Minggu, 27 September 2020 23:56:35 WIB
Tugu Pagoda Wates, Kisah Tionghoa di Kulon Progo
Sosial Budaya
Agsan Prawira
Tugu Pagoda Wates, Kulon Progo
Warga Kulon Progo sering melintasi bangunan berbentuk Tugu Pagoda sekitar teteg wetan Stasiun Wates. Tugu Pagoda Wates Kulon Progo itu ternyata memiliki cerita sejarah yang menarik walaupun bangunan itu sempat terancam dirobohkan karena pembangunan jalan.
"Yang saya tahu itu simbol tahun 1931. Sempat terabaikan sempat akan dirobohkan karena ada pembangunan jalan baru dan disitu ada lonceng kereta api itu masuk di kami cagar budaya. (lonceng kereta api) itu kuno lonceng hanya ada sini sama kota yang punya," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan Kabupaten Kulon Progo Joko Mursito beberapa waktu lalu.
Tugu Pagoda Wates Kulon Progo yang bercirikan budaya Tionghoa, menurut Joko, memiliki cerita menarik. Tugu Pagoda Wates itu dibangun oleh penduduk Tionghoa yang bermukim di Kota Wates dan diresmikan pada tanggal 23 Desember 1931. "Tugu ini digunakan sebagai peringatan 25 tahun bertahtanya Pakualam VII dan sekaligus peringatan 100 tahun Kabupaten Adikarto,"
Joko menjelaskan Tugu Pagoda Wates itu menjadi Tugu Pagoda Wates bukti hubungan antar masyarakat pada masa lalu. Terutama hubungan antar kelompok etnis Tionghoa dan Jawa. "Dapat dijadikan sebagai media pembelajaran tentang toleransi antaretnis, sosial, dan atau seni bangun," katanya.
Joko mengatakan fisik dari Tugu Pagoda Wates ini dibagi tiga bagian yaitu bawah, tengah, dan atas. Bawah dan tengah berukuran sama dibatasi ornamen pelipit, antefik, dan tiga list vertikal.
"Dinding sisi timur laut dan tenggara ditempelkan prasasti dari batu marmer. Sisi tenggara prasasti huruf cina sisi timur pakai huruf latin berbahasa Indonesia ejaan lama," katanya.
Saat ini, kondisi Tugu Pagoda Wates masih berdiri kokoh. Pagoda Wates ini sudah masuk dalam kategori cagar budaya.
Tugu Pagoda Wates ini menjadi saksi hubungan etnis Tionghoa dengan pribumi di Wates. Tugu itu sempat akan dirobohkan saat ada pembangunan jalan
Walaupun sudah dibangun puluhan tahun lalu ternyata saat ini masih banyak warga yang tidak tahu sejarahnya. Termasuk Eko warga Giripeni yang sering melintas di samping Tugu Pagoda Wates ini.
"Aku kok tidak pernah memperhatikan itu, malah tidak ngerti kalau ada itu," katanya.
Agung yang juga warga Giripeni mengaku tidak tahu sejarahnya. Walaupun sering melintas, tetapi tidak tahu tugu apa itu.
"Wah enggak tahu tugu apa itu. Enggak pernah dapat informasi juga," katanya.
Berbeda dengan Amri warga Pengasih yang mengaku sedikit tahu soal tugu yang ada di teteg wetan itu. Menurutnya, Tugu Pagoda Wates itu menjadi penanda 100 tahun pusat pemerintahan Adikarto.
"Kalau tidak salah itu kan Adikarto sebagai pusat pemerintahan di sini sudah 100 tahun ya. Tidak tahu juga ya," katanya.
Ia mengaku setelah ini akan mencari tahu apa yang ada di balik Pagoda Wates ini. Setidaknya, ia bisa mencari tahu lewat guru sejarah di sekolahnya.
"Nanti tanya lagi ke guru sejarah sekolah, semoga dapat referensi dari Pak Guru," katanya.
