa, Profesor Emeritus Politik Rusia dan Eropa di Universitas Kent.

"Saya pikir ini adalah momen yang luar biasa dalam sejarah untuk berbicara tentang perspektif global dan perspektif Tiongkok tentang bagaimana dunia berkembang dan bagaimana situasi saat ini secara umum. Jadi, saya pikir ini adalah kesempatan besar untuk terus membangun saling pengertian antarperadaban," kata Lucia Neirotti, Eksekutif Kerja Sama Badan Nasional untuk Penelitian dan Inovasi Uruguay.

Konferensi ini juga menyerukan pendalaman studi dan perluasan pengetahuan tentang Tiongkok dalam berbagai topik termasuk sejarah, masyarakat, dan budaya, sementara pencapaian pembangunan negara tersebut juga menjadi perhatian khusus bagi sejumlah peserta.

Beberapa pihak mencatat bahwa perjalanan modernisasi Tiongkok menawarkan wawasan berharga bagi perkembangan negara mereka sendiri, menyoroti peluang kerja sama internasional di bidang-bidang seperti manufaktur, perdagangan, dan teknologi.

"Bagi saya sebagai seorang desainer, jika kita dapat belajar merekayasa produk kita sesuai dengan proses manufaktur Tiongkok, hal itu memungkinkan kita untuk merekayasa produk yang fungsional, estetis, dan juga hemat biaya. Jadi, semakin banyak pemahaman antara Tiongkok dan Irlandia di sektor manufaktur, semakin tinggi kualitas produk yang akan diproduksi dan didistribusikan secara global," ungkap Finn O'Driscoll, Insinyur Desain Industri dari Irlandia.