Xinjiang, Radio Bharata Online - Akramjan Arkin, Kepala Sekolah Dasar Kotapraja Dariyabuyi di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang, Tiongkok barat laut, telah mengabdikan dirinya untuk meningkatkan pendidikan anak di kotapraja gurun yang dulunya terisolasi.
Hingga beberapa tahun terakhir, Daliyabuyi merupakan pulau terpencil di jantung Gurun Taklimakan, tempat orang-orang menjalani kehidupan yang terlupakan selama berabad-abad.
Kotapraja ini dikelilingi oleh wilayah gurun tak berpenghuni seluas lebih dari 200 kilometer. Dulu, penduduk desa harus menunggang keledai selama 20 hari untuk berdagang di kota terdekat, Yutian. Kini, Kotapraja Daliyabuyi yang baru didirikan terletak satu jam perjalanan dari Yutian.
Kehidupan baru kota ini berawal dari upaya pengentasan kemiskinan nasional, dan dampak pembangunan terlihat jelas di mana-mana. Hasilnya, anak-anak tidak perlu lagi berjalan kaki lebih dari 10 kilometer untuk bersekolah.
"Sekolah ini didirikan pada tahun 1989 di perkampungan lama dengan kondisi yang sangat sulit. (Beberapa siswa) tinggal terlalu jauh dari sekolah, dan beberapa harus berjalan kaki sejauh 15 kilometer. Mereka juga harus tinggal di kampus. Sekarang, kondisi di perkampungan baru jauh lebih baik. Setiap ruang kelas dilengkapi dengan sistem interaktif 'class connect'. (Saya bisa) menggunakan internet untuk mengunduh sumber belajar bagi siswa kami. Sejak relokasi, mereka menjadi siswa harian yang bersekolah di pagi hari dan pulang di malam hari. Sekolah menyediakan makan siang untuk mereka. Beberapa siswa mengatakan makanannya sangat lezat. Keadaan semakin membaik," jelas Akramjan.
Sekolah ini juga sekarang dilengkapi dengan taman bermain, yang memungkinkan para siswa muda untuk tetap bugar sambil bersenang-senang.
"Mereka sangat menikmati kelas olahraga, karena empat sesi diatur setiap minggu, dengan lompat tali, tenis meja, bulu tangkis, dan banyak kegiatan lainnya," ujar Akramjan.
Bagi kepala sekolah itu, bukti paling nyata dari era baru ini terletak pada prestasi siswanya.
"Semester lalu, saya mengajar matematika dan sains kepada 22 siswa. Mereka sangat pintar. Dalam ujian akhir, siswa kelas tiga meraih peringkat ketiga di seluruh kabupaten. Sekarang, mereka duduk di kelas empat di bagian sekolah dasar SMP No. 2 Kabupaten Yutian. Saya bertanya kepada mereka, 'Bagaimana kabarnya?' Mereka menjawab dengan sangat baik. (Beberapa berkata), 'Saya peringkat pertama matematika!' Beberapa berkata, 'Saya peringkat ketiga!' Mereka semua sangat senang," ungkapnya.
Keberhasilan tersebut telah memperkuat filosofi pendidikan Akramjan yang mengakar kuat -- bahwa anak-anak penuh dengan potensi, yang menunggu untuk dipupuk.
"Saya pikir siswa seperti bibit pohon. Kami merawat mereka dengan saksama, membimbing mereka untuk belajar giat dan menguasai ilmu pengetahuan, serta membantu mereka mengembangkan kebiasaan baik, yang sangat penting bagi saya. Momen terindah bagi saya adalah melihat siswa yang saya bina mencapai hasil terbaik mereka," ujarnya.