Rabu, 8 September 2021 8:55:50 WIB
Ngeri! Badai Matahari Ekstrem Bisa Picu Kiamat Internet
Sosial Budaya
Agsan
Badai Matahari Ekstrem
Matahari selalu menghujani Bumi dengan partikel magnet yang dikenal sebagai angin matahari. Semburan angin ini selalu bisa dihalau oleh medan magnet Bumi sehingga tidak menyebabkan kerusakan di permukaan.
Tapi tiap satu abad sekali, angin matahari ini berubah menjadi badai matahari yang lebih ekstrem. Menurut penelitian yang dipaparkan di SIGCOMM 2021, ada kemungkinan badai matahari seperti ini bisa mengganggu koneksi internet di Bumi.
Asisten profesor di University of California, Sangeetha Abdu Jyothi, dalam makalahnya mengatakan badai matahari yang ekstrem bisa mengakibatkan 'kiamat internet' yang membuat sebagian besar populasi sulit terhubung ke internet selama berminggu-minggu.
"Apa yang benar-benar membuat saya berpikir tentang ini adalah dengan pandemi kita melihat betapa tidak siapnya dunia," kata Abdu Jyothi kepada Wired, seperti dikutip dari LiveScience, Rabu (8/9/2021).
"Tidak ada protokol untuk menanganinya secara efektif, dan hal yang sama dengan ketahanan internet. Infrastruktur kami tidak siap untuk fenomenan matahari berskala besar," imbuhnya.
Persiapan menghadapi badai matahari ekstrem masih minim karena fenomena ini sangat jarang terjadi. Ilmuwan memperkirakan kemungkinan terjadinya fenomena cuaca luar angkasa yang berdampak langsung ke Bumi antara 1,6% hingga 12% per dekade.
Dalam seabad terakhir, hanya ada dua badai matahari ekstrem yang pernah tercatat yaitu pada tahun 1859 dan 1921. Badai matahari yang terjadi tahun 1859 juga disebut sebagai 'Carrington Event' yang menyebabkan kabel telegram terbakar, hingga aurora yang biasanya hanya ada di kutub terlihat di Kolombia.
Bahkan badai matahari yang terbilang kecil juga memiliki dampak yang cukup signifikan. Seperti badai matahari pada Maret 1989 yang membuat Provinsi Quebec di Kanada kehilangan tenaga listrik selama sembilan jam.
Karena saat ini populasi dunia sangat bergantung pada internet, Abdu Jyothi pun mencoba meneliti dampak dari badai geomagnetik raksasa terhadap infrastruktur internet di Bumi.
Dalam makalahnya, Abdu Jyothi mengatakan koneksi internet lokal dan regional kemungkinan tidak akan terdampak karena kabel fiber optik tidak akan terpengaruh oleh gelombang geomagnetik.
Lain halnya dengan kabel internet bawah laut yang menghubungkan negara bahkan benua. Kabel-kabel ini dilengkapi dengan repeater untuk mendorong sinyal optik yang ditempatkan tiap 50-150 km.
Repeater ini disebut rawan terhadap paparan gelombang geomagnetik, dan kabel internet bawah laut bisa tidak berfungsi jika salah satu repeater ada yang mati. Jika ada banyak kabel bawah laut yang tidak berfungsi di satu wilayah, kemungkinan koneksi di satu benua putus dengan benua lain.
Kawasan yang paling terdampak adalah Bumi belahan utara, termasuk Amerika Serikat dan Inggris. Wilayah ini paling rentang terhadap badai matahari ekstrem dan jika terjadi maka negara-negara itu yang akan kehilangan koneksi internet terlebih dulu.
"Dampak ekonomi dari gangguan internet dalam satu hari di AS diperkirakan sekitar USD 7 miliar. Bagaimana jika jaringan tetap tidak berfungsi selama berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan?" kata Abdu Jyothi.
Jika badai matahari ekstrem selanjutnya menghampiri Bumi, Abdu Jyothi mengatakan kita memiliki waktu 13 jam untuk mempersiapkan diri.
Abdu Jyothi menyarankan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengantisipasi fenomena ini dari sekarang. Misalnya dengan menempatkan kabel bawah laut di garis lintang yang lebih rendah, dan mengembangkan tes ketahanan yang fokus pada efek kegagalan jaringan skala besar.
https://inet.detik.com/science/d-5713860/ngeri-badai-matahari-ekstrem-bisa-picu-kiamat-internet
Komentar
Berita Lainnya
Impian Ren Zhe menggabungkan budaya melalui karyanya Sosial Budaya
Selasa, 4 Oktober 2022 17:3:36 WIB
TING BAATAR Delegasi yang mengabdikan diri untuk membantu orang Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 17:36:8 WIB
Kanal Besar Menyaksikan Perubahan Hangzhou dari Pusat Industri Menjadi Permata Budaya Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB
Demam Bersepeda Perkotaan Mencerminkan Pembangunan Yang direncanakan, Beralih ke Gaya Hidup Hijau Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB
Bali memperingati Maulid Nabi 1444 H dengan menampilkan Tari Rodat Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB
Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB
Meningkatnya Populasi panda penangkaran global Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB
80 Persen kapas di Petik oleh Mesin Pemanen di Xinjiang Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB
Musik Tradisional di Kota Es Harbin Daya Tarik Wisata Global Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB
Transformasi Bekas Kompleks Industri di Liaoning Menjadi Taman Budaya Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB
Hong Kong Freespace Jazz Fest hadir kembali, menampilkan Jill Vidal, Eugene Pao dan Ted Lo Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB
Perlindungan Digital Pada Situs Gua Berusia 1600 tahun Di Kota Zhangye Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB
Situs Warisan Budaya, Memperkokoh Kepercayaan Bangsa Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 8:21:51 WIB
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
Wang Yaping: Impian Terbesarku adalah Kembali Terbang ke Luar Angkasa Sosial Budaya
Jumat, 4 November 2022 18:6:41 WIB