Senin, 18 Desember 2023 8:13:15 WIB
Kementerian Kesehatan RI memastikan belum ada temuan varian JN
Kesehatan
Detikcom - AP Wira

Singapura alami lonjakan COVID-19 akibat penyebaran varian baru JN.1. (Foto: AP Photo)
JAKARTA, Radio Bharata Online - Belum lama ini kasus COVID-19 di Singapura melonjak. kasusnya dilaporkan meningkat 75 persen dibandingkan pekan sebelumnya. Rata-rata rawat inap harian akibat COVID-19 dari 225 menjadi 350 orang. Sementara pasien dengan kebutuhan perawatan intensif sebanyak sembilan orang, dari semula 'hanya' empat pasien.
Peningkatan kasus COVID-19 di Singapura dipicu oleh sejumlah faktor, termasuk melemahnya kekebalan penduduk, serta meningkatnya mobilitas dan interaksi masyarakat menjelang momen akhir tahun. Peningkatan kasus ini juga disebabkan oleh COVID-19 subvarian Omicron JN.1, yang merupakan turunan atau sublineage dari subvarian Omicron BA.2.86 yang saat ini mencakup lebih dari 60 persen kasus COVID-19 di Singapura.
Adapun subvarian ini pertama kali terdeteksi di Amerika Serikat pada bulan September lalu. BA.2.86 dan turunannya telah diklasifikasikan sebagai varian yang menjadi perhatian atau variant of interest (VOI) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sejak 21 November.
Meski begitu, Kemenkes Singapura menambahkan, saat ini tidak ada indikasi, secara global atau lokal, yang menyebut BA.2.86 atau JN.1 lebih mudah menular. Termasuk juga tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah dibandingkan varian lain yang beredar.
Gejala dari subvarian Omicron ini pun berbeda dari varian-varian sebelumnya. JN.1 bisa memunculkan gejala pada lidah atau yang disebut sebagai COVID Tongue. Dikabarkan bahwa banyak pasien terpapar mengaku bahwa lidah mereka terlihat tidak normal. Adapun gejala pada lidah terkait COVID-19 (COVID Tongue) ditandai dengan adanya pembengkakan atau peradangan pasca terinfeksi COVID-19. Beberapa pasien mungkin juga menyadari bahwa lidah mereka tampak lebih putih dan tidak merata dari biasanya.
Selain gejala tersebut, beberapa pasien juga mengalami gejala lain seperti kemerahan berlebihan, sensasi terbakar, mati rasa, pada tingkat tertentu di lidah. Terkadang, benjolan atau sariawan juga bisa muncul pada pasien yang terpapar. Kemunculan sariawan ini biasanya perlu ditangani dengan obat-obatan agar membaik.
Menurut studi Zoe Covid, terdapat beberapa faktor yang dapat membuat sebagian pengidap COVID-19 mengalami gejala tersebut. Salah satunya karena respons imun pasien terhadap virus SARS-CoV-2. Orang-orang yang mengalami gejala ini sangat dianjurkan untuk berkonsultasi dengan dokter. Hal ini dikarenakan pasien memerlukan obat tambahan untuk mengobati atau meringankan keluhan bengkak hingga radang pada lidah.
Kementerian Kesehatan RI memastikan belum ada temuan varian JN.1, atau sublineage dari Omicron BA.2.86. Pemerintah melihat dominasi kasus dari pasien COVID-19 yang kembali melonjak masih disumbang varian EG.1 atau 'Eris'.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) dr Maxi Rein Rondonuwu juga menegaskan sejauh ini belum ada varian JN.1
[Detikcom]
Komentar
Berita Lainnya
Singapura dihadang subvarian Omicron baru yakni XBB Yang kembali meningkat hingga melampaui 9 ribu kasus per hari Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 10:23:40 WIB

Presiden RI Joko Widodo mengatakan pandemi COVID-19 tidak hanya menjadi masalah kesehatan global yang besar Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 13:43:44 WIB

Tidak jarang beredar mitos terkait penyebab kanker payudara pada wanita Kesehatan
Selasa, 18 Oktober 2022 9:49:9 WIB

Terkait laporan adanya 192 kasus gagal ginjal akut misterius di Indonesia Kesehatan
Rabu, 19 Oktober 2022 8:56:53 WIB

Dalam upaya menangani kasus gagal ginjal akut pada anak Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:21:29 WIB

Banyak orang merasa menurunkan berat badan begitu sulit Memutuskan apa yang harus dimasak setiap hari juga sulit Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:42:35 WIB

Delta Sungai Yangtze kini menjadi salah satu pusat ekonomi di Tiongkok Kesehatan
Sabtu, 27 Agustus 2022 1:59:36 WIB