Kamis, 16 Mei 2024 8:3:28 WIB
Lebih 10 Ribu Langkah Sehari, Warga Tiongkok Paling Rajin Jalan Kaki
Olahraga
AP Wira

Diperlukan adanya kesadaran dari masing-masing pribadi terkait manfaat yang didapat apabila rajin berjalan kaki / AP Photo-Mark Schiefelbein
BEIJING, Radio Bharata Online - Berjalan kaki setiap hari yang mencapai 10 ribu langkah bukan merupakan hal yang sulit dilakukan di Tiongkok. Sarana publik yang memadai membuat warganya senang berjalan kaki. Berjalan kaki lebih dari 10 ribu langkah sehari sudah menjadi kebiasaan warga Tiongkok sehari-hari. Contohnya di kawasan wisata Forbidden City, di Beijing, dibutuhkan perjalanan lebih dari delapan kilometer untuk mengitari lokasi tersebut dari pintu masuk sampai pintu keluar. Total langkah tersebut belum termasuk jalan menuju tempat wisata yang hanya diperbolehkan diakses dengan berjalan kaki sekitar 3 km. Tidak heran, studi di beberapa tahun sebelumnya menunjukkan Tiongkok menjadi negara paling banyak jalan kaki.
Banyak masyarakat tidak merasa lelah saat menikmati setiap sisi situs warisan dunia terbesar dan paling terpelihara di Tiongkok ini. Bahkan sejumlah lansia dengan kisaran usia di atas 60 tahun, tidak ada kesulitan mobilitas saat harus berjalan dengan posisi menanjak, dengan menempuh jarak nyaris 9 km. Salah satu penelitian oleh Universitas Stanford yang terdapat di jurnal sains Nature pada 2017, memberikan gambaran mengenai aktivitas fisik masyarakat di 111 negara. Studi dilakukan pada 717.527 orang yang memiliki aplikasi ponsel pintar yang melacak aktivitas fisik penggunanya. Hasilnya, rata-rata penduduk Tiongkokberjalan dengan 6.189 langkah sehari. Angka ini bahkan lebih banyak dari Ukraina yakni 6.107 langkah, Jepang 6.010 langkah, Rusia 5.969 langkah.
Bagaimana dengan di Indonesia? Dilansir dari laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), hasil penelitian menunjukkan bahwa Indonesia menempati peringkat pertama sebagai negara dengan penduduk yang paling malas jalan kaki. Diketahui, masyarakat indonesia rata-rata hanya aktif berjalan sebanyak 3513 langkah saja. Sangat jauh apabila dibandingkan dengan warga Tiongkok yang sehari berjalan dengan rata-rata 6189 langkah.
Hal ini berdampak pada kesehatan masyarakat Indonesia, terutama kaitannya dengan obesitas. Penelitian yang sama, mengungkap hubungan antara kurangnya aktivitas jalan kaki dan tingginya angka obesitas di suatu negara. Indonesia juga dinyatakan menempati peringkat ke-17 sebagai negara dengan penduduk yang mengalami obesitas terbanyak di dunia. Sebuah survei yang dilakukan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) juga mengkonfirmasi temuan penelitian dari Universitas Stanford mengenai partisipasi olahraga di Indonesia. Dari hasil survei, diketahui hanya 24 persen orang Indonesia yang memiliki tubuh yang bugar, dan partisipasi olahraga di Indonesia hanya sebesar 34 persen.
Menurut Lektor Kepala Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Islam Bandung, Dr Ernawati Hendrakusumah Dra MSP salah satu alasan orang Indonesia malas berjalan kaki dikarenakan kurangnya infrastruktur yang memadai. Salah satu infrastuktur yang penting bagi pejalan kaki adalah trotoar, namun kondisi eksisting menunjukkan bahwa infrastruktur trotoar di berbagai kota memiliki kondisi yang tidak layak. Di beberapa tempat, kondisi trotoarnya rusak, terlalu kecil, dan bahkan ada jalan yang tidak memiliki trotoar. Selain itu,masih banyaknya pengendara bermotor yang salah menggunakan trotoar sebagai jalan dan menghalangi akses bagi pejalan kaki.
Pada intinya, diperlukan adanya kesadaran dari masing-masing pribadi terkait manfaat yang didapat apabila rajin berjalan kaki serta kesadaran untuk merawat infrastruktur yang ada. Pendidikan tentang pentingnya olahraga, fasilitas yang memadai, dan kesadaran akan manfaat kesehatan harus menjadi fokus utama. Berjalan kaki bukan hanya merupakan olahraga yang murah dan ringan, tetapi juga memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh. Jalan kaki secara teratur dapat memberikan dampak positif bagi kesehatan maupun lingkungan. Maka dari itu, budaya jalan kaki harus kembali digalakkan, dengan dukungan dari kesadaran masyarakat akan kesehatan dan juga fasilitas yang ada. (Agsan Prawira dari berbagai sumber)/ ITS news, Detikcom
Komentar
Berita Lainnya
Tragedi Kanjuruhan, Saat Penempatan Polisi dan Tentara di Stadion Dinilai Tak Relevan Olahraga
Kamis, 6 Oktober 2022 13:20:57 WIB

Jadwal Timnas U17 Indonesia Vs Palestina di Kualifikasi Piala Asia U17 2023 Olahraga
Jumat, 7 Oktober 2022 16:20:58 WIB

Lionel Messi: "Qatar Akan Jadi Piala Dunia Terakhir Saya" Olahraga
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:33:54 WIB

PSSI Temui FIFA-AFC: Komitmen Satgas Transformasi, hingga Timeline Agenda Selanjutnya Olahraga
Kamis, 13 Oktober 2022 16:9:38 WIB

Shenzhen FC Klub Liga Super China akan Memainkan Pertandingan Kandang di Foshan Olahraga
Jumat, 14 Oktober 2022 21:50:11 WIB

Temuan TGIPF akan disampaikan Kepada Presiden FIFA Olahraga
Jumat, 14 Oktober 2022 23:21:2 WIB

Iwan Bule Dipaksa Mundur, Efek Panas KLB, dan Nasib Timnas Olahraga
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:54:41 WIB

Wang Xiyu mencapai semifinal Cluj Napoca Open Olahraga
Sabtu, 15 Oktober 2022 19:3:13 WIB

Roundup CBA: Royal Fighters keluar dari tekanan dari Xinjiang, Shenzhen kalahkan Guangdong Olahraga
Minggu, 16 Oktober 2022 8:5:19 WIB

Pemerintah Pastikan Tak Campur Tangan dalam Proses Reformasi PSSI Olahraga
Minggu, 16 Oktober 2022 18:30:25 WIB

Karim Benzema Raih Ballon d'Or 2022, Manchester City Klub Terbaik Olahraga
Selasa, 18 Oktober 2022 10:58:58 WIB

Jokowi Sambut Presiden FIFA di Istana Merdeka Olahraga
Selasa, 18 Oktober 2022 13:40:25 WIB

Super 'Zhuper' bertekad untuk melupakan cederanya Olahraga
Rabu, 19 Oktober 2022 8:42:56 WIB

FIFA Pastikan Piala Dunia U-20 2023 Tetap Digelar di Indonesia Olahraga
Rabu, 19 Oktober 2022 9:57:41 WIB

Kiprah Timnas Amputasi Indonesia di Ajang AFWC 2022 Olahraga
Kamis, 20 Oktober 2022 12:14:25 WIB
