Reykjavik, Bharata Online - Tiongkok menjadi tuan rumah bagi pabrik metanol skala komersial yang dikembangkan oleh perusahaan energi bersih Islandia, Carbon Recycling International, yang mengubah CO2 yang ditangkap menjadi bahan bakar dalam sebuah kemitraan yang dipandang sebagai model kerja sama iklim global.
Omar Sigurbjornsson, Direktur Layanan Pasar Metanol di Carbon Recycling International, mengatakan bahwa pasar metanol global saat ini bernilai sekitar 100 juta ton per tahun, dengan proyeksi mencapai 115,9 juta ton pada tahun 2025.
Sigurbjornsson berharap kerja sama Islandia dengan Tiongkok, pemimpin dunia dalam investasi energi terbarukan, akan mempercepat kemajuan menuju netralitas iklim.
"Tiongkok adalah tempat yang sangat baik untuk memulai. Mereka bergerak cepat. Mereka berinvestasi besar-besaran dalam sumber energi terbarukan, efisiensi energi, dan merupakan pasar metanol terbesar di dunia. Dan kita dapat melihat dari pengalaman kami sebagai negara kecil dengan energi terbarukan yang melimpah, kita dapat memberikan dampak dengan mentransformasi teknologi ini dan menerapkannya ke berbagai aplikasi, berbagai pasar, di mana terdapat manfaat nyata dan potensi skala yang berdampak untuk membantu kita mencapai tujuan netralitas iklim dan transisi energi," ujarnya.
Tiongkok dan Islandia merilis pernyataan bersama tentang penguatan kerja sama di bidang energi panas bumi dan transisi hijau, menyusul pertemuan antara presiden mereka pada 14 Oktober 2025 di Beijing. Sigurbjornsson melihat kemitraan baru ini membantu membangun kekuatan satu sama lain.
"Tentu saja, ini cukup positif bagi kami untuk dipandang sebagai mitra yang berharga dalam hal ini. Kami pikir untuk memecahkan tantangan besar yang kita hadapi dalam transisi energi dan perubahan iklim global, kita perlu bekerja sama. Kita perlu melakukan pertukaran pembelajaran dari kedua budaya dan membangun kekuatan satu sama lain untuk memberikan dampak yang nyata," katanya.
"Ya, kami berharap dapat mengumumkan beberapa proyek. Saat ini sudah ada proyek yang sedang dibangun dan kami perkirakan akan dimulai tahun depan. Proyek ini akan menjadi yang pertama di jenisnya yang menggunakan tenaga angin dan biomassa dalam skala besar, terbesar di jenisnya. Nantinya, kami akan menggunakannya sebagai bahan bakar alternatif untuk kapal, misalnya untuk kapal kontainer yang mengangkut material kami antara Asia dan Eropa," ungkapnya.