Kamis, 24 November 2022 9:31:45 WIB

Biaya Thanksgiving yang Membengkak Membuat Orang Amerika lebih Risau daripada Berterima kasih
Indonesia

Endro - Radio Bharata Online

banner

Inflasi membayangi Amerika (Ilustrasi : Global Times)

BEIJING, Radio Bharata Online - Pada Thanksgiving tahun ini, orang Amerika mungkin menemukan sangat sedikit hal untuk disyukuri, dan lebih banyak hal yang perlu dirisaukan.

Keluhan ini adalah tentang "Thanksgiving termahal" dalam beberapa dekade, yang telah menggantikan rasa terima kasih pada festival. Pada saat yang sama, orang Amerika harus menanggung pertengkaran terus-menerus antara partai Demokrat dan Republik, yang saling menyalahkan untuk keadaan saat ini.

Namun para ahli Tiongkok memperingatkan bahwa situasi sulit yang telah menjebak orang Amerika, hanyalah puncak gunung es, dan lebih banyak lagi akan muncul, karena sistem negara yang gagal tidak mampu memberikan solusi yang efektif.

Dalam apa yang tampaknya mencari bantuan, Washington sebenarnya berusaha untuk memperbaiki kerja sama ekonomi yang rusak dengan Tiongkok, untuk meredakan tekanan inflasi domestik yang membara.  Dan para ekonom terkemuka AS meminta negara mereka untuk merenungkan perang dagang dengan Tiongkok.

Saat Thanksgiving jatuh pada hari Kamis (24/11), Federasi Biro Peternakan Amerika (AFBF) melaporkan, biaya pesta Thanksgiving klasik untuk 10 orang adalah $64,05 (sekitar satu juta rupiah) untuk tahun ini.  Padahal tahun lalu hanya $53,31 (829 ribu Rupiah). Ini adalah biaya rata-rata tertinggi untuk makan malam Thanksgiving dalam 37 tahun.

Seorang warga California bernama Jane, kepada GT pada Rabu (23/11) mengatakan, selama kurang lebih 5 tahun, dia dan keluarganya biasa menyumbangkan makanan, pakaian, perlengkapan sekolah dll. Meski tidak kaya, tetapi Tuhan telah memberkati keluarganya dengan lebih dari cukup untuk bersyukur.  Tapi tahun ini karena makanan sangat mahal, dia tidak bisa membuat kotak makanan untuk Thanksgiving.

Inflasi membara di AS, mencapai level tertinggi dalam beberapa dekade tahun ini. Tahun ini, Federal Reserve telah menaikkan suku bunga sebanyak enam kali, namun upaya tersebut masih gagal untuk mengendalikan inflasi yang melonjak.

Pada bulan Oktober, indeks harga konsumen, barometer utama inflasi, melonjak 7,7 persen dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu. Ekonom memperkirakan kenaikan tahunan mencapai 7,9%, menurut index Dow Jones.

Lü Xiang, peneliti di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok kepada GT mengatakan, penderitaan ekonomi AS saat ini hanyalah puncak gunung es, karena negara itu akan memasuki resesi de-facto selama kuartal pertama atau kedua tahun depan.

Inflasi juga menjadi titik fokus perselisihan antara partai Demokrat dan Republik. Media AS melaporkan bahwa melonjaknya inflasi adalah masalah utama bagi banyak pemilih menjelang paruh waktu, dengan sebagian besar mengatakan Partai Republik akan melakukan pekerjaan yang lebih baik untuk menangani masalah tersebut.

Sementara Pakar Tiongkok menyebutkan, bahwa orang Amerika mengabaikan banyak tindakan pencegahan pandemi. Angka menunjukkan bahwa tingkat vaksinasi flu turun sekitar 10 persen dari tahun-tahun sebelumnya.

Lü memperingatkan, jika tripledemik berkembang menjadi krisis kesehatan lain di AS, negara tersebut mungkin menghadapi risiko gelombang kekurangan tenaga kerja, dan pukulan terhadap sistem kesehatannya, yang dapat menyebabkan keresahan sosial yang serius. (Global Times)

Komentar

Berita Lainnya

Memperkuat Ketahanan Pangan Nasional Indonesia

Rabu, 5 Oktober 2022 17:33:33 WIB

banner
Pertemuan P20 di Buka Indonesia

Kamis, 6 Oktober 2022 14:20:55 WIB

banner