Selasa, 1 Oktober 2024 11:28:36 WIB
Testard mengatakan bahwa semakin banyaknya merek Tiongkok di Eropa mencerminkan kemampuan mereka untuk mengadopsi inovasi baru dengan cepat
Ekonomi
Eko Satrio Wibowo

Hubert Testard, seorang ekonom di Sciences Po dan mantan penasihat urusan ekonomi dan keuangan di Kedutaan Besar Prancis di Tiongkok (CMG)
Paris, Radio Bharata Online - Eropa akan memperoleh banyak keuntungan dari kerja sama dengan Tiongkok di sektor kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) karena kedua pihak tidak hanya menjadi pesaing tetapi juga mitra, kata seorang ekonom Prancis.
Dalam wawancara baru-baru ini dengan China Media Group (CMG) di Paris, Hubert Testard, seorang ekonom di Sciences Po dan mantan penasihat urusan ekonomi dan keuangan di Kedutaan Besar Prancis di Tiongkok, menekankan bahwa penerapan tarif pada EV Tiongkok akan menciptakan hambatan perdagangan dan mengikis kepercayaan, yang pada akhirnya merugikan ekonomi kedua negara.
Dengan mencatat kemajuan teknologi Tiongkok yang pesat di sektor EV, Testard mengatakan bahwa semakin banyaknya merek Tiongkok di Eropa mencerminkan kemampuan mereka untuk mengadopsi inovasi baru dengan cepat, alih-alih mewakili persaingan yang tidak adil.
"Kami menyambut investasi, dan secara keseluruhan, tidak ada permusuhan terhadap merek-merek Tiongkok di Eropa. Faktanya, negara-negara seperti Prancis dan Jerman, bersama dengan Jepang, telah tertinggal dalam perlombaan kendaraan listrik. Tiongkok, dalam waktu kurang dari satu dekade, telah membuat langkah besar dalam teknologi. Ini bukan persaingan yang tidak adil, tetapi sebuah demonstrasi kemampuan Tiongkok untuk dengan cepat menerapkan inovasi baru. Eropa telah terkejut, tetapi kami sekarang berupaya untuk menutup kesenjangan tersebut," jelasnya.
Mengutip kerja sama antara produsen mobil Prancis dan perusahaan-perusahaan Tiongkok, Testard menyoroti bahwa kemitraan ini telah membawa manfaat yang signifikan bagi perusahaan-perusahaan Prancis.
"Bagi industri otomotif Eropa, jelas bahwa jika kita tidak berhasil bertransisi ke elektrifikasi, pangsa pasar kita di benua itu akan menyusut. Ini penting bagi Eropa. Kami telah menyadari hal ini, dan telah berinvestasi besar-besaran di sektor ini. Selain itu, Eropa telah terlibat dalam kerja sama teknologi yang substansial dengan Tiongkok. Jadi, hubungan antara Eropa dan Tiongkok bukan hanya tentang persaingan, ada juga aspek kolaboratif yang kuat," tambahnya.
Industri kendaraan listrik Tiongkok saat ini menghadapi serangkaian pembatasan perdagangan sepihak di pasar ekspor utama. Pada bulan Mei 2024, Amerika Serikat menaikkan tarif untuk kendaraan listrik buatan Tiongkok dari 25 persen menjadi 100 persen. Pada bulan Juli 2024, Uni Eropa memberlakukan tarif antisubsidi sementara hingga 37,6 persen untuk impor kendaraan listrik Tiongkok.
Komentar
Berita Lainnya
Banyaknya investasi yang masuk ke Jateng saat ini menjadi bukti bahwa Indonesia masih menjadi negara yang dipercaya para investor Ekonomi
Selasa, 4 Oktober 2022 18:8:39 WIB

Seperempat abad yang lalu Ekonomi
Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

Selama liburan Hari Nasional tahun ini permintaan untuk perjalanan singkat dan penjualan peralatan luar ruangan terus meningkat Ekonomi
Jumat, 7 Oktober 2022 19:14:0 WIB

Shanghai mengharapkan mobil listrik penuh untuk membuat lebih dari setengah penjualan mobil pada tahun 2025 Ekonomi
Kamis, 13 Oktober 2022 21:21:32 WIB

Para petani cabai dan beras mengaku risau akan lonjakan harga akibat curah hujan yang tinggi sejak pekan lalu Ekonomi
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:37:6 WIB

Huawei mengumumkan Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 10:1:4 WIB

14 negara teken kesepakatan dagang dengan pengusaha Indonesia Ekonomi
Kamis, 20 Oktober 2022 15:36:8 WIB

Menteri Keuangan Sri Mulyani optimis pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa di atas 5 Ekonomi
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:45:9 WIB
