Kamis, 25 Juli 2024 14:37:10 WIB

Tiongkok Turunkan Suku Bunga MLF untuk Kurangi Biaya Pembiayaan
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

Foto udara kantor pusat Bank Rakyat Tiongkok - CMG

Beijing, Radio Bharata Online - Bank sentral Tiongkok pada hari Kamis (25/7) menurunkan suku bunga fasilitas pinjaman jangka menengah atau medium-term lending facility (MLF) untuk menurunkan biaya pinjaman ekonomi riil.

Bank Rakyat Tiongkok atau People's Bank of China (PBOC) pada hari yang sama juga menyuntikkan 200 miliar yuan (sekitar 450 triliun rupiah) ke pasar melalui MLF, yang akan jatuh tempo dalam satu tahun dengan suku bunga 2,3 persen, 20 basis poin lebih rendah dari level sebelumnya.

Operasi MLF ini, yang biasanya dilakukan di pertengahan bulan, merupakan inisiatif kedua pada bulan Juli 2024.

Lembaga keuangan memiliki permintaan likuiditas yang jauh lebih besar menjelang akhir bulan, menambah tekanan ke atas pada suku bunga pasar moneter, kata Wen Bin, Kepala Ekonom di China Minsheng Bank, dalam menjelaskan alasan operasi MLF tambahan PBOC bulan ini.

Alat MLF ini diperkenalkan pada tahun 2014 untuk membantu bank komersial dan kebijakan menjaga likuiditas dengan memungkinkan mereka meminjam dari bank sentral menggunakan sekuritas sebagai agunan.

Lebih dari 400 miliar yuan (sekitar 900 triliun rupiah) pinjaman MLF bank sentral akan jatuh tempo pada 15 Agustus 2024, menurut data dari Wind Information.

PBOC telah memangkas suku bunga reverse repo tujuh hari pada hari Senin (22/7) lalu. Suku bunga acuan pinjaman, yang merupakan suku bunga pinjaman acuan berbasis pasar Tiongkok, juga telah turun untuk jangka waktu satu tahun dan lebih dari lima tahun.

Analis mengatakan penurunan suku bunga baru-baru ini, terutama untuk pinjaman perusahaan dan hipotek, akan membantu mengurangi beban ekonomi riil dan merangsang permintaan yang efektif.

Wen mengatakan langkah-langkah tersebut menunjukkan bahwa bank sentral akan mempertahankan likuiditas yang wajar dan cukup untuk membantu mengonsolidasikan pemulihan ekonomi.

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner