Radio Bharata Online - Festival Pertengahan Musim Gugur adalah hari libur tradisional terbesar kedua di Tiongkok setelah Tahun Baru Imlek, yang dirayakan pada hari ke-15 bulan kedelapan kalender lunar, ketika bulan muncul pada titik tertinggi dan paling terangnya sepanjang tahun. 

Di masa lalu yang agraris, momen ini adalah saat panen raya baru saja berakhir, dan udara menjadi jernih dan sejuk, sehingga ideal untuk mengucap syukur sekaligus merayakan. 

Tiongkok kuno percaya bahwa bulan purnama, berarti keseimbangan antara langit dan bumi, kelimpahan, dan pembaruan. 

Description: Cantonese-style mooncakes from the renowned Guangzhou Restaurant, south China's Guangdong Province, August 30, 2019. /VCG

Kue bulan ala Kanton dari Restoran Guangzhou yang terkenal, Provinsi Guangdong, Tiongkok selatan, 30 Agustus 2019. /VCG

Hari ini, Festival Pertengahan Musim Gugur bersinar jauh melampaui batas-batas Tiongkok. Parade lentera menerangi Pecinan San Francisco; bazar kue bulan memenuhi Singapura dan Kuala Lumpur.   Di Sydney, Tokyo, dan Vancouver, barongsai dan malam-malam pengamatan bulan menyatukan berbagai komunitas. 

Bagi warga Tionghoa perantauan, festival ini adalah jembatan menuju rumah. Bagi semua orang lainnya, festival ini adalah undangan terbuka untuk berbagi dalam budaya, yang melihat keindahan dalam keseimbangan dan reuni.

Yang membuat festival ini tetap relevan di era kecepatan dan layar gadget, adalah iramanya. Rembulan yang sama yang pernah menuntun para petani melewati masa panen ribuan tahun lalu, masih sama konsisten dengan bulan yang saat ini bersinar menerangi kota-kota modern di malam hari.

Setiap tahun, ketika orang-orang berhenti sejenak untuk melihat ke atas, menuangkan teh, atau berbagi kue bulan, mereka diingatkan bahwa bahkan di dunia yang berubah cepat, beberapa hal tetap bertahan: kehangatan hubungan, rasa syukur atas kecukupan, dan kenyamanan mengetahui bahwa orang lain, yang jauh di sana, sedang memandang langit yang sama.

Itulah sebabnya Festival Pertengahan Musim Gugur telah berlangsung lebih dari seribu tahun, bukan hanya sebagai tradisi, tetapi sebagai irama hati. (CGTN)