Rabu, 16 Februari 2022 10:45:21 WIB

Selamat Jalan, Rifan Lin Pejuang Musik Mandarin Original Indonesia
Sosial Budaya

Andy Qiu

banner

Alm. Rifan Lin dengan nama Mandarin Lin Zhenyu juga dikenal dengan nama Ivan Lin atau Ivan Dong Feng.

Saat mendengar nama Rifan Lin / Ivan Lin / Ivan Dong Feng yang terbesit dalam pikiran pastilah musik, terutama musik pop Mandarin. Rifan lahir di kota Medan pada tanggal 3 September 1976. Ia adalah seorang penyanyi sekaligus pencipta lagu Mandarin yang jarang ada di Indonesia. Yang paling dikagumi dari dirinya adalah semangat dan kerja kerasnya dalam mengembangkan musik Mandarin original Indonesia selama bertahun-tahun. Ia bisa dikatakan sebagai orang yang paling mencintai musik Mandarin original Indonesia. Demi kemajuan musik Mandarin original Indonesia, ia berjuang dan berkorban sepenuh hati tanpa mengharapkan balasan.

Ketika larangan terhadap bahasa dan budaya Tionghoa di Indonesia baru dicabut, ia membentuk band Mandarin pertama di Indonesia dengan nama Dong Feng (Angin Timur). Dalam waktu singkat, meraih popularitas yang tinggi di kalangan masyarakat Tionghoa Indonesia dan memegang peranan penting dalam pengembangan pendidikan bahasa Mandarin di kalangan anak muda. Berbagai undangan untuk tampil di berbagai kota di Indonesia datang silih berganti. Demikian pula dengan undangan tampil dari stasiun-stasiun televisi nasional. Mereka bahkan sempat tampil di kota-kota di Tiongkok. Sayangnya, masa indah selalu tidak berlangsung lama. 3 tahun kemudian, kontrak mereka dengan perusahaan rekaman PT Gema Nada Pertiwi berakhir dan Dong Feng Band bubar.

Setelah Dong Feng bubar, Rifan Lin tetap aktif di bidang musik Mandarin Indonesia sebagai musisi indie. Dengan tetap berpegang pada tekadnya untuk mengembangkan musik Mandarin original Indonesia, selama bertahun-tahun ia selalu merilis lagu Mandarin yang diciptakannya. Lagu yang dinyanyikan ataupun yang diproduksinya lebih dari 200. Penyanyi yang pernah menyanyikan lagunya ada lebih dari 40 orang. Selain lagu Mandarin, Rifan Lin juga menciptakan lagu berbahasa Indonesia, Inggris, dan Hokkien. Genrenya juga bervariasi. Selain pop dan rock Mandarin, Rifan bahkan pernah menciptakan lagu dangdut, lagu anak-anak, dan lagu bernuansa Jawa dan Melayu. Ia berharap melalui musiknya bisa menunjukkan kecintaannya pada Indonesia dan menjunjung tinggi kebhinnekaan dan kerukunan.

Selain sebagai musisi, Rifan juga gigih membantu dan membina para junior. Ia memotivasi dan membantu anak muda yang suka menyanyi untuk memiliki lagu original sendiri. Bukan lagu cover. Ia gratis membantu mereka menciptakan lagu, aransemen, rekaman, mixing, dan mastering. Dari nol hingga sebuah lagu jadi, sama sekali tidak dipungut biaya. Bahkan tidak jarang ia yang mulai menawarkan untuk menciptakan dan memproduksi lagu untuk mereka.

Ia berharap suatu hari nanti di Indonesia ada banyak orang yang menciptakan lagu Mandarin, menyanyikan lagu Mandarin karya anak bangsa agar dunia luar melihat bahwa Indonesia juga menyukai dan punya kemampuan untuk menciptakan lagu Mandarin. Ia berharap suatu hari nanti, lagu Mandarin karya anak bangsa bisa seperti lagu-lagu Mandarin dari Singapura dan Malaysia yang bisa bersaing di kancah internasional.

Semangat dan visi Rifan Lin banyak menginspirasi anak muda Tionghoa Indonesia. Mereka menjadi lebih berani dan lebih yakin akan lagu ciptaan sendiri. Namun di sisi lain, idealismenya yang tinggi terhadap musik Mandarin original juga membuat sebagian orang tidak senang, marah, bahkan membencinya. Rifan selalu keras mengeritik plagiarisme dan tindakan tidak menghormati Hak Kekayaan Intelektual sedangkan pasar musik Mandarin Indonesia saat ini sebagian besar masih plagiat. Rifan yang terus mengampanyekan musik legal secara tidak langsung menjadi serangan terhadap pihak tertentu sehingga ia dikucilkan.

Kondisi dunia musik Mandarin Indonesia selama bertahun-tahun adalah meng-cover lagu Mandarin dari luar negeri. Menurut Rifan Lin, kita harus mulai memproduksi lagu Mandarin sendiri. Ia mengajari orang untuk memahami ap aitu Hak Kekayaan Intelektual, bagaimana merilis karya secara legal. Kita harus sadar bahwa menjiplak karya orang lain adalah tindakan yang tidak baik. Kita harus punya karya sendiri, harus menghormati Hak Kekayaan Intelektual. Dengan begini, musik Mandarin Indonesia baru akan dihormati dunia luar dan bisa bangkit.

Usia Rifan Lin tidak panjang. Hanya 46 tahun. Masih muda sebenarnya. Ia meninggal dunia pada hari Minggu, 6 Februari 2022. Sungguh patut disayangkan sosok seorang Rifan Lin telah tiada. Ia memilih jalan hidup sebagai musisi miskin, namun gemar membantu orang lain. Ia tidak pernah menolak permintaan bantuan dari orang lain dan tidak pernah meminta imbalan. Sifatnya keras, namun hatinya baik. Di depan orang lain ia tidak pernah mengeluh. Mungkin karena ia tahu hidupnya tidak panjang, Rifan hanya mendedikasikan hidupnya untuk mengembangkan musik Mandarin original Indonesia. Waktu, tenaga, dan pikirannya ia berikan untuk musik. Uang yang susah payah diperoleh, ia berikan untuk musik. Sayangnya ia tidak bisa melihat musik Mandarin original Indonesia bersinar.

Di Indonesia mungkin akan sangat sulit ada seorang musisi seperti Rifan Lin lagi. Selamat jalan, Pak Rifan Lin. Beristirahatlah dengan tenang. Terima kasih. Terima kasih. Terima kasih.

Komentar

Berita Lainnya

Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya

Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB

banner
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya

Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB

banner