Beijing, Bharata Online - Forum Sosialisme Dunia ke-15 resmidibuka di Beijing pada hari Senin (3/11), mempertemukan hampir 90 delegasi dari 35 negara, termasuk para pemimpin partai komunis asing, cendekiawan Marxis terkemuka, dan para pemikir sosialis, untuk mengeksplorasi jalur pembangunan dan tata kelola global.
Acara dua hari ini diselenggarakan oleh Akademi Ilmu Sosial Tiongkok.
Dengan tema "Di Persimpangan Sejarah Dunia: Pilihan Semua Bangsa", para peserta membahas beragam topik, mulai dari modernisasi Tiongkok dan kebangkitan negara-negara Selatan, hingga reformasi tata kelola global, penegakan keadilan dan kesetaraan, serta pemeliharaan tatanan internasional pascaperang.
Hasan Tarique Chowdhury, Sekretaris Jenderal Organisasi Solidaritas Rakyat Afro-Asia Bangladesh, mengatakan bahwa pengalaman modernisasi Tiongkok dan model sosialismenya yang bercirikan Tiongkok menetapkan tujuan ambisius yang dapat ditiru oleh negara-negara lain.
"Jadi, inilah contoh bagi negara-negara lain yang ingin mengembangkan sosialisme di negara mereka sendiri berdasarkan pembangunan bersama, berdasarkan kerja sama global, dengan menolak teori unipolaritas dan menerima teori multipolaritas," ujarnya.
"Saat ini, gagasan Barat tentang pembangunan kapitalis liberal tidak dapat memberikan jawaban yang baik atas pertanyaan-pertanyaan abad ke-21. Oleh karena itu, sangat penting untuk lebih memperhatikan gagasan-gagasan yang sedang dikembangkan oleh Tiongkok," kata Alexander V. Lomanov, Wakil Direktur dan Kepala Peneliti di Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia.
Delegasi lainnya mengatakan bahwa semangat kerja sama, kesetaraan, dan keinginan untuk pembangunan bersama yang diwujudkan dalam forum tersebut akan sangat penting dalam membentuk tatanan global yang lebih adil dan damai.