Beijing, Radio Bharata Online - Ketua Komisi Kesehatan Nasional, Lei Haichao, mengatakan dalam konferensi pers pada hari Kamis (11/9) bahwa Tiongkok telah membangun sistem pencegahan penyakit dan perawatan medis terbesar di dunia.
Menurut Lei, Tiongkok memiliki lebih dari 1,09 juta institusi kesehatan dan 15,78 juta tenaga kerja dokter, perawat, dan tenaga medis lainnya pada akhir tahun 2024.
Ia mengatakan, asuransi kesehatan dasar Tiongkok telah mempertahankan tingkat cakupan sekitar 95 persen selama periode Rencana Lima Tahun ke-14 (2021-2025), dengan lebih dari 1,3 miliar orang terdaftar pada tahun 2024.
Tiongkok memperkenalkan program subsidi pengasuhan anak nasional mulai tahun 2025, yang didanai oleh lebih dari 100 miliar yuan belanja fiskal, sebagai bagian dari upaya yang lebih luas untuk mendukung keluarga dan mendorong kelahiran anak.
Selama lima tahun terakhir, indikator kesehatan utama masyarakat Tiongkok telah meningkat secara signifikan. Pada tahun 2024, harapan hidup rata-rata Tiongkok mencapai 79 tahun, meningkat 1,1 tahun dari tahun 2020.
Lei mengatakan upaya akan dilakukan untuk memastikan ketersediaan dan distribusi sumber daya medis yang lebih merata di antara wilayah-wilayah.
"Kami akan mendekatkan sumber daya dan layanan kepada masyarakat. Kami akan mendistribusikan sumber daya medis berkualitas ke wilayah tengah, barat, dan timur laut, serta kota-kota padat penduduk di provinsi-provinsi, dan ke tingkat akar rumput. Hingga Agustus 2025, lebih dari 200 hasil pemeriksaan medis dan uji laboratorium telah diakui bersama di 338 wilayah setingkat kota di seluruh negeri," ujarnya.
Lei mencatat bahwa pemerintah Tiongkok akan terus meningkatkan kemampuan layanan rumah sakit tingkat kabupaten secara keseluruhan dan secara aktif meningkatkan desain tingkat atas untuk menciptakan sistem diagnosis dan perawatan berjenjang yang lebih efektif.
"Kami sedang mengembangkan program percontohan untuk membentuk kelompok medis perkotaan yang erat di 81 kota, dan telah membentuk konsorsium medis tingkat kabupaten yang erat di 2.199 kabupaten dan distrik. Pada tahun 2024, jumlah rujukan dua arah secara nasional melampaui 36 juta, naik 46 persen dari tahun 2020, yang menunjukkan bahwa rujukan lebih mudah bagi masyarakat," ujarnya.