Kamis, 1 September 2022 15:19:35 WIB

Penyerahan Diri Jepang
Sosial Budaya

Angga Mardiansyah

banner

Jenderal AS Douglas MacArthur menandatangani Dokumen Kapitulasi Jepang di atas Kapal AS Missouri yang bersandar di Teluk Tokyo, 2 September 1945. Berdiri di belakang MacArthur yakni Letjen AS Jonatan M Wainwright (kiri) dan Letjen Inggris Arthur Percival.

Radio Bharata Online - Tanggal 2 September tahun 1945, Jepang secara resmi menyerah kepada sekutu. Pernyataan Jepang kepada sekutu ini dilakukan di atas kapal USS Missouri di Teluk Tokyo.

Menteri luar negeri Jepang Mamoru shigemitsu menandatangani dokumen yang menyatakan penyerahan diri Jepang di geladak kapal perang USS Missouri disaksikan Jenderal Richard Sutherland. Penyerahan diri Jepang ini sekaligus menjadi penanda berakhirnya Perang Dunia ke-2.

Sebelum Jepang, pada Mei 1945 Jerman sudah lebih dulu menyerah sekaligus mengakhiri Perang Dunia ke-2 di benua Eropa. Jepang menyusul 5 bulan kemudian.

Sayangnya, proses penyerahan ini harus diawali dengan hancurnya kota-kota di negara itu. Sekutu memblokade laut Jepang dan melakukan pengeboman ke kota-kota di negara itu.

Upaya ini diperparah dengan jatuhnya Pulau Okinawa ke tangan sekutu, menyebabkan mereka dengan mudah meluncurkan serangan ke pulau-pulau lain di Jepang.

Pada tanggal 16 Juli tahun 1945, para pemimpin sekutu bertemu dalam Konferensi Postdam Jerman. Perang melawan Jepang merupakan salah satu dari berbagai isu yang dibicarakan dalam konferensi itu.

Akhirnya para pemimpin sekutu memutuskan mengeluarkan pernyataan yang disebut Deklarasi Postdam yang menegaskan Jepang harus menyerah tanpa syarat. Namun pemerintah Jepang menolak dan tidak menerima ultimatum dari pihak Sekutu tersebut.

Sehari setelahnya, surat surat kabar Jepang melaporkan bahwa negeri itu menolak isi Deklarasi Postdam. Hal ini direspon Amerika Serikat yang merancang proyek pembuatan senjata pemusnah massal di gurun pasir New Mexico.

Hasil dari proyek tersebut antara dua buah bom atom berjuluk little boy dan Fat Man yang kemudian digunakan untuk menekan Jepang.

Bom atom pertama dijatuhkan di Hiroshima pada tanggal 6 Agustus 1945 dari atas pesawat B-29 Superfortress. Kota ini dipilih lantaran menjadi pusat industri dan markas militer terbesar di negeri itu.

Setelah serangan tersebut sebuah Faksi Dewan tertinggi Jepang mendukung penerimaan Deklarasi Postdam, namun mayoritas anggota lainnya menolak, kala itu pemerintah Jepang tidak bisa mengambil keputusan dalam situasi tersebut.

Selang tiga hari setelahnya, bom kedua dijatuhkan di Nagasaki oleh pesawat berjuluk Bock's Car. Nagasaki dipilih lantaran menjadi salah satu pelabuhan terbesar Jepang.

Pengeboman kedua kota penting itu mengakibatkan Jepang luluh lantak, puluhan ribu orang menjadi korban tewas dan luka. Pada malam harinya kaisar Jepang Hirohito mendukung proposal Perdana Menteri Suzuki untuk menerima Deklarasi Postdam.

Pada tanggal 10 Agustus tahun 1945, pesan tersebut diterima oleh pihak Sekutu namun sejumlah perwira militer belum mau menyerah sehingga timbul gejolak antara militer dan pemerintah yang memutuskan untuk menyerah. Pada tanggal 15 Agustus tahun 1945 dini hari, sebuah kudeta militer diluncurkan oleh sebuah tim yang dipimpin oleh Mayor Kenji Hatanaka, para pemberontak tersebut ingin merebut kendali atas istana dan kekaisaran Jepang, mereka bahkan membakar rumah Perdana Menteri Suzuki.

Tak lama setelah kudeta diluncurkan, pada siang harinya Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan Jepang di radio Nasional.

”Kami telah memutuskan untuk membuka jalan bagi perdamaian besar, bagi semua generasi yang akan datang dengan menanggung yang tak tertahankan dan menderita apa yang tak tertahankan.”

Pemerintah Jepang akhirnya mengirimkan surat berupa langkah-langkah yang akan diambilnya ke kedutaan besar negeri itu di Swiss dan Swedia. Isi surat itu pada dasarnya adalah menerima syarat-syarat penyerahan  yang ditentukan sekutu, akhirnya pesan yang dikirim Jepang diterima sekutu.

Upacara penyerahan Jepang dilakukan pada tanggal 2 September tahun 1945, padahal sekutu mengerahkan 250 kapal perang yang berada di Teluk Tokyo. Tepat pukul 9:00 waktu Tokyo, menteri luar negeri Jepang Mamoru Shigemitsu atas nama pemerintah Jepang menandatangani Deklarasi yang disusun Jenderal Yoshimiro Umezu atas nama angkatan bersenjata Jepang.

Selanjutnya, Panglima tertinggi MacArthur menandatangani Deklarasi tersebut atas nama perserikatan bangsa-bangsa PBB. Upacara penandatanganan ini sekaligus mengakhiri perang yang paling menghancurkan dalam sejarah manusia itu.

Informasi selengkapnya dapat anda simak dalam program "Orbit" Radio Bharata Online

Hari Jumat - Pukul 06:15, 10:15, 14:15, 18:15 dan 22:15 WIB.

Komentar

Berita Lainnya

Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya

Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB

banner
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya

Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB

banner