Selasa, 21 Desember 2021 5:39:6 WIB
Jepang Eksekusi Mati 3 Napi, Pertama Sejak 2019
Sosial Budaya
Angga Mardiansyah
Penyanyi Nigeria divonis hukuman mati setelah dituduh menghujat Nabi Muhammad ilustrasi (Foto: BBC World)
Otoritas Jepang pada hari Selasa (21/12) telah mengeksekusi tiga terpidana mati, yang pertama sejak Desember 2019.
Seperti diberitakan kantor berita AFP, Selasa (21/12/2021), media-media lokal yang mengutip sumber-sumber, melaporkan bahwa eksekusi mati tersebut adalah yang pertama di bawah Perdana Menteri Fumio Kishida, yang menjabat pada Oktober lalu dan memenangkan pemilihan umum pada bulan yang sama.
Ketika dihubungi oleh AFP, Kementerian Kehakiman tidak segera mengkonfirmasi laporan beberapa media besar tersebut, yang tidak memberikan identitas ketiga napi yang dieksekusi mati itu.
Jepang, di mana lebih dari 100 narapidana menunggu eksekusi mati, adalah salah satu dari sedikit negara maju yang masih menerapkan hukuman mati.
Dukungan publik untuk hukuman mati tetap tinggi meskipun ada kritik internasional, termasuk dari kelompok-kelompok hak asasi manusia.
Negara itu mengeksekusi mati tiga narapidana pada 2019 dan 15 napi pada 2018 -- termasuk 13 orang dari sekte Aum Shinrikyo yang melakukan serangan gas sarin fatal tahun 1995 di kereta bawah tanah Tokyo.
Eksekusi mati di Jepang biasanya dilaksanakan dalam waktu lama setelah vonis mati dijatuhkan, dan selalu dengan cara digantung.
Wakil kepala sekretaris kabinet Seiji Kihara menolak mengomentari eksekusi mati terbaru yang dilaporkan media-media lokal itu.
"Apakah akan mempertahankan sistem hukuman mati atau tidak adalah masalah penting yang menyangkut dasar sistem peradilan pidana Jepang," katanya.
Selama beberapa dekade, pihak berwenang memberi tahu terpidana mati hanya beberapa jam sebelum eksekusi dilakukan - sebuah proses yang menurut dua narapidana adalah ilegal dan menyebabkan tekanan psikologis.
Kedua napi itu menuntut pemerintah Jepang atas cara tersebut, dan juga menuntut kompensasi sebesar 22 juta yen ($194.000) untuk kesusahan yang disebabkan oleh hidup karena ketidakpastian akan tanggal eksekusi mati mereka.detiknews
Komentar
Berita Lainnya
Impian Ren Zhe menggabungkan budaya melalui karyanya Sosial Budaya
Selasa, 4 Oktober 2022 17:3:36 WIB
TING BAATAR Delegasi yang mengabdikan diri untuk membantu orang Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 17:36:8 WIB
Kanal Besar Menyaksikan Perubahan Hangzhou dari Pusat Industri Menjadi Permata Budaya Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB
Demam Bersepeda Perkotaan Mencerminkan Pembangunan Yang direncanakan, Beralih ke Gaya Hidup Hijau Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB
Bali memperingati Maulid Nabi 1444 H dengan menampilkan Tari Rodat Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB
Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB
Meningkatnya Populasi panda penangkaran global Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB
80 Persen kapas di Petik oleh Mesin Pemanen di Xinjiang Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB
Musik Tradisional di Kota Es Harbin Daya Tarik Wisata Global Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB
Transformasi Bekas Kompleks Industri di Liaoning Menjadi Taman Budaya Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB
Hong Kong Freespace Jazz Fest hadir kembali, menampilkan Jill Vidal, Eugene Pao dan Ted Lo Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB
Perlindungan Digital Pada Situs Gua Berusia 1600 tahun Di Kota Zhangye Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB
Situs Warisan Budaya, Memperkokoh Kepercayaan Bangsa Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 8:21:51 WIB
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
Wang Yaping: Impian Terbesarku adalah Kembali Terbang ke Luar Angkasa Sosial Budaya
Jumat, 4 November 2022 18:6:41 WIB