Kamis, 11 Maret 2021 5:39:43 WIB
DK PBB Setujui Draf Kecaman Kekerasan Militer Myanmar
Sosial Budaya
Angga Mardiansyah
Ilustrasi ruang sidang Dewan Keamanan PBB di New York, Amerika Serikat. (Spencer Platt/Getty Images/AFP)
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) akhirnya menyetujui rancangan pernyataan sikap untuk mengecam kekerasan aparat keamanan Myanmar terhadap pengunjuk rasa.
Akan tetapi, di dalam draf itu mereka tidak mengecam kudeta karena dinilai bakal memicu penolakan dari sejumlah negara sekutu, yaitu China, Rusia, India dan Vietnam.
"Dewan Keamanan mengecam keras kekerasan terhadap unjuk rasa damai, termasuk terhadap perempuan, muda-mudi dan anak-anak. Dewan mendesak militer Myanmar menahan diri dan memantau situasi secara intensif," demikian isi dokumen pernyataan itu, seperti dilansir Reuters, Kamis (11/3).
Draf pernyataan sikap itu dirancang oleh Inggris dan diharapkan disetujui dalam rapat di markas PBB di New York, Amerika Serikat pada Jumat (12/3) mendatang.
Myanmar terperosok ke dalam krisis politik setelah angkatan bersenjata melakukan kudeta dengan menangkap Penasihat Negara, Aung San Suu Kyi, dan Presiden Win Myint, pada 1 Februari lalu.Mereka juga menyatakan prihatin karena aparat Myanmar menahan tenaga medis, anggota serikat buruh, jurnalis hingga warga. DK PBB mendesak supaya militer Myanmar segera membebaskan seluruh demonstran yang ditahan.
Mereka beralasan pengambilalihan kekuasaan dipicu sengketa hasil pemilihan umum pada November 2020. Dalam pemilu itu, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) yang mendukung Suu Kyi menang telak dari partai lain.
Militer menuduh ada kecurangan dalam pemilu 2020, yang dibantah oleh komisi pemilihan umum setempat.
Sejak itu gelombang demonstrasi terus terjadi di Myanmar.
Penyelidik hak asasi manusia independen PBB dan lembaga pemantau HAM Human Rights Watch mendesak DK PBB menjatuhkan sanksi melarang transaksi persenjataan kepada Myanmar di seluruh dunia. Mereka juga mendesak supaya PBB menjatuhkan sanksi ekonomi khusus kepada pemerintah atau badan usaha di Myanmar yang diduga terkait dengan militer.Sampai saat ini dilaporkan lebih dari 60 orang meninggal dalam unjuk rasa di Myanmar. Sedangkan 1.800 demonstran dan belasan jurnalis ditahan aparat.cnnindonesia
Komentar
Berita Lainnya
Impian Ren Zhe menggabungkan budaya melalui karyanya Sosial Budaya
Selasa, 4 Oktober 2022 17:3:36 WIB
TING BAATAR Delegasi yang mengabdikan diri untuk membantu orang Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 17:36:8 WIB
Kanal Besar Menyaksikan Perubahan Hangzhou dari Pusat Industri Menjadi Permata Budaya Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB
Demam Bersepeda Perkotaan Mencerminkan Pembangunan Yang direncanakan, Beralih ke Gaya Hidup Hijau Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB
Bali memperingati Maulid Nabi 1444 H dengan menampilkan Tari Rodat Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB
Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB
Meningkatnya Populasi panda penangkaran global Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB
80 Persen kapas di Petik oleh Mesin Pemanen di Xinjiang Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB
Musik Tradisional di Kota Es Harbin Daya Tarik Wisata Global Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB
Transformasi Bekas Kompleks Industri di Liaoning Menjadi Taman Budaya Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB
Hong Kong Freespace Jazz Fest hadir kembali, menampilkan Jill Vidal, Eugene Pao dan Ted Lo Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB
Perlindungan Digital Pada Situs Gua Berusia 1600 tahun Di Kota Zhangye Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB
Situs Warisan Budaya, Memperkokoh Kepercayaan Bangsa Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 8:21:51 WIB
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
Wang Yaping: Impian Terbesarku adalah Kembali Terbang ke Luar Angkasa Sosial Budaya
Jumat, 4 November 2022 18:6:41 WIB