Selasa, 20 Mei 2025 18:24:39 WIB
Dominasi Tanpa Celah di Piala Sudirman: Rahasia Kemenangan Tiongkok yang Perlu Dipelajari Indonesia
Olahraga
OPINI/Muhammad Rizal Rumra

Ilustrasi Trofi Piala Sudirman
Piala Sudirman 2025 yang digelar di Xiamen, Tiongkok, kembali menegaskan dominasi tuan rumah di panggung bulu tangkis beregu dunia. Dalam laga final pada Minggu, 4 Mei lalu, Tiongkok mengalahkan Korea Selatan dengan skor 3-1 dan mempersembahkan gelar ke-14 sepanjang sejarah keikutsertaan mereka. Lebih dari sekadar kemenangan, hasil ini memperlihatkan keberhasilan sistematis yang telah dibangun dan dipelihara secara konsisten oleh Tiongkok dalam hampir empat dekade terakhir.
Sejak pertama kali diselenggarakan pada tahun 1989 di Jakarta, Piala Sudirman menjadi ajang tolok ukur kekuatan kolektif sebuah negara dalam semua sektor bulu tangkis seperti tunggal putra, tunggal putri, ganda putra, ganda putri, dan ganda campuran. Namun dalam 19 edisi penyelenggaraan hingga tahun 2025, hanya tiga negara yang pernah merebut trofi ini yakni Tiongkok, Korea Selatan, dan Indonesia.
Yang menarik, Indonesia yang menjadi juara perdana pada tahun 1989 belum pernah kembali berdiri di podium tertinggi. Sebaliknya, Tiongkok semakin tak tergoyahkan dan bahkan mencatatkan empat gelar berturut-turut sejak tahun 2019. Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar, bagaimana Tiongkok bisa begitu unggul, konsisten, dan terus mencetak generasi juara tanpa henti? Dan lebih penting lagi, apa yang bisa Indonesia pelajari dari keberhasilan itu?
Keberhasilan Tiongkok bukanlah hasil dari keberuntungan semata, melainkan buah dari sistem pembinaan atlet yang terstruktur dan terpusat sejak usia dini. Negara ini memiliki jaringan akademi dan pusat pelatihan regional yang terintegrasi dengan sistem seleksi ketat dan kurikulum pelatihan yang sistematis, mencakup aspek teknis, fisik, taktik, dan psikologis. Para pemain potensial dipantau sejak usia muda dan diarahkan melalui program jangka panjang yang memungkinkan mereka tumbuh dalam ekosistem yang kompetitif dan penuh tuntutan profesional.
Selain sistem pembinaan, faktor pendanaan dan infrastruktur memainkan peran sangat penting. Pemerintah Tiongkok menetapkan bulu tangkis sebagai cabang olahraga prioritas nasional dengan dukungan anggaran yang besar. Dengan dana tersebut, federasi bulu tangkis Tiongkok mampu membangun fasilitas pelatihan berstandar dunia yang dilengkapi dengan teknologi canggih, akses ke peralatan terbaik, dan dukungan tenaga ahli mulai dari fisioterapis hingga psikolog olahraga. Pendekatan berbasis sains olahraga menjadi ciri khas Pemusatan Latihan Nasional (PELATNAS) mereka, termasuk penggunaan analisis data, video pertandingan, hingga kecerdasan buatan (AI) untuk mengevaluasi performa dan menyusun strategi adaptif melawan para atlet tangguh lainnya.
Kekuatan Tiongkok juga terletak pada kedalaman skuad yang luar biasa. Tidak seperti banyak negara lain yang sangat bergantung pada pemain inti, Tiongkok memiliki lapisan pemain cadangan yang kualitasnya nyaris setara. Ketika pemain utama harus dirotasi atau mengalami cedera, kualitas tim tidak menurun secara signifikan. Ini menjadikan mereka sangat kompetitif dalam format beregu, di mana kekuatan kolektif lebih menentukan daripada kehebatan individu semata.
Mentalitas juang para pemain Tiongkok juga menjadi aspek penting dari dominasi mereka. Atlet-atlet dibentuk dalam lingkungan yang sangat kompetitif, di mana hanya yang terbaik yang bertahan. Budaya kerja keras, disiplin tinggi, serta rasa tanggung jawab terhadap tim dan negara ditanamkan sejak dini. Koordinasi lintas sektor pun sangat solid, sehingga tim selalu tampil siap dan menyatu dalam menghadapi tekanan pertandingan di level tertinggi.
Jika dibandingkan dengan Indonesia, terdapat sejumlah perbedaan fundamental yang patut dicermati. Indonesia memiliki sejarah panjang dan deretan legenda dunia, namun belum berhasil membangun sistem pembinaan yang mampu menyamai stabilitas dan kedalaman skuad Tiongkok. Dalam beberapa edisi terakhir Piala Sudirman, Indonesia kerap tersingkir di babak semifinal atau sebelumnya. Salah satu tantangan utama adalah ketimpangan kekuatan antar sektor. Indonesia masih sangat bergantung pada sektor ganda putra, dan ketika sektor tersebut tidak tampil maksimal, peluang meraih kemenangan menjadi sangat kecil karena sektor lain belum menunjukkan daya saing yang seimbang.
Regenerasi pemain pun masih menjadi persoalan besar. Banyak pemain muda belum siap tampil di pentas dunia karena minimnya jam terbang dan pengalaman bertanding. Sistem pembinaan di Indonesia masih tersebar dan belum sepenuhnya terintegrasi. Klub-klub swasta memiliki sistem pelatihan masing-masing yang tidak selalu selaras dengan standar PELATNAS, sehingga proses seleksi dan pembinaan kurang optimal. Di sisi lain, infrastruktur dan dukungan tenaga ahli di tingkat daerah maupun nasional belum merata. Tidak semua atlet memiliki akses ke fasilitas modern, pendampingan psikologis, atau asupan nutrisi yang sesuai kebutuhan atlet elite.
Selain itu, kebijakan manajemen tim nasional sering kali tidak konsisten. Terjadi pergantian pelatih atau manajer tim secara berkala, yang menyebabkan terganggunya kesinambungan program pembinaan. Belum adanya peta jalan pengembangan prestasi jangka panjang juga membuat program PELATNAS berjalan reaktif terhadap hasil pertandingan, alih-alih berorientasi pada pengembangan sistem yang berkelanjutan.
Untuk dapat mengejar ketertinggalan dan kembali bersaing di level tertinggi, Indonesia perlu melakukan reformasi menyeluruh terhadap tata kelola pembinaan dan manajemen bulu tangkis nasional. Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) harus menjadi motor penggerak pembinaan yang terintegrasi dari tingkat klub hingga PELATNAS dengan kurikulum pelatihan nasional yang terstandarisasi. Penggunaan teknologi dan data sains olahraga harus diperkuat, termasuk analisis performa berbasis data, pemantauan biometrik, dan penggunaan AI untuk perencanaan strategi dan evaluasi atlet.
Penting pula untuk menciptakan kompetisi internal yang sehat dan kompetitif, misalnya melalui liga nasional antar sektor atau klub yang secara rutin dijadikan ajang seleksi dan pembentukan karakter bertanding. Keberadaan tenaga pendukung seperti psikolog olahraga, ahli nutrisi, dan fisioterapis perlu menjadi bagian tak terpisahkan dari sistem PELATNAS. Semua ini perlu dilandasi oleh visi jangka panjang yang konsisten, dengan target pembangunan 8 hingga 10 tahun, bukan sekadar pencapaian sesaat.
Dominasi Tiongkok di Piala Sudirman bukanlah hasil kerja instan, melainkan buah dari ketekunan, disiplin sistem, dan keberanian untuk berinovasi dalam jangka panjang. Indonesia memiliki sumber daya manusia bertalenta, semangat masyarakat yang tinggi terhadap bulu tangkis, serta sejarah prestasi yang tidak bisa dipandang remeh.
Oleh karena itu, yang dibutuhkan kini adalah kemauan kolektif untuk belajar dari yang terbaik, melakukan transformasi menyeluruh, dan menjaga komitmen terhadap visi jangka panjang secara konsisten. Jika itu dilakukan dengan serius, maka bukan tidak mungkin Indonesia akan kembali ke puncak dan mengukir sejarah baru di panggung bulu tangkis dunia.
Komentar
Berita Lainnya
Tragedi Kanjuruhan, Saat Penempatan Polisi dan Tentara di Stadion Dinilai Tak Relevan Olahraga
Kamis, 6 Oktober 2022 13:20:57 WIB

