Kamis, 24 November 2022 8:8:47 WIB
Hampir 40 Juta Anak Melewatkan Vaksin Campak pada 2021
Kesehatan
Bagas Sumarlan - Radio Bharata Online
Hampir 40 juta anak di seluruh dunia melewatkan dosis vaksin campak pada 2021. Ilustrasi. (iStock/kipgodi).
Radio Bharata Online - Hampir 40 juta anak di seluruh dunia melewatkan dosis vaksin campak pada 2021. Hal ini mencerminkan tingkat imunisasi gagal pulih dari gangguan yang disebabkan oleh pandemi covid-19.
Berdasarkan riset yang diterbitkan bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, angka tersebut menjadi kemunduran besar dalam menghilangkan penyakit mematikan itu.
Kepala WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus menyorot ironi saat vaksin covid-19 dikembangkan dan digunakan dalam waktu singkat, program imunisasi rutin terganggu, dikutip dari CNN Indonesia.com.
"Mengembalikan program imunisasi ke jalurnya sangatlah penting. Di balik setiap statistik dalam laporan ini ada seorang anak yang berisiko terkena penyakit yang dapat dicegah," ujar Ghebreyesus dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari AFP, Kamis (24/11).
Menurut laporan tersebut, 25 juta anak melewatkan dosis pertama sementara 14,7 juta anak melewatkan dosis kedua.
Padahal, penyakit campak dapat dicegah melalui vaksinasi.
Karena sifatnya sangat menular, diperkirakan 95 persen populasi perlu divaksinasi dengan dua dosis atau lebih untuk menciptakan kekebalan kelompok.
Pada 2021, hanya 81 persen anak di dunia yang menerima dosis pertama dan 71 persen menerima dosis kedua.
Itu adalah tingkat cakupan global terendah dari dosis pertama sejak 2008.
Lima negara dengan jumlah bayi tertinggi yang tidak menerima dosis pertama adalah Nigeria, India, Republik Demokratik Kongo, Ethiopia, dan Indonesia.
Tidak ada wilayah WHO yang telah mencapai dan mempertahankan eliminasi campak. Risikonya virus dapat menyebar dengan cepat melintasi perbatasan.
Sejak 2016, sepuluh negara yang sebelumnya memberantas campak mengalami wabah dan penularan kembali terjadi.
Campak ditandai dengan demam tinggi dan ruam - meskipun bagian dari apa yang membuatnya sangat berbahaya adalah dapat menular selama berhari-hari sebelum ruam muncul.
Komplikasi dapat berupa pneumonia dan pembengkakan otak, yang dapat menyebabkan kecacatan permanen. Antara 1 hingga 3 dari setiap seribu anak meninggal karena komplikasi pernapasan dan neurologis.
Komentar
Berita Lainnya
BPOM Temukan 718.791 Vitamin Ilegal Dijual di Online Shop Selama Pandemi Covid-19 Kesehatan
Kamis, 6 Oktober 2022 13:37:0 WIB
Singapura Hadapi Subvarian Omicron Baru XBB, Harian Naik Lagi 9 Ribu Kasus Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 10:23:40 WIB
Jokowi: 80 Persen Vaksin COVID-19 yang Digunakan Indonesia Berasal dari RRT Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 13:43:44 WIB
Wanita dengan Dada Besar Lebih Gampang Kena Kanker Payudara? Kesehatan
Selasa, 18 Oktober 2022 9:49:9 WIB
Kemenkes: Apotek-Nakes Setop Sementara Obat Sirup! Kesehatan
Rabu, 19 Oktober 2022 8:56:53 WIB
Daftar Obat Sirup yang Dilarang dan Ditarik BPOM Kesehatan
Jumat, 21 Oktober 2022 10:15:51 WIB
Kemenkes: Omicron XBB Terdeteksi di Indonesia Kesehatan
Minggu, 23 Oktober 2022 16:42:29 WIB
Shanghai Mulai Berikan Vaksin Booster COVID-19 yang Dihirup Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:8:34 WIB
Pemerintah Gratiskan Biaya Pengobatan Pasien Gagal Ginjal Akut Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:21:29 WIB
WHO Rilis Peringatan 8 Obat Sirup yang Dilarang BPOM RI Kesehatan
Jumat, 4 November 2022 15:32:48 WIB
Corona Kembali Meningkat, Pemerintah Prediksi Puncaknya 1-2 Bulan Lagi Kesehatan
Jumat, 4 November 2022 18:46:33 WIB
5 Kebiasaan Penyebab Sariawan, Bukan Kurang Makan Buah Kesehatan
Sabtu, 5 November 2022 7:23:52 WIB
5 Sarapan Bergizi untuk Menurunkan Berat Badan Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:42:35 WIB
Vaksin Covid-19 Direkomendasikan Jadi Imunisasi Rutin Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:47:25 WIB
Delta Sungai Yangtze Tingkatkan integrasi melalui digitalisasi Kesehatan
Sabtu, 27 Agustus 2022 1:59:36 WIB