Wujud Terima Kasih Warga Tionghoa
Tugu Pagoda Wates ini menjadi saksi hubungan etnis Tionghoa dengan orang jawa di Wates. Pembangunan Tugu Pagoda Wates berkaitan dengan perkembangan dan pembangunan Kota Wates yang sebenarnya diawali oleh Pakualam VI dan didukung penuh oleh para warga diaspora Tionghoa.
Ahmad Athoillah, sejarawan dan budayawan Kulon Progo menyebutkan nama-nama mereka seperti Kim Yan, Tao Sik yang akhirnya mereka oleh Pakualam VII diizinkan mengontrak tanah di Wates sepanjang 75 tahun.
"Yaitu sejak 1912-1987, penandatanganan tersebut dilakukan oleh Pakualam VII dan Perwakilan Tionghoa di Temon yang difasilitasi oleh Demang Surontani," katanya. Ahmad Athoillah mengatakan setelah itu para pedagang China kemudian sukses. Lalu mereka membentuk kampung Pecinan di Wates.
"Atas kesuksesan tersebut dan rasa terima kasih mereka kepada Pakualam VII maka membuat bangunan Tugu Pagoda istilahnya sebagai wujud persembahan terima kasih mereka karena diizinkan mengelola perdagangan dan perkebunan serta lahan di Wates," katanya.
Dalam Pagoda Wates itu tertulis dua bahasa yaitu bahasa latin dan china. Dalam bahasa latin tertulis,
"Peringatan, Sri Padoeka Kandjeng Goesti Pangeran Adipatie Ario Pakoe Alam VII Bertachta di atas Keradjaan Pakoe Alam Tjoekoep 25 Tahoen Srenta Kaboepaten Adikarto Beroesia 100 Tahoen Die persembahkan Oleh Pendoedoek Bangsa Tionghwa ver Tionghwa Hwee Kwan dan Van Ver Hiap Tik Hwee Die Wates, Wates den 23 Desember 1931 Ontwe Pantilosa Djogja,"
Ahmad Athoillah menjelaskan secara utuh Tugu Pagoda memiliki 12 tingkatan dan ukuran tinggi keseluruhan 208 cm serta bagian terlebar yaitu 152 cm pada bagian bawah. Dalam catatan Ahmad Athoillah yang mengutip karya Soedarisman, disebutkan bahwa Peresmian Tugu Pagoda tersebut juga dipersembahkan oleh etnis Tionghoa dalam rangka 100 tahun Adikarto di alun-alun Wates.
"Dihadiri oleh Paku Alam ke VII yang disambut dengan tembakan bom sebanyak 9 kali sebagai bentuk penghormatan," katanya.
(AP)
Komentar
Berita Lainnya
Impian Ren Zhe menggabungkan budaya melalui karyanya Sosial Budaya
Selasa, 4 Oktober 2022 17:3:36 WIB
TING BAATAR Delegasi yang mengabdikan diri untuk membantu orang Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 17:36:8 WIB
Kanal Besar Menyaksikan Perubahan Hangzhou dari Pusat Industri Menjadi Permata Budaya Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB
Demam Bersepeda Perkotaan Mencerminkan Pembangunan Yang direncanakan, Beralih ke Gaya Hidup Hijau Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB
Bali memperingati Maulid Nabi 1444 H dengan menampilkan Tari Rodat Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB
Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB
Meningkatnya Populasi panda penangkaran global Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB
80 Persen kapas di Petik oleh Mesin Pemanen di Xinjiang Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB
Musik Tradisional di Kota Es Harbin Daya Tarik Wisata Global Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB
Transformasi Bekas Kompleks Industri di Liaoning Menjadi Taman Budaya Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB
Hong Kong Freespace Jazz Fest hadir kembali, menampilkan Jill Vidal, Eugene Pao dan Ted Lo Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB
Perlindungan Digital Pada Situs Gua Berusia 1600 tahun Di Kota Zhangye Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB
Situs Warisan Budaya, Memperkokoh Kepercayaan Bangsa Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 8:21:51 WIB
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
Wang Yaping: Impian Terbesarku adalah Kembali Terbang ke Luar Angkasa Sosial Budaya
Jumat, 4 November 2022 18:6:41 WIB