Kamis, 8 Mei 2025 9:35:59 WIB

Ditengah Seruan untuk Menahan Diri, Pakistan Berjanji Balas Serangan India
International

AP Wira

banner

kerusakan akibat serangan rudal oleh India di Muzaffarabad, Kashmir yang dikuasai Pakistan, 7 Mei 2025. /VCG

Pakistan telah memperingatkan akan membalas dendam terhadap mereka yang tewas akibat serangan udara India yang menurut New Delhi merupakan respons terhadap serangan di Kashmir yang dikuasai India, yang menandakan eskalasi segera dalam kekerasan terburuk dalam beberapa dekade antara kedua negara tetangga tersebut.

Sejauh ini dilaporkan Setidaknya 43 tewas,  Islamabad mengatakan 31 warga sipil tewas oleh serangan dan penembakan India di sepanjang perbatasan, sementara New Delhi menyebut sedikitnya 12 orang tewas akibat penembakan Pakistan.

"Kami berikrar akan membalas setiap tetes darah para martir ini," kata Perdana Menteri Pakistan Shehbaz Sharif dalam pidatonya kepada rakyat pada Rabu malam.

Juru bicara militer Pakistan Ahmed Sharif Chaudhry mengatakan lima jet India telah jatuh di perbatasan.

Seorang sumber keamanan senior India, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya dalam wawancara dengan AFP, mengatakan tiga jet tempurnya jatuh di wilayah dalam negeri.

Baik India maupun Pakistan telah saling tembak-menembak artileri berat di sepanjang Garis Kontrol yang membagi Kashmir.

India mengatakan tindakannya "terfokus, terukur, dan tidak eskalatif."

Menteri Pertahanan Pakistan Khawaja Muhammad Asif menuduh Perdana Menteri India Narendra Modi melancarkan serangan untuk "menopang" popularitasnya di dalam negeri, seraya menambahkan bahwa Islamabad "tidak akan butuh waktu lama untuk menyelesaikan masalah ini."

Pada Rabu malam, juru bicara militer Pakistan mengatakan penembakan "masih berlangsung" di Garis Kontrol dan bahwa Islamabad akan mengambil tindakan balasan terhadap serangan udara tersebut.

Chaudhry menegaskan kembali "hak Pakistan untuk menanggapi, dalam pembelaan diri, pada waktu, tempat, dan cara yang dipilihnya," seraya menambahkan bahwa angkatan bersenjata telah "diberi wewenang" untuk melakukannya oleh pemerintah.

Ketegangan antara India dan Pakistan meningkat menyusul serangan mematikan terhadap wisatawan di Pahalgam di Kashmir yang dikuasai India pada tanggal 22 April.

Personel keamanan India berpatroli di pos pemeriksaan keamanan di pinggiran Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, 7 Mei 2025. /VCG

Personel keamanan India berpatroli di pos pemeriksaan keamanan di pinggiran Srinagar, Kashmir yang dikuasai India, 7 Mei 2025. /VCG

Seruan untuk menahan diri

Para diplomat dan pemimpin dunia telah memberikan tekanan pada kedua negara agar mundur dari jurang tersebut.

"Dunia tidak mampu menanggung konfrontasi militer antara India dan Pakistan," kata juru bicara kepala PBB Antonio Guterres.

Kementerian luar negeri Tiongkok pada hari Rabu mendesak kedua negara untuk menahan diri dan tidak mengambil tindakan yang dapat semakin memperumit situasi.

Presiden AS Donald Trump menyerukan penghentian pertempuran, dan menambahkan, "Jika saya dapat melakukan apa pun untuk membantu, saya akan berada di sana."

Menteri Luar Negeri Inggris David Lammy juga mengatakan pada hari Rabu dalam sebuah pernyataan, "Saya telah menjelaskan kepada rekan-rekan saya di India dan Pakistan bahwa jika ini meningkat lebih jauh, tidak ada yang menang."

"Kita perlu semua pihak bekerja sama segera untuk memulihkan stabilitas kawasan dan memastikan perlindungan warga sipil," imbuh Lammy.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei menyuarakan keprihatinan mendalam atas meningkatnya ketegangan antara India dan Pakistan baru-baru ini. Ia menegaskan kembali pendirian Iran yang berprinsip untuk menghindari penggunaan kekuatan dalam hubungan internasional dan menghormati kedaulatan nasional serta integritas teritorial.

Kementerian Luar Negeri Mesir menekankan dalam sebuah pernyataan pentingnya mengerahkan segala upaya untuk mencapai ketenangan dan meredakan krisis, serta memperingatkan terhadap eskalasi lebih lanjut.

Kementerian Luar Negeri Turki memperingatkan bahwa langkah-langkah "provokatif" tersebut dapat menimbulkan "risiko perang habis-habisan" dan meminta kedua pihak untuk bertindak dengan "akal sehat" dan menghindari "tindakan sepihak." [CGTN]

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner