Selasa, 1 Juli 2025 11:49:49 WIB

Cendekiawan Dan Pakar Mendesak Jepang Menerima Kebenaran Sejarah
Tiongkok

Endro

banner

Upacara penghormatan terakhir bagi keluarga korban Pembantaian Nanjing diadakan di Nanjing, Provinsi Jiangsu, Tiongkok timur, pada 1 Desember 2024. (Xinhua/Li Bo)

NANJING, Radio Bharata Online - Cendekiawan dan pakar dari Tiongkok, Jepang, Amerika Serikat, dan kawasan lain berkumpul dalam simposium untuk memperingati 80 tahun kemenangan Perang Perlawanan Rakyat Tiongkok, terhadap Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasis Dunia.

Acara tersebut diadakan pada tanggal 29 Juni di Universitas Normal Changchun di Tiongkok, dan Universitas Musashino di Jepang.  Para peserta menggunakan sejarah lisan dan materi sejarah yang dimiliki secara pribadi, untuk mengungkap kekejaman Jepang di masa perang. Mereka menyerukan Jepang untuk menghadapi kebenaran sejarah, dan belajar dari masa lalu.

Mantan penerjemah untuk penyiar nasional Jepang NHK, Tamiko Kanzaki, menceritakan pengalaman masa kecilnya di negara boneka "Manchukuo," tempat ia diindoktrinasi dengan pendidikan militeristik.

Ia mengecam tindakan Jepang di masa perang, termasuk "Kebijakan Tiga Serba Guna" yang terkenal kejam, dan Pembantaian Nanjing.

Sementara Yoichi Jomaru, mantan jurnalis Asahi Shimbun, membagikan penelitiannya tentang liputan media Jepang, tentang Pembantaian Nanjing di masa perang dan pascaperang.

Ia mengkritik media Jepang karena meremehkan agresi di Tiongkok, sambil menyoroti penderitaan Jepang, seperti pengeboman Hiroshima dan Nagasaki, dan mendesak media untuk membela kebenaran sejarah.

Sejarawan di simposium tersebut menekankan pentingnya sejarah lisan dalam penelitian akademis, menyerukan untuk mengingat masa lalu, dan komitmen bersama untuk perdamaian.

Sebuah pameran di lokasi Universitas Musashino, menampilkan artefak yang terkait dengan invasi Jepang ke Tiongkok, termasuk surat-surat militer yang diawetkan oleh warga sipil Jepang. 

Menurut Penyelenggara, "saksi bisu" tersebut berfungsi untuk mendorong refleksi dan kenangan.

Li Suzhen, wakil presiden eksekutif Asosiasi Penelitian Sejarah dan Budaya Lisan Tiongkok-Jepang, mengatakan, mengingat sejarah bukanlah tentang mengabadikan kebencian, tetapi tentang belajar dari masa lalu untuk mempromosikan perdamaian dan persahabatan global. (Xinhua)

Komentar

Berita Lainnya

Petani di wilayah Changfeng Tiongkok

Selasa, 4 Oktober 2022 14:51:7 WIB

banner
Pembalap Formula 1 asal Tiongkok Tiongkok

Selasa, 4 Oktober 2022 15:19:35 WIB

banner