Rabu, 31 Januari 2024 10:28:36 WIB
Di bidang Kesehatan, AI tidak bisa sepenuhnya menggantikan manusia
Kesehatan
Endro
Munculnya AI telah meningkatkan kekhawatiran terhadap keamanan kerja. Tapi bisakah ia meniru sentuhan manusia? (Ilustrasi: Reuters/Dado Ruvic)
SINGAPURA, Radio Bharata Online - Dari rumah sakit hingga call center - kecerdasan buatan meningkatkan kekhawatiran sekaligus harapan, akan dampaknya terhadap masa depan dunia kerja.
Kekurangan dokter dan perawat di Asia Tenggara sudah terdokumentasi dengan baik. Menurut kantor berita Antara, di pulau Jawa, Indonesia, misalnya, hanya terdapat 22 dokter spesialis untuk setiap 100.000 penduduk.
Sementara itu, di Thailand dilaporkan terdapat 7.000 perawat yang mengundurkan diri di rumah sakit setiap tahunnya, meskipun ada peningkatan sebanyak 10.000 lulusan perawat baru. Dampak yang umum terjadi adalah beban yang lebih berat, bagi petugas layanan kesehatan yang tetap bertahan.
Di sinilah kecerdasan buatan (AI) dapat meringankan beban, dan hal ini sudah diterapkan, baik dalam menangani tugas-tugas administratif, atau mempercepat pemeriksaan kesehatan.
Namun meskipun AI tampaknya bisa menjadi solusi bagi mereka yang bekerja terlalu keras, kekhawatiran juga meningkat atas kemajuan pesatnya. Kekhawatiran utama yang sering disuarakan adalah: “Apakah AI akan mencuri pekerjaan manusia?”
Sentimen serupa juga dirasakan oleh agen call center di Filipina. Kekhawatiran meningkat bahwa AI generatif akan menggantikan sekitar 1,6 juta pekerja di industri outsourcing proses bisnis yang lebih luas.
Dr Pranpreya Sriwannawit Lundberg, Direktur Kemitraan Kebijakan Internasional di Kantor Dewan Kebijakan Pendidikan Tinggi, Sains, Penelitian dan Inovasi Nasional di Thailand berpendapat, saat ini justru lapangan pekerjaan di seluruh dunia semakin meningkat, dibandingkan terancam oleh AI. Namun Pranpreya mengingatkan, hal ini bisa berubah pada tahun 2040, ketika kemampuan AI sudah setara dengan manusia. Maka menurutnya, dalam dua dekade ini, manusia harus beradaptasi, bagaimana hidup dengan memanfaatkan AI, sehingga AI memberikan manfaat, dan bukan mengendalikan manusia.
Dr Feng Mengling, asisten profesor di Saw Swee Hock School of Public Health di Singapura mengatakan, banyak alat AI yang dikembangkan untuk industri, ditujukan untuk melakukan tugas-tugas berulang, sehingga meringankan beban berat para petugas kesehatan. Dengan begitu, para perawat dan tenaga kerja lainnya, menjadi punya lebih banyak waktu untuk memberikan perawatan pribadi kepada pasien.
Meskipun AI telah melakukan beberapa tugas pada bidang kesehatan, para ahli mengatakan bahwa para pekerja ini tidak dalam bahaya kehilangan pekerjaan, setidaknya dalam waktu dekat. Dunia justru kekurangan tenaga kesehatan.
Dr Feng mengatakan, bahwa pandemi COVID-19 menjelaskan bahwa dunia kesehatan mengalami krisis tenaga kerja. Bahkan Singapura tidak dapat mempekerjakan cukup perawat atau dokter, untuk menghadapi krisis seperti Covid-19.
CEO FathomX, Mr Lim mengatakan, bahwa meskipun AI dapat melakukan tugas-tugas dasar tertentu, AI tidak akan pernah bisa melampaui pengetahuan, pandangan, semangat dan keterampilan berpikir kritis seorang petugas kesehatan. Demikian pula, pendiri Bot MD, Ms Koh, mengatakan, AI tidak akan pernah bisa benar-benar menggantikan seni kedokteran. Menurut Ms Koh, banyak contoh di mana pasien lebih memilih untuk menelepon atau berbicara dengan dokter atau perawat, karena hal itu memberikan kenyamanan lebih, bahkan membangun kepercayaan diri dalam mempercayai diagnosis, atau pengobatan yang diberikan kepada mereka. (CNA)
Komentar
Berita Lainnya
BPOM Temukan 718.791 Vitamin Ilegal Dijual di Online Shop Selama Pandemi Covid-19 Kesehatan
Kamis, 6 Oktober 2022 13:37:0 WIB
Singapura Hadapi Subvarian Omicron Baru XBB, Harian Naik Lagi 9 Ribu Kasus Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 10:23:40 WIB
Jokowi: 80 Persen Vaksin COVID-19 yang Digunakan Indonesia Berasal dari RRT Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 13:43:44 WIB
Wanita dengan Dada Besar Lebih Gampang Kena Kanker Payudara? Kesehatan
Selasa, 18 Oktober 2022 9:49:9 WIB
Kemenkes: Apotek-Nakes Setop Sementara Obat Sirup! Kesehatan
Rabu, 19 Oktober 2022 8:56:53 WIB
Daftar Obat Sirup yang Dilarang dan Ditarik BPOM Kesehatan
Jumat, 21 Oktober 2022 10:15:51 WIB
Kemenkes: Omicron XBB Terdeteksi di Indonesia Kesehatan
Minggu, 23 Oktober 2022 16:42:29 WIB
Shanghai Mulai Berikan Vaksin Booster COVID-19 yang Dihirup Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:8:34 WIB
Pemerintah Gratiskan Biaya Pengobatan Pasien Gagal Ginjal Akut Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:21:29 WIB
WHO Rilis Peringatan 8 Obat Sirup yang Dilarang BPOM RI Kesehatan
Jumat, 4 November 2022 15:32:48 WIB
Corona Kembali Meningkat, Pemerintah Prediksi Puncaknya 1-2 Bulan Lagi Kesehatan
Jumat, 4 November 2022 18:46:33 WIB
5 Kebiasaan Penyebab Sariawan, Bukan Kurang Makan Buah Kesehatan
Sabtu, 5 November 2022 7:23:52 WIB
5 Sarapan Bergizi untuk Menurunkan Berat Badan Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:42:35 WIB
Vaksin Covid-19 Direkomendasikan Jadi Imunisasi Rutin Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:47:25 WIB
Delta Sungai Yangtze Tingkatkan integrasi melalui digitalisasi Kesehatan
Sabtu, 27 Agustus 2022 1:59:36 WIB