Jadwal Timnas U17 Indonesia Vs Palestina di Kualifikasi Piala Asia U17 2023 Olahraga
Jumat, 7 Oktober 2022 16:20:58 WIB

Lionel Messi: "Qatar Akan Jadi Piala Dunia Terakhir Saya" Olahraga
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:33:54 WIB

PSSI Temui FIFA-AFC: Komitmen Satgas Transformasi, hingga Timeline Agenda Selanjutnya Olahraga
Kamis, 13 Oktober 2022 16:9:38 WIB

Shenzhen FC Klub Liga Super China akan Memainkan Pertandingan Kandang di Foshan Olahraga
Jumat, 14 Oktober 2022 21:50:11 WIB

Temuan TGIPF akan disampaikan Kepada Presiden FIFA Olahraga
Jumat, 14 Oktober 2022 23:21:2 WIB

Iwan Bule Dipaksa Mundur, Efek Panas KLB, dan Nasib Timnas Olahraga
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:54:41 WIB

Wang Xiyu mencapai semifinal Cluj Napoca Open Olahraga
Sabtu, 15 Oktober 2022 19:3:13 WIB

Roundup CBA: Royal Fighters keluar dari tekanan dari Xinjiang, Shenzhen kalahkan Guangdong Olahraga
Minggu, 16 Oktober 2022 8:5:19 WIB

Pemerintah Pastikan Tak Campur Tangan dalam Proses Reformasi PSSI Olahraga
Minggu, 16 Oktober 2022 18:30:25 WIB

Karim Benzema Raih Ballon d'Or 2022, Manchester City Klub Terbaik Olahraga
Selasa, 18 Oktober 2022 10:58:58 WIB

Jokowi Sambut Presiden FIFA di Istana Merdeka Olahraga
Selasa, 18 Oktober 2022 13:40:25 WIB

Super 'Zhuper' bertekad untuk melupakan cederanya Olahraga
Rabu, 19 Oktober 2022 8:42:56 WIB

FIFA Pastikan Piala Dunia U-20 2023 Tetap Digelar di Indonesia Olahraga
Rabu, 19 Oktober 2022 9:57:41 WIB

Kiprah Timnas Amputasi Indonesia di Ajang AFWC 2022 Olahraga
Kamis, 20 Oktober 2022 12:14:25 WIB
