Sabtu, 8 Januari 2022 5:48:12 WIB

4 Demo Berdarah di Sejumlah Negara, Myanmar hingga Kazakhstan
Sosial Budaya

Dewi Kinar Lestari

banner

Sejumlah negara tengah menghadapi demonstrasi yang berujung rusuh hingga menelan korban jiwa. (Foto: AP/Vladimir Tretyakov)

Kazakshtan tengah berada dalam status darurat nasional setelah protes kenaikan BBM dan gas LPG yang berlangsung sejak awal tahun baru.

Protes yang semula terjadi di beberapa kota besar, terutama Almaty, terus meluas hingga berujung rusuh dan menewaskan hampir 50 orang, termasuk puluhan polisi yang disebut dipenggal.

Tak hanya Kazakhstan, demo berdarah juga pernah terjadi beberapa negara lainnya. Berikut 4 negara tersebut.

 

1. Myanmar

Myanmar tengah dilanda krisis politik sejak pemimpin de facto negara itu, Aung San Suu Kyi, digulingkan dari bangku pemerintahan oleh junta militer.

Akibat kudeta ini, Myanmar memiliki dua pemerintahan yang saling serang, yakni kubu junta militer dan kubu Pemerintah Persatuan Nasional (NUG) yang didukung sipil. 

Junta militer juga harus menghadapi kelompok pemberontakan sipil dan banyak kelompok militan di pedalaman yang telah bersumpah menentang kekuasaan militer.

Kelompok aktivis Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), mencatat lebih dari seribu orang tewas sejak kudeta hingga Agustus 2021.

"Berdasarkan catatan AAPP, 1.001 orang-orang tak bersalah telah dibunuh. Jumlah korban aktualnya mungkin lebih tinggi lagi," ujar Sekretaris AAPP Tate Naing kepada Reuters.

Namun, angka ini bakal semakin bertambah mengingat demo Myanmar masih terus terjadi. Desember lalu, Pasukan Pertahanan Nasional Karenni (KNDF) mengaku mengubur lebih dari 30 jasad yang terbakar akibat korban serangan brutal junta militer.

Sebanyak 35 orang, termasuk empat anak-anak dan dua staf LSM Save The Children, tewas dibakar dalam bentrokan antara kelompok pemberontakan sipil dan junta militer di dekat Desa Mo So saat malam Natal, 24 Desember 2021.

2. Kazakhstan

Kazakhstan tengah dilanda protes massal yang diawali oleh lonjakan harga gas LPG. Akibat protes ini, sebanyak 28 polisi dan 16 demonstran tewas sampai pada Jumat (7/1), dikutip dari Sputnik News.

Mengutip ABC News, di antara 28 polisi yang meninggal ada petugas yang ditemukan dipenggal. Selain itu, lebih dari 3.000 orang telah ditahan akibat kerusuhan ini.

Awalnya, kerusuhan ini terjadi karena kenaikan gas LPG. Sebelum protes, harga LPG di angka 120 tenge atau sekitar Rp3.900 per liter. Pemerintah kemudian menurunkan menjadi 50 tenge atau sekitar Rp1.600.

Namun, kemarahan warga ternyata tak hanya dari kenaikan harga barang. Mereka memprotes pemerintah Kazakhstan yang otoriter dan elite politik korup. Selain itu, warga juga tak puas akan kesenjangan sosial dan ekonomi dan implementasi nyata demokrasi yang tak begitu terlihat.

Demonstran juga menuntut mantan presiden Kazakhstan 1989-2019, Nursultan Nazarbayev, untuk berhenti mengurusi pemerintahan. Nazarbayev kini berperan sebagai sebagai dewan keamanan dan Pemimpin Bangsa; peran konstitusional yang memiliki keistimewaan dalam membuat kebijakan dan kebal hukum.

3. Sudan

Demonstrasi di Sudan yang berlangsung baru-baru ini memakan beberapa korban jiwa. Sebanyak tiga pengunjuk rasa tewas akibat ditembak pasukan keamanan pada Kamis (6/1).

Menurut Komite Sentral Dokter Sudan, tiga orang yang terbunuh ini ditembak pasukan keamanan saat demo di kota Omdurman dan Bahri. Sementara itu, setidaknya 60 orang meninggal dunia sejak kudeta militer dilakukan pada Oktober 2021, dikutip dari Reuters.

Sudan mengalami transisi pemerintahan sipil sejak 2019, kala autokrat Omar al-Bashir digulingkan. Namun, transisi ini kembali terancam akibat kudeta militer yang dilakukan Jenderal Abdel Fattah al-Burhan pada 25 Oktober 2021.

Akibat masalah ini, lebih dari 14 juta masyarakat Sudan diprediksi membutuhkan bantuan kemanusiaan dalam beberapa tahun ke depan, menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan.

4. Afghanistan

Sejak Taliban berkuasa atas Afghanistan pada Agustus 2021, kelompok itu semakin membatasi peran perempuan dan hak asasi manusia. Dalam beberapa demo yang terjadi sejak mereka berkuasa, ada beberapa yang memakan korban jiwa.

Pada Agustus 2021, sebanyak tiga orang tewas dan belasan lainnya luka-luka usai gerilyawan Taliban melepas tembakan ketika sejumlah demonstran. Demo yang terjadi di kota Jalalabad ini dilakukan untuk memprotes kekuasaan Taliban.

Pada September 2021, dua orang tewas akibat luka tembak dan delapan lainnya luka-luka dalam aksi protes menentang Taliban di kota Herat.

Tak hanya itu, Taliban juga kerap melakukan kekerasan pada pengunjuk rasa. Taliban pernah mencambuk perempuan yang memprotes kabinet bentukan kelompok yang sama sekali tak melibatkan perempuan.

Ada pula jurnalis yang dipukul anggota Taliban kala meliput demo yang terjadi di Afghanistan.

Komentar

Berita Lainnya

Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya

Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB

banner
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya

Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB

banner