Sabtu, 4 November 2023 10:56:56 WIB

Tentang Teknologi Deepfake Bikin Jokowi Seolah Fasih Mandarin
Teknologi

Detikcom - AP Wira

banner

Ilustrasi

JAKARTA, Radio Bharata Online - Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) memastikan video menampilkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) fasih berbahasa Mandarin yang beredar di media sosial bersifat disinformasi. Kominfo menyatakan video tersebut diedit dengan menggunakan teknologi artificial intelligence (AI) deepfake.
"Kementerian Kominfo menyatakan bahwa video tersebut merupakan hasil editan yang menyesatkan," tegas Kominfo.

Kominfo menyebut video yang beredar identik dengan unggahan kanal YouTube The U.S.-Indonesia Society (USINDO) tertanggal 13 November 2015. Video ini kemudian direkayasa dengan teknologi AI sehingga menampilkan Jokowi seolah-olah fasih berbahasa Mandarin.

Apa itu deepfake? Sebagai penjelasan sederhana, deepfake merupakan kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang bisa membuat video ataupun audio palsu menggunakan referensi material yang sudah ada.

Meski ada yang menyambut positif, kecanggihan deepfake juga bikin resah lantaran bisa menjadi media yang mendukung penyebarluasan hoaks. Pakar keamanan siber Pratama Persadha mengatakan, "Ancaman nyata dari dunia siber ke depan semakin beraneka ragam, misalnya yang sudah sering dibahas dan menjadi ancaman adalah hoax. Namun kini, ancaman hoax ditambah dengan model deepfake yang sungguh berbahaya," 

Pratama mengatakan, salah satu contoh yang paling sering jadi bukti bahaya deepfake adalah video palsu mantan Presiden AS Barack Obama. Faktanya, selain Obama, tokoh lain juga jadi sasaran. Salah satunya Elon Musk bos SpaceX dan Tesla yang sampai membuat saham perusahaannya rontok.

Belum lama ini, Direktur Jenderal Informasi Komunikasi Publik (Dirjen IKP) Kementerian Kominfo, Usman Kansong, mengatakan hoax berbentuk deepfake telah menjadi perhatian pemerintah, terutama saat ini yang sudah mulai terasa Pemilu 2024. Disampaikan Usman, Kominfo terus berkomunikasi dengan platform digital, seperti Google hingga Twitter terkait mengantisipasi penyebaran hoax Pemilu 2024.

"Karena sehebat apapun keinginan orang untuk menyampaikan hoax, tidak akan akan tersampaikan kalau platformnya concern," ucapnya.

Lebih lanjut, kata Usman, Google memiliki teknologi mengatasi video deepfake yang mana jika sudah terindikasi, maka akan diberi tanda berupa watermark. Dengan harapan masyarakat dapat mengetahui bahwa itu adalah hoax.  
[Detikcom]

Komentar

Berita Lainnya

Prioritas Agenda Kerja Sama Tiongkok-ASEAN Teknologi

Selasa, 3 November 2020 9:58:24 WIB

banner
CMG Siap Beritakan CIIE ke-3 Teknologi

Rabu, 4 November 2020 1:22:22 WIB

banner
Han Zheng Hadiri Upacara Pembukaan CIIE Ke-3 Teknologi

Jumat, 6 November 2020 1:14:28 WIB

banner
Tiongkok Gelar Harbolnas Terbesar di Dunia Teknologi

Selasa, 10 November 2020 19:55:39 WIB

banner