Selasa, 14 Desember 2021 7:16:24 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku pernah bekerja sebagai sopir taksi ketika Uni Soviet runtuh tiga dekade lalu demi bertahan hidup di tengah ketidakpastian ekonomi di negara tersebut
Sosial Budaya

Angga Mardiansyah

banner

Presiden Rusia Vladimir Putin. (Foto: via REUTERS/SPUTNIK)

Presiden Rusia Vladimir Putin mengaku pernah bekerja sebagai sopir taksi ketika Uni Soviet runtuh tiga dekade lalu demi bertahan hidup di tengah ketidakpastian ekonomi di negara tersebut.

Pengalaman itu diceritakan Putin dalam sebuah wawancara program dokumenter televisi Rusia pada Senin (13/12).

Dalam kesempatan itu, ia menceritakan pengalamannya menghadapi krisis ekonomi yang buruk dan inflasi besar-besaran hingga dua digit sampai terpaksa harus mengambil kerja paruh waktu atau sambilan.

Saat itu, Putin merupakan pegawai badan intelijen Uni Soviet dan sekarang Rusia (KGB).

"Kadang (saya) harus bekerja sambilan dan mengendarai taksi. Sangat tidak nyaman membicarakan hal ini, tetapi sayangnya hal itu terjadi," kata Putin, dikutip dari CNN.

Tak hanya itu, Putin turut mengungkapkan rasa sesalnya atas keruntuhan Uni Soviet, yang mana dinilainya sebagai bagian dari sejarah Rusia.

"Itu adalah disintegrasi sejarah Rusia di bawah nama Uni Soviet. Dan kami sekarang berubah menjadi negara yang sangat berbeda. Dan apa yang telah dibangun selama lebih dari 1.000 tahun merupakan sebuah kehilangan besar," cerita Putin lagi.

Putin juga mengungkapkan sebanyak 25 juta masyarakat Uni Soviet di negara bekas pecahan baru tiba-tiba harus terpisah dari daratan Rusia.

Menurut Putin fenomena ini merupakan tragedi kemanusiaan besar.

Ia menganggap keruntuhan Uni Soviet merupakan bencana geopolitik terbesar abad ke-20.

Dalam kesempatan itu, Putin pun turut menyinggung Ukraina, satu dari total 15 negara pecahan Uni Soviet.

Menurutnya, Ukraina merupakan bagian integral dari sejarah dan budaya Rusia. Pernyataan itu memicu spekulasi alasan Rusia mencaplok Semenanjung Krimea dari Ukraina pada 2014 lalu.

Pandangan Putin itu pun ditolak Kiev sebagai versi sejarah bermuatan politik untuk memecah belah Ukraina.

Klaim Putin itu pun muncul ketika negara Barat meyakini Rusia tengah merencanakan plot untuk menyerbu Ukraina lagi di awal tahun depan.

Kremlin membantah tuduhan itu dengan menegaskan Rusia tidak memiliki rencana untuk meluncurkan serangan baru ke Ukraina.cnnindonesia

Komentar

Berita Lainnya

Dengan sejarah lebih dari 2 Sosial Budaya

Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB

banner
roduksi kapas di Xinjiang mencapai 5 Sosial Budaya

Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB

banner
Alunan biola Sosial Budaya

Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB

banner
Meliputi area seluas 180 Sosial Budaya

Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB

banner
Dalam edisi keempatnya Sosial Budaya

Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB

banner