Senin, 21 Juli 2025 23:46:7 WIB
Pasar yang Tidak Bisa Diabaikan: Pengakuan Nvidia atas Dominasi Inovasi Tiongkok
Teknologi
OPINI/Muhammad Rizal Rumra

Jensen Huang saat diwawancarai media
Pujian Jensen Huang, Pendiri sekaligus Kepala Eksekutif (Chief Executive Officer/CEO) raksasa teknologi Amerika Serikat (AS), Nvidia terhadap pasar dan inovasi Tiongkok di sela-sela kehadirannya pada upacara pembukaan Pameran Rantai Pasokan Internasional Tiongkok (China International Supply Chain Expo/CISCE), yang berlangsung dari 16-20 Juli 2025 bukanlah pernyataan biasa dari seorang CEO korporasi teknologi, melainkan refleksi mendalam atas perubahan besar dalam tatanan kekuatan teknologi global.
Dalam wawancaranya dengan Grup Media Tiongkok (China Media Group/CMG) dan Televisi Sentral Tiongkok (China Central Television/CCTV), Huang tidak sekadar memuji melainkan juga mengakui secara eksplisit keunikan dan dinamika pasar Tiongkok yang tak tergantikan.
Ia menyebut Tiongkok bukan sebagai salah satu dari banyak pasar, tetapi sebagai pasar yang "unik dan unik", menandakan pengakuan mendalam bahwa negara ini telah menjadi pusat gravitasi baru dalam ekosistem teknologi global, terutama di bidang Kecerdasan Buatan (AI). Ungkapan seperti ini mencerminkan pergeseran arah orientasi geopolitik teknologi, dari dominasi tunggal Silicon Valley menuju konfigurasi multipolar yang semakin kuat.
Dalam teori realisme struktural hubungan internasional, kekuasaan suatu negara tidak lagi hanya ditentukan oleh dominasi militer atau ekonomi, tetapi juga oleh penguasaan terhadap teknologi strategis. AI sebagai salah satu bentuk teknologi umum (general purpose technology), kini menjadi arena utama dalam perebutan supremasi global.
Upaya AS untuk mengekang kemajuan Tiongkok melalui pembatasan ekspor chip kelas atas seperti A100 dan H100 adalah bagian dari strategi mempertahankan dominasi dalam ranah teknologi canggih. Namun, kebijakan ini justru mendorong akselerasi kemandirian teknologi Tiongkok dan menguatkan jalur inovasi alternatif yang independen.
Keberhasilan perusahaan seperti DeepSeek, yang dipuji langsung oleh Huang karena mampu menciptakan model AI inovatif R1 dengan memaksimalkan potensi chip Nvidia H20, adalah bukti bahwa Tiongkok mampu menghadapi dan bahkan membalikkan pembatasan teknologi menjadi kekuatan pendorong inovasi.
DeepSeek menjadi simbol dari pendekatan inovasi khas Tiongkok yang tangguh, adaptif, dan efisien. Meskipun chip H20 tidak berada di jajaran teknologi unggulan Nvidia, perusahaan ini mampu mendesain ulang struktur kerja sistem AI agar tetap kompetitif di panggung dunia.
Hal ini memperlihatkan kapasitas insinyur dan ilmuwan komputer Tiongkok yang tidak hanya besar secara kuantitatif yakni sebagai salah satu populasi ilmuwan komputer terbesar di dunia, melainkan juga unggul secara kualitatif dalam hal kecerdikan dan kecepatan adaptasi.
Konsep "tumpukan teknologi AI" yang disebut Huang, mulai dari perangkat keras, jaringan, sistem, algoritma, hingga aplikasi, menggambarkan betapa kompleksnya ekosistem AI. Namun, Tiongkok membuktikan bahwa keterbatasan pada satu lapisan tidak menjadi penghambat mutlak. Justru, inovasi dapat terus dilahirkan dari kemampuan untuk mengembangkan atau menyesuaikan lapisan-lapisan lainnya.
