BEIJING, Radio Bharata Online - Sebuah studi genom manusia purba baru-baru ini yang dilakukan oleh para ilmuwan Tiongkok, telah menjelaskan asal-usul dan sejarah evolusi manusia di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet, Tiongkok.  Study itu  mengungkap sejarah manusia yang mendalam dan beragam di dataran tinggi tersebut.

Dengan mengurutkan genom 97 manusia purba yang berasal dari tahun 5.100 sebelum masehi, dari 30 situs arkeologi yang membentang di dataran tinggi dan terbesar di atas permukaan laut, dan salah satu lingkungan yang paling keras yang pernah ditinggali manusia, para peneliti Tiongkok menemukan bahwa manusia purba yang hidup di dataran tinggi tersebut, memiliki satu asal usul, yakni berasal dari populasi Asia Timur bagian utara.

Ini adalah populasi manusia yang sangat beragam, dan telah terjadi pertukaran serta interaksi yang erat, antara populasi manusia purba di dataran tinggi tersebut, dengan daerah lain selama ribuan tahun.

Studi DNA dari manusia purba di Dataran Tinggi Qinghai-Tibet dengan skala pengambilan sampel terbesar, dan cakupan geografis terluas yang pernah dilakukan, sangat bergantung pada kolaborasi antara berbagai tim arkeologi dan ahli genetika.

Study tersebut, baru-baru ini telah dipublikasikan di jurnal akademis bergengsi, yaitu Science Advances dan Journal of Genetics and Genomics.

Dataran Tinggi Qinghai-Tibet memiliki lingkungan yang dingin dan gersang, dengan ketinggian di atas 4.000 meter di atas permukaan laut. Pertanyaan tentang kapan manusia modern pertama kali menginjakkan kaki di dataran tinggi ini dan menetap secara permanen, merupakan topik yang paling menarik di kalangan akademis.

Dengan mempelajari 128 genom mitokondria dan 97 DNA nuklir selebar genom, yang diambil dari lebih 100 sampel manusia purba, yang dikumpulkan selama lebih dari satu dekade dari berbagai wilayah geografis dataran tinggi, para ilmuwan menemukan, bahwa meskipun terjadi pergeseran lokal di dataran tinggi tersebut dan pengaruh dari wilayah non-dataran tinggi, terdapat kesinambungan genetik yang tinggi sampai saat ini.

Para ilmuwan juga menemukan bahwa interaksi dengan beragam nenek moyang dari daerah tetangga, mempengaruhi populasi dataran tinggi, tetapi pergeseran genetik terbesar disebabkan oleh campuran populasi dari berbagai daerah di dataran tinggi, yang mungkin terkait dengan pergeseran politik berskala besar dimasa lalu.  Global Times