Minggu, 3 Oktober 2021 3:46:16 WIB

Dubes Djauhari Ungkapkan Fokus Kerjasama Hubungan Indonesia dan Tiongkok
Tiongkok

Adelia Astari

banner

Dubes RI untuk Tiongkok dan Mongolia Djauhari Oratmangun.

Indonesia terus menjalin banyak peluang dengan Tiongkok yang saat ini diketahui sebagai Negara dengan ekonomi terkuat kedua di dunia. Tiongkok dalam 20 tahun terakhir mencapai pembangunan ekonomi yang luar biasa.

Dikatakan oleh dubes Djauhari dalam wawancara, alasan Tiongkok bisa seperti saat ini merupakan hasil dari perencanaan yang matang, sejak kebijakan membuka diri 42 tahun yang lalu.

“20 tahun pertama mereka fokus pada pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Pendidikan, Teknologi dan lainnya. Kemudian mereka sangat menekan aspek cinta tanah air. Rasa cinta akan bangsa membuat mereka siap untuk membangun tanah air.” papar Djauhari saat ditanyai tanggapan dirinya mengenai Tiongkok.

Dalam pemaparannya selain 20 tahun pertama, Tiongkok dalam 20 tahun terakhir menjadi lebih fokus pada pembangunan infrastruktur, dan juga inovasi teknologi. Seperti marketplace, e-commerce, big data, kecerdasan buatan atau AI, dan digital ekonomi.

Djauhari pun terkesan dengan perkembangan Tiongkok tersebut ditambah ketika dirinya menjadi Dubes dan bisa mengunjungi banyak daerah, kota maupun desa di Tiongkok. Oleh karena itu Indonesia ingin menjalin kerjasama lebih dalam dengan Tiongkok di bidang-bidang yang Tiongkok unggul.

Tiongkok merupakan salah satu mitra dagang terbesar Indonesia dengan volume perdagangan Indonesia dan Tiongkok tahun 2020 diatas 78 milliar dolar AS. Selain itu ekspor ke Tiongkok juga meningkat sekitar 10 persen dibanding tahun sebelumnya. Berdasarkan data dari BPKM tahun 2020, Investasi dari Tiongkok ke Indonesia sebesar 4,8 milliar dollar AS atau sekitar 2-3 persen. Walaupun hal itu mengalami penurunan dari tahun 2019 yang mengalami peningkatan 9,6% karena pandemi COVID-19 yang melanda dunia.

“Investasi diarahkan juga kepada proyek-proyek yang akan akan memberikan nilai tambah kepada hasil-hasil produk. Misal proyek electrical vechile atau mobil listrik. Karena Indonesia memiliki nikel, selama ini kita ekspor nikel kenapa tidak kita ekspor barang menjadi setengah jadi atau sudah jadi atau bahkan sampe ke industri lithium baterai nya.” ucap Djauhari.

Kemudian Dubes Djauhari juga mengatakan kerja sama akan difokuskan pada bidang inovasi teknologi.

“Kenapa penting? Karena kontribusi digital ekonomi kepada GDP Tiongkok mencapai 32%. Di Indonesia dengan 6 unicorn yang dimiliki sekarang dan terbesar di Asia Tenggara pada tahun 2020 membukukan transaksi elektronik 4,4 milliar dolas AS.” papar Djauhari.

Menurut Djauhari hal tersebut menjadikan inovasi teknologi juga salah satu kerjasama yang ingin dibina karena kontribusi digital ekonomi untuk GDP Indonesia baru mencapai 3%. Diprediksi pada tahun 2025 ekonomi digital Indonesia nilainya 130 milliar hinga 150 milliar dollar AS. Kurang lebih 9-10% kontribusinya dan hal ini diprediksi mendekati GDP Ekonomi Pariwisata Indonesia.

Selanjutnya kerja sama di bidang ekonomi pariwisata, berdasarkan data dari BPS turis Tiongkok yang datang ke Indonesia mecapai 2,07 juta kunjungan.

Dubes Djauhari juga menyampaikan mengenai kerja sama infrastruktur kesehatan yang sedang dilakukan dimana hal ini penting karena saat ini dalam situasi pandemi COVID-19. Misalnya untuk penyediaan alat kesehatan, masker, dan vaksin.

Komentar

Berita Lainnya