Pernyataan Huang tentang pentingnya pasar Tiongkok bagi seluruh penyedia teknologi global secara tidak langsung mengafirmasi perubahan struktur ketergantungan dalam sistem ekonomi internasional. Jika sebelumnya negara-negara berkembang bergantung pada pusat teknologi global di Barat, kini situasinya berbalik.
Perusahaan teknologi Barat, termasuk Nvidia, semakin bergantung pada pasar, talenta, dan ekosistem digital Tiongkok untuk mempertahankan pertumbuhan dan relevansi global. Konsep ketergantungan terbalik ini secara teori melawan asumsi klasik dalam model dependency yang menyatakan bahwa pusat (Barat) selalu menjadi sumber inovasi dan kemajuan, sedangkan pinggiran (Timur) hanya menjadi konsumen pasif. Faktanya hari ini, pasar Tiongkok justru menentukan arah investasi, pengembangan produk, dan bahkan retorika strategis perusahaan global.
Tiongkok mengembangkan model inovasi yang sangat berbeda dengan Barat. Jika Silicon Valley bertumpu pada mekanisme pasar bebas dan venture capital, maka Tiongkok mengembangkan pola Sosialisme dengan karakteristik Tiongkok yang mengintegrasikan peran pemerintah dalam perencanaan dan eksekusi jangka panjang sektor ekonomi dan teknologi.
Pemerintah pusat di Beijing, melalui strategi seperti Rencana Pengembangan AI Generasi Baru (New Generation Artificial Intelligence Development Plan/AIDP) dan kebijakan industrial berbasis misi seperti Made in China 2025, mendorong pertumbuhan perusahaan-perusahaan nasional di sektor teknologi tinggi, termasuk AI.
DeepSeek dan banyak perusahaan AI lain merupakan bagian dari Tim AI Nasional, yaitu kumpulan entitas yang secara resmi didukung negara untuk menciptakan kemandirian dan keunggulan nasional dalam teknologi strategis. Model inovasi ini lebih terstruktur, terkoordinasi, dan diarahkan pada tujuan-tujuan nasional jangka panjang.
Implikasi geopolitik dari semua ini sangat besar. Dunia kini tengah menyaksikan fragmentasi sistem teknologi global menjadi dua kutub besar yakni kutub teknologi AS dan kutub teknologi Tiongkok. Dunia digital yang sebelumnya ditandai oleh standar global tunggal kini cenderung menuju bifurkasi, yaitu pecahnya sistem teknologi berdasarkan garis geopolitik.
Ini dapat dilihat dari munculnya sistem alternatif seperti Sistem Pembayaran Antarbank Lintas Batas (Cross-Border Interbank Payment System/CIPS) milik Tiongkok sebagai pengganti sistem pembayaran Barat yakni Perhubungan Sosial untuk Telekomunikasi Keuangan Antar Bank Seluruh Dunia (Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication/SWIFT), sistem operasi HarmonyOS yang dikembangkan Huawei, perusahaan teknologi asal Tiongkok sebagai pengganti Android, serta chip buatan Perusahaan Manufaktur Semikonduktor Internasional (Semiconductor Manufacturing International Corporation/SMIC) milik Tiongkok dan Huawei yang menggantikan chip-chip dari perusahaan Barat.
Keputusan pemerintah AS untuk membatasi akses Tiongkok terhadap teknologi tinggi justru mempercepat proses ini, karena mendorong Tiongkok untuk membangun infrastruktur teknologinya sendiri yang mandiri dan berdikari. Dalam jangka panjang, hal ini bisa melemahkan posisi dominan standar teknologi Barat dan menciptakan arsitektur teknologi global yang terfragmentasi.
Kasus DeepSeek dan pemanfaatan chip H20 menjadi contoh nyata dari inovasi dalam keterbatasan. Tiongkok menunjukkan bahwa dalam situasi tertutup, pemikiran sistemik dan adaptasi lintas lapisan teknologi justru menjadi keunggulan kompetitif. Tidak ada lapisan dalam ekosistem AI yang benar-benar stagnan, karena keterbatasan pada satu sisi dapat diatasi melalui rekayasa kreatif pada sisi lainnya.
