Selasa, 13 Desember 2022 8:5:48 WIB
Haid Terganggu, Deteksi Dini Miom dan Kista Sebelum Terlambat
Kesehatan
Bagas Sumarlan - Radio Bharata Online
Ilustrasi haid bermasalah. (Foto: istockphoto/Kiwis)
Radio Bharata Online - Bagi perempuan, menstruasi merupakan proses alami luruhnya dinding rahim (endometrium) akibat tidak terjadinya kehamilan. Sayangnya, ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan gangguan menstruasi.
Dalam kondisi normal, jaringan dinding rahim akan menebal ketika seorang wanita menuju masa ovulasi. Hal ini terjadi sebagai upaya untuk mempersiapkan kondisi rahim yang kondusif bagi bakal janin jika terjadi pembuahan pada sel telur.
Endometrium yang telah menebal akan luruh dan keluar dari tubuh dalam bentuk darah menstruasi. Ketika mengalami gangguan saat haid seperti nyeri dengan jumlah produksi yang deras, bisa jadi itu adalah gejala tumor kandungan seperti miom atau kista.
Dokter Spesialis Kandungan dan Kebidanan dari Mayapada Hospital, dr. Caroline Tirtajasa, Sp.OG (K), mengatakan tumor kandungan adalah benjolan yang ada di rahim atau indung telur organ reproduksi.
Dalam pengamatannya, sebagian besar tumor kandungan bersifat jinak, berupa miom dan kista.
"Bedanya kalau miom ditemukan di rahim, sedangkan kista ditemukan di indung telur. Rata-rata jinak tapi ada juga yang ganas," paparnya melalui keterangan resmi, Rabu (7/12).
Dr. Caroline menegaskan, hingga kini belum diketahui pasti penyebab terjadinya tumor kandungan. Penyebabnya multifaktorial atau bisa banyak faktor.
Dari beberapa kasus yang dia temukan, pemicu tumor kandungan biasanya karena hormonal atau status hormon pasien. Selain itu, faktor genetik atau riwayat keluarga, lingkungan atau pola hidup, gaya makan, dan paparan polutan juga kerap ditemukan.
Pada tahap awal, kata dia, seseorang tak akan mengalami rasa atau gejala sama sekali. Artinya saat ke dokter, mereka baru mengalami gejala.
"Itu bahayanya di situ. Biasanya saat tumor sudah besar barulah menjadi masalah," tegasnya, dikutip dari CNN Indonesia.com.
Menurutnya, jika miom masih kecil maka pasien tak akan merasakan apa-apa. Sementara ketika sudah berukuran besar, umumnya mengganggu pola menstruasi.
Dr. Caroline pun memberikan contoh haid menjadi deras atau banyak, misalnya sehari 5 pembalut. Selain itu, karena ada miom maka haid jadi lebih lama dan jadi anemia kurang darah.
Bahkan, dia menambahkan, miom tertentu, seperti adenomiosis, juga menimbulkan rasa nyeri. Tentunya derajat nyeri masing-masing pasien berbeda.
"Nyeri biasanya sangat intens mengganggu aktivitas sehari-hari. Harus minum obat, dan merasa sudah tak bisa ditoleransi. Maka harus memeriksakan diri," imbuh dia.
Sementara itu, gejala kista biasanya terlihat seperti nyeri haid yang hebat dan tiba-tiba. Pasien sering merasa tidak nyaman pada perut bagian bawah, perut membesar, sulit makan, dan gangguan menstruasi.
Menurut dr. Caroline, sering kali seseorang menilai kista dan miom adalah sama. Padahal, meski sama-sama tumor kandungan, ternyata keduanya berbeda secara lokasi.
Mitos yang lain adalah jika belum menikah, tak akan terkena miom dan kista. Karena dari fakta yang ada, perempuan yang belum menikah juga bisa memiliki miom atau kista.
Di samping itu, tak jarang orang yang percaya miom dan kista bisa hilang sendiri saat melahirkan dan menopause.
Tidak jarang, usia nenek atau sudah menopause pun bisa memiliki miom dan kista. Miom dan kista tak akan hilang sendiri saat melahirkan, kecuali diangkat atau dioperasi.
"Tatalaksana dan operasi pengangkatan kista atau miom bergantung pada ukuran kista, usia penderita, dan penemuan saat operasi," jelasnya.
Diagnosis dan Tata Laksana Pengobatan
Cara mengetahui seorang perempuan memiliki miom atau kista adalah lewat USG transvaginal. Metode ini dilakukan dengan cara memasukkan alat USG yang menyerupai tongkat sepanjang 5-7 cm ke dalam vagina.
"Jangan USG lewat perut, sering tak terlihat karena tertutup oleh lemak perut dan usus," tegas dr. Carolina.
Selanjutnya, dia menambahkan, tata laksana penanganan gejala tumor kandungan tergantung seberapa besar ukuran dan gejala klinis yang dirasakan pasien.
Gejala klinis paling sering adalah gangguan haid, mens yang banyak dan mens sakit, atau mens tak beraturan.
"Nah penatalaksanaannya, jika harus dioperasi saat ini ada teknologi minimal invasif yang jauh lebih tidak sakit namanya bedah laparoskopi," jelasnya.
Laparoskopi merupakan teknik bedah invasif minimal yang digunakan di daerah perut dan panggul. Operasi laparoskopi atau operasi lubang kunci, adalah teknik bedah modern untuk menghilangkan kista.
Miomektomi adalah operasi untuk mengangkat tumor jinak pada rahim yang sering juga disebut sebagai fibