Kamis, 10 April 2025 14:4:50 WIB

Pakar: Kebijakan Tarif AS Didorong oleh Ketakutan akan Dikalahkan oleh Pembangunan Pesat Tiongkok
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

Yan An, Robert Bendheim Chair Professor dalam bidang Ekonomi dan Kebijakan Keuangan di Universitas Fordham (CMG)

New York, Radio Bharata Online - Kebijakan tarif yang tidak dapat diprediksi dari pemerintahan Trump telah memicu perdebatan sengit tentang motivasi sebenarnya di balik langkah-langkah yang telah menyebabkan kekacauan di pasar global dalam beberapa hari terakhir, dengan seorang profesor ekonomi Universitas Fordham menyatakan bahwa sebagian alasannya adalah AS memandang perkembangan pesat Tiongkok sebagai ancaman.

Dalam sebuah wawancara dengan China Global Television Network (CGTN), Yan An, Robert Bendheim Chair Professor dalam bidang Ekonomi dan Kebijakan Keuangan di Universitas Fordham, menilai motif sebenarnya yang telah mendorong Presiden AS, Donald Trump, untuk meluncurkan strategi tarif agresifnya, dengan Tiongkok sebagai target terbesar.

Yan mengatakan salah satu alasan utama berasal dari tekanan dari para pemilih yang mengharapkan Trump untuk menindaklanjuti apa yang disebut agendanya 'America First', yang berupaya menjauhi globalisasi di tengah tuduhan "perlakuan tidak adil" terhadap Amerika Serikat.

"Trump merasa bahwa sistem lama telah gagal. Sistem tersebut tidak berjalan sesuai dengan harapan Amerika Serikat atau Trump. Globalisasi hanya menguntungkan penduduk kelas atas AS, tetapi tidak menguntungkan mayoritas penduduk AS dan khususnya para pemilih Trump," katanya.

"Pertanyaan kedua adalah mengapa tarif (kebijakan) menjadi pilihan de-globalisasi? Saya pikir itu karena Trump dan para pendukungnya menganggap alasan globalisasi gagal adalah karena kebijakan perdagangan yang tidak adil, hambatan perdagangan, dan kebijakan industri," ujar Yan.

Menurut profesor tersebut, perkembangan pesat Tiongkok telah menimbulkan kekhawatiran di AS bahwa Tiongkok akan segera menyalip Amerika dalam hal manufaktur dan teknologi.

"Tiongkok telah melampaui AS selama beberapa dekade. Ekonominya telah melampaui atau sedang dalam perjalanan untuk melampaui AS, tidak hanya di sisi manufaktur, tetapi juga di sisi teknologi tinggi, yang kita tahu telah menjadi mesin pertumbuhan AS. Sekarang, AS menyadari bahwa Tiongkok adalah ancaman yang berkelanjutan dan bahwa model Tiongkok bisa lebih baik daripada AS. Anda harus bersaing di era globalisasi," jelasnya.

Yan juga memperingatkan bahwa konflik perdagangan yang sedang berlangsung antara Tiongkok dan AS dapat menjadi masalah yang berkepanjangan.

"Jika Anda memikirkan latar belakang ini, saya pikir konflik semacam ini, kebijakan tarif terhadap Tiongkok dapat berlanjut lebih lama daripada kebijakan terhadap Eropa, terhadap Jepang, terhadap negara-negara lain. Pasar Tiongkok, dan juga ekonominya dapat terpengaruh lebih lama daripada negara-negara lain, pasar-pasar lain," tuturnya.

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner