Sabtu, 7 Januari 2023 9:33:47 WIB

Mengenal Raden Saleh Beserta Karya Lukisannya
Sosial Budaya

AP Wira

banner

Raden Saleh (dok istimewa)

JAKARTA, Radio Bharata Online – Sebagai salah satu pelukis maestro Indonesia Raden Saleh diakui sebagai pelukis kelas dunia dengan aliran romantisme merupakan. Karya-karya lukisnya merupakan saksi sejarah, banyak menceritakan tentang situasi pada zaman perjuangan dan kehidupan khususnya Jawa.

Sebagaimana dipaparkan dalam buku Seni Rupa & Seni Teater 3 oleh Drs Margono. Awal Kehidupan Raden Saleh Syarif Bustaman yang terlahir dari keluarga ningrat di Terbaya, Semarang, Jawa Tengah pada tahun 1807. Ayahnya bernama Sayyid Hoesen bin Alwi bin Awal bin Jahja, seorang keturunan Arab, sedangkan ibunya bernama Mas Adjeng Zarip Hoesen.

pada usia sepuluh tahun, Raden Saleh dirawat oleh pamannya yang menjabat sebagai bupati di Semarang, pada masa penjajahan Hindia Belanda. Sejak belia, Raden Saleh sudah memperlihatkan kegemarannya dalam menggambar.

Bakatnya dalam menggambar mulai menonjol saat ia bersekolah di sekolah rakyat atau volks-school. Tak jarang pada saat guru sedang mengajar, Raden Saleh kecil malah asyik menggambar. Meski begitu, gurunya tak pernah marah, karena kagum melihat hasil karya muridnya.

Selain memiliki kepekaan terhadap seni yang tinggi, Raden Saleh juga dikenal sebagai sosok yang ramah dan mudah bergaul. Karena sifatnya yang hangat dan supel itulah, Raden Saleh tidak menemui kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam lingkungan orang Belanda maupun lembaga-lembaga elit orang Belanda. Dengan sifat yang dimilikinya, Prof Caspar Reinwardt, yang merupakan pendiri Kebun Raya Bogor sekaligus Direktur Pertanian, Kesenian, dan Ilmu Pengetahuan memberikan kesempatan Raden Saleh mendapatkan ikatan dinas bekerja di departemennya.

Dalam instansi tersebut, Raden Saleh bertemu dengan seorang pelukis keturunan Belgia bernama AAJ Payen yang didatangkan dari Belanda untuk membuat lukisan pemandangan di Pulau Jawa untuk hiasan kantor Departement van Kolonieen di Belanda. Melihat bakat yang dimiliki Raden Saleh di usia sekitaran dua belas atau lima belas tahun, membuat Payen tertarik untuk memberikan bimbingan kepadanya.

Selama dalam bimbingan Payen, Raden Saleh mulai diperkenalkan teknik melukis dengan cat minyak. Pada masa itu, teknik melukis dengan cat minyak hanya bisa dipelajari dengan berguru langsung kepada para seniman Barat. Selain itu, Payen juga mengajak Raden Saleh muda untuk ikut serta dalam perjalanan dinas keliling Jawa untuk mencari model dan pemandangan untuk lukis. Sembari memberi pelajaran tentang melukis dan menggambar kepada Raden Saleh.

Atas kekaguman terhadap bakat yang dimiliki Raden Saleh yang dinilai Payen semakin matang, ia kemudian mengusulkan agar anak bimbingannya tersebut mendapatkan pendidikan yang lebih baik di Belanda. Usulan ini kemudian mendapatkan dukungan dari Gubernur GAG Ph van der Capellen (1819-1826), setelah Gubernur Jenderal Hindia Belanda itu melihat karya Raden Saleh.

Pada tahun 1829, hampir bertepatan dengan patahnya perlawanan Pangeran Diponegoro oleh Jenderal Hendrik Merkus de Kock, Capellen memberangkatkan Raden Saleh untuk belajar ke Belanda. Selain untuk belajar seni lukis, keberangkatannya juga mengemban misi lain yang tertulis dalam sebuah surat dari pejabat tinggi Belanda untuk Departemen van Kolonieen. Dalam surat tersebut, Raden Saleh ditugaskan untuk mengajari Inspektur Keuangan Belanda de Linge tentang adat istiadat dan kebiasaan orang Jawa, Bahasa Jawa, dan Bahasa Melayu.

Dua tahun pertama di Belanda digunakan oleh Raden Saleh untuk belajar bahasa Belanda. Ia dibimbing oleh Cornelis Kruseman dan Schelfhout. Dalam seni lukis potret, ia belajar dari Cornelis Krueseman sedangkan seni lukis tema pemandangan dari Andries Schelfhout.

Raden Saleh semakin yakin menjadikan seni lukis sebagai jalur hidupnya. Seiring waktu namanya semakin dikenal luas ketika ia mempunyai kesempatan untuk mengikuti pameran di Den Haag dan Amsterdam. Saat melihat karya lukisan Raden Saleh, masyarakat Belanda tidak menyangka bahwa seorang pelukis dari Hindia Belanda dapat menguasai teknik lukis Barat.

Hidup di Eropa membuatnya mendapat didikan ala Barat, Raden Saleh menjadi sosok yang menjunjung tinggi idealisme kebebasan dan kemerdekaan sehingga ia sangat menentang penindasan. Pemikirannya tersebut ia gambarkan dalam sebuah lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro oleh pemerintah kolonial Belanda yang menggambarkan peristiwa pengkhianatan pihak Belanda kepada Pangeran Diponegoro yang mengakhiri Perang Jawa pada tahun 1830. Lukisan tersebut selesai dibuat pada tahun 1857.

Karyanya tersebut serupa dengan karya Nicholas Pienemen pada tahun 1835, namun Raden Saleh memberikan tafsiran berbeda pada lukisannya. Pada karya Pieneman lebih menekankan peristiwa menyerahnya Pangeran Dipenegoro. Tergambar dari raut wajahnya yang lesu dan pasrah serta gestur tubuh yang menunduk dan mengikuti perintah. Di latar belakang, digambarkan Jenderal De Kock berdiri berkacak pinggang.

Sedangkan pada lukisan Raden Saleh, Pangeran Diponegoro beserta pengikutnya datang dengan niat baik, namun perundingan gagal dan akhirnya Diponegoro ditangkap oleh Jenderal De Kock. Hal itu tergambar dari raut wajah Pangeran Diponegoro yang tegas dan menahan amarah, serta sorot mata yang tajam. Di samping itu, gestur tubuh pada lukisan Raden Saleh yang seolah ingin melakukan perlawanan.

Seperti disitat dari situs Kebudayaan Kemendikbud, pada tahun 1851, Raden Saleh mengakhiri petualangannya di Eropa dan kembali ke Batavia. Ia kemudian menikah dengan Raden Ayu Danudiredjo setelah mengakhiri pernikahannya dengan istri pertama yang berkebangsaan Belanda. Pada Minggu 25 April 1880, Raden Saleh meninggal dunia. Menurut hasil pemeriksaan dokter, ia meninggal dunia akibat thrombosis atau pembekuan darah. Ia dimakamkan di TPU Bondongan, Bogor, Jawa Barat.

Dalam karyanya, Raden Saleh banyak menggambarkan romantisme yang berkembang di Eropa pada awal abad ke-19 Masehi. Ciri romantisme yang muncul di dalam lukisan-lukisan Raden Saleh yang mengandung paradoks. Misalnya, gambaran keagungan sekaligus kekejaman, cerminan harapan (religiusitas), dan ketidakpastian takdir (dalam realitas). Melalui karyanya ia menyindir nafsu manusia yang terus mengusik makhluk lain, seperti kebiasaan berburu hewan. 
Di samping itu, Raden Saleh juga mengusungkan gagasan tentang kemerdekaan dan kebebasan, kemerdekaan, serta menentang penindasan dalam karya-karyanya. Salah satunya terwujud dalam lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro pada tahun 1857.

Berkat karya-karyanya, Raden Saleh juga banyak dianugerahi penghargaan, baik oleh Belanda maupun Indonesia.  di antaranya seperti bintang Ridder der Order van Eikenkoon (REK), Commandeur met de ster der Frans Joseph Orde (CFJO), Ridder der Koonorde van Pruisen (RKP), dan Ridder van de Witte Valk

Sedangkan dari penghargaan dari Pemerintahan Indonesia diberikan tahun 1969 lewat Departemen Pendidikan dan Kebudayaan secara anumerta berupa Piagam Anugrah Seni sebagai Perintis Seni Lukis di Indonesia.

detik.com

Komentar

Berita Lainnya

Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya

Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB

banner
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya

Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB

banner