Ini adalah kekuatan khas dari pendekatan rekayasa Tiongkok yakni efisien, fleksibel, dan berorientasi hasil. Keberhasilan model AI R1 dari DeepSeek, yang mencapai performa kelas dunia meski dibangun di atas chip non-premium, menjadi bukti konkret bahwa pembatasan bukanlah penghalang, melainkan bahan bakar bagi kreativitas.
Huang menutup pernyataannya dengan kalimat yang sangat penting secara strategis: “Saya sangat optimis dan yakin dengan kemampuan inovasi Tiongkok untuk beradaptasi dengan sumber daya apa pun yang mereka miliki.” Ini adalah pengakuan bahwa ekosistem inovasi Tiongkok kini tidak lagi berada dalam posisi mengejar, tetapi sudah dalam posisi bersaing dan bahkan memimpin di beberapa bidang.
Jika Nvidia, sebagai raksasa teknologi Unit Pemrosesan Grafis (Graphics Processing Unit/GPU) dunia, merasa perlu menyatakan loyalitas dan keterbukaan terhadap pasar Tiongkok, maka sudah waktunya dunia menyadari bahwa kekuatan teknologi global kini tidak lagi hanya dipusatkan di Silicon Valley, tetapi juga di Beijing, Hangzhou, dan Shenzhen. Dunia sedang menyaksikan lahirnya pusat teknologi alternatif yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga tahan terhadap tekanan eksternal.
Dalam dunia multipolar yang tengah terbentuk, persaingan teknologi menjadi medan utama dalam perebutan kekuasaan global. Tiongkok telah menunjukkan bahwa dominasi teknologi tidak bisa dipertahankan melalui sanksi atau pembatasan, melainkan melalui inovasi yang berkelanjutan dan berdaulat.
Dan dari semua bukti yang ada, satu kesimpulan semakin nyata bahwa masa depan teknologi global tidak akan ditentukan sepenuhnya oleh Barat. Tiongkok telah memantapkan dirinya sebagai kekuatan yang tidak bisa diabaikan, bukan hanya karena ukuran pasarnya, tetapi karena kapasitas inovatifnya yang terus bergerak maju tanpa bisa dihentikan.
Komentar
Berita Lainnya
Duta Besar Tiongkok untuk ASEAN Deng Xijun: “Ekonomi Tiongkok kembali tumbuh 3 Teknologi
Selasa, 3 November 2020 9:37:56 WIB
“Memperkuat Pemulihan Ekonomi Regional di Tengah COVID-19†Teknologi
Selasa, 3 November 2020 9:42:13 WIB
Seperti kita ketahui bahwa semua Negara saat ini tengah dihadapkan dampak pandemi dan problem lainnya Teknologi
Selasa, 3 November 2020 9:58:24 WIB
CMG Siap Beritakan CIIE ke-3 Ekspo Impor Internasional Tiongkok (CIIE) ke-3 dibuka 4 November hari ini Teknologi
Rabu, 4 November 2020 1:22:22 WIB
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Wang Wenbin kemarin (4/11) di depan jumpa pers menyatakan Teknologi
Kamis, 5 November 2020 0:59:28 WIB
Shanghai yang berkapasitas menjadi tuan rumah CIIE ke-3 kian menjadi sorotan dunia Teknologi
Sabtu, 7 November 2020 0:45:28 WIB
Metamorfosis Wuhan dari Pusat Corona menjadi Primadona Wisata Teknologi
Sabtu, 7 November 2020 0:51:48 WIB
BEIJING - Laju cepat terus ditunjukkan oleh teknologi komputasi awan atau cloud hampir di seluruh dunia Teknologi
Minggu, 8 November 2020 20:0:28 WIB
Jakarta - Festival belanja terbesar di dunia yang diselenggarakan setiap 11 November yang merupakan hari raya\ bagi warga lajang Teknologi
Selasa, 10 November 2020 19:55:39 WIB
Menurut informasi dari Biro Pos Nasional Tiongkok Teknologi
Rabu, 11 November 2020 22:3:29 WIB