Sabtu, 19 Agustus 2023 10:50:12 WIB

Takut tersaingi, AS meningkatkan pengawasan pada baterai EV Tiongkok
Ekonomi

Endro

banner

Foto yang diambil pada 6 Juli 2019 menunjukkan lini produksi di anak perusahaan Beijing Electric Vehicle Co., Ltd. (BJEV), produsen kendaraan energi baru, di kota Huanghua, Cangzhou, Provinsi Hebei, Tiongkok utara. Foto: Xinhua

BEIJING, Radio Bharata Online - AS dilaporkan telah memperluas pengawasan, yang menargetkan impor baterai dan komponen kendaraan listrik (EV) dari Tiongkok.

Mengutip apa disebut AS sebagai "kerja paksa," menurut para ahli Tiongkok, itu  adalah alasan yang dibuat-buat bagi AS untuk meningkatkan blokade industri EV Tiongkok yang sedang booming.  Di sektor ini sebenarnya AS takut akan tersaingi dan tersalip di urutan kedua oleh Tiongkok.

Para ahli Tiongkok mengatakan, blokade AS adalah hal yang sembrono dan berpandangan pendek, dan akan berakhir dengan menghambat perkembangan ekonomi dan teknologinya sendiri.

Mereka mendesak AS untuk mengambil sikap objektif terhadap persaingan industri global, dan mencari pertumbuhan bersama dengan persaingan yang sehat, dan kerjasama yang saling menguntungkan.

Pada hari Jumat, media Inggris Reuters melaporkan, blokade AS yang melarang impor barang-barang yang dibuat di Daerah Otonomi Uighur Xinjiang Tiongkok Barat Laut, telah memperluas fokusnya dari panel surya, tomat dan pakaian katun, untuk memasukkan barang-barang baru seperti baterai lithium-ion, ban, dan bahan baku utama mobil.

Li Yong, seorang peneliti senior di Asosiasi Perdagangan Internasional Tiongkok, kepada Global Times pada hari Jumat mengatakan, langkah AS bukanlah hal yang aneh, karena telah menjadi strategi AS untuk menahan industri terkemuka Tiongkok seperti 5G dan kecerdasan buatan, dengan alasan apa pun.

Li lebih lanjut menunjukkan bahwa AS adalah penghancur aturan dan ketertiban,  dan pembuat rumor tak berdasar, serta sering menggunakan paksaan untuk melanjutkan hegemoni dan supremasi teknologi.

Sementara itu Wang Yiwei, direktur Institute of International Affairs di Renmin University of China, kepada Global Times pada hari Jumat mengatakan, Karena industri fotovoltaik Tiongkok sukses menyalip yang lain dari belakang, mereka khawatir booming sektor kendaraan listrik Tiongkok juga akan mengalahkan AS.

(Global Times)

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner