Selasa, 6 September 2022 5:0:56 WIB

Liz Truss akan pindah di 10 Downing Street

Sosial Budaya

Endro

Radio Bharata Online – Liz Truss akan pindah di 10 Downing Street, saat dia mengalahkan Rishi Sunak, dalam pemilihan pada hari Senin untuk menjadi pemimpin baru Partai Konservatif, dan Perdana Menteri Inggris yang baru.

Analis percaya bahwa ini akan menjadi pekerjaan yang sulit baginya.  Karena Inggris sekarang menghadapi tantangan internal dan eksternal yang rumit dan serius, seperti inflasi dan masalah yang disebabkan oleh konflik Rusia-Ukraina.

Truss secara resmi memenangkan pemilihan kepemimpinan Partai Konservatif pada hari Senin. Dan menurut hasil yang diumumkan, Truss memenangkan 81.326 suara, dibandingkan dengan bagian Sunak yang 60.399 suara. Ada jumlah pemilih 82,6 persen dalam pemilihan ini, BBC melaporkan.

Setelah pengumuman resmi, Truss dalam pidatonya berterima kasih kepada pendahulunya, Boris Johnson yang kontroversial. Dia memuji Johnson karena "menyelesaikan Brexit" dan bersikap keras terhadap Rusia, menurut laporan BBC.

Pengamat percaya pernyataan itu menunjukkan bahwa dia akan melanjutkan kebijakan Johnson dalam urusan luar negeri, dan mungkin dia akan mengambil tindakan yang lebih radikal dan lebih keras, dalam menangani hubungan dengan UE, Rusia, dan Tiongkok.

Truss secara resmi akan menjadi perdana menteri baru Inggris pada hari Selasa (6/9/2022), ketika dia mengunjungi Ratu di Balmoral untuk undangan membentuk pemerintah Inggris, kata laporan itu.

Beberapa pakar Tiongkok khawatir bahwa Truss, yang tidak memiliki pengalaman dan kemampuan dalam pemerintahan, akan membawa ketidakpastian besar bagi pembuatan kebijakan di masa depan, dan hubungan Tiongkok-Inggris juga akan terpengaruh, menekankan bahwa hubungan yang stabil dan pragmatis dengan Tiongkok sangat penting bagi Inggris untuk mengatasi tantangan.

Dan jika pemerintah baru secara tidak bijaksana mendorong pemisahan lebih lanjut dengan Tiongkok untuk menyenangkan AS, itu hanya akan memperburuk kekacauan di Inggris.

Dikutip dari Global Times, analis Tiongkok mengatakan bahwa Inggris yang dilampaui oleh bekas jajahannya dalam hal ekonomi, adalah insiden simbolis yang membuktikan, bahwa popularitas Inggris menurun drastis dan semakin terpinggirkan di Eropa. Ini juga menunjukkan bahwa kebijakan London yang berpihak pada AS, untuk melayani strategi Washington dalam menghadapi kekuatan besar lainnya seperti Uni Eropa, Rusia dan Tiongkok, tidak akan membawa manfaat nyata bagi Inggris, dan juga tidak dapat menghentikan Inggris dari kekacauan yang memburuk.

Truss kemungkinan akan menghadapi situasi paling menantang dari perdana menteri mana pun sejak Margaret Thatcher, kata Times, Senin.

Masalah terbesar bagi perdana menteri baru adalah krisis biaya hidup, dan Truss tampaknya akan merespons dengan merobek 20 tahun ortodoksi ekonomi.

Melonjaknya inflasi, tagihan energi dan harga makanan, telah memicu peringatan rumah tangga, akan kedinginan dan kelaparan pada musim dingin ini, kata laporan Times.

Wang Shuo, seorang profesor di Sekolah Hubungan Internasional Universitas Studi Luar Negeri Beijing , kepada Global Times, Senin mengatakan, kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya, saat ini dihasilkan dari serangkaian insiden negatif termasuk Brexit, pandemi COVID-19 dan krisis Ukraina, dan sangat menantang bagi setiap pemimpin baru untuk dipecahkan.

Wang mengatakan bahasa hawkish Truss di Tiongkok selama kampanye, berasal dari fakta bahwa Truss benar-benar tahu bahwa dia tidak mampu menyelesaikan masalah domestik Inggris seperti inflasi atau krisis energi.

Komentar