Rabu, 7 Mei 2025 13:20:9 WIB

Gubernur PBOC: Bank Sentral Tiongkok akan Optimalkan Instrumen Kebijakan Moneter untuk Dukung Pasar Modal
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

Pan Gongsheng, Gubernur Bank Rakyat Tiongkok (CMG)

Beijing, Radio Bharata Online - Bank sentral Tiongkok akan menggabungkan dua instrumen kebijakan moneter untuk lebih mendukung pasar modal negara tersebut, kata Pan Gongsheng, Gubernur Bank Rakyat Tiongkok atau People's Bank of China (PBOC) pada hari Rabu (7/5).

Pan membuat pengumuman tersebut pada jumpa pers dengan pejabat PBOC, Badan Pengawas Keuangan Nasional, dan Komisi Pengawasan Sekuritas Tiongkok memperkenalkan paket kebijakan keuangan yang diluncurkan untuk menstabilkan pasar modal dan ekspektasi.

"Kami akan lebih mendukung pasar modal dengan mengoptimalkan dua instrumen kebijakan moneter, menggabungkan Fasilitas Swap Perusahaan Sekuritas, Dana, dan Asuransi (SFISF) dan pinjaman untuk pembelian kembali saham dan peningkatan kepemilikan saham. Karena yang pertama memiliki skala awal 500 miliar yuan (lebih dari 1.146 triliun rupiah) dan yang terakhir memiliki skala pinjaman ulang awal 300 miliar yuan (lebih dari 687 triliun rupiah), skala gabungan akan mencapai 800 miliar yuan (lebih dari 1.834 triliun rupiah)," jelas Pan.

PBOC mendirikan SFISF pada bulan Oktober tahun lalu. Fasilitas tersebut memungkinkan perusahaan sekuritas, dana, dan asuransi yang memenuhi syarat untuk menggunakan aset mereka, termasuk obligasi, ETF saham, dan kepemilikan dalam konstituen Indeks CSI 300, sebagai agunan untuk ditukar dengan aset yang sangat likuid seperti obligasi pemerintah dan surat utang bank sentral.

Pinjaman untuk pembelian kembali saham dan peningkatan kepemilikan saham merupakan fasilitas pinjaman ulang untuk memandu bank dalam memberikan pinjaman kepada perusahaan yang terdaftar dan pemegang saham utama mereka untuk pembelian kembali dan peningkatan kepemilikan saham. Menurut bank sentral, fasilitas ini dapat diterapkan pada berbagai jenis perusahaan terlepas dari kepemilikannya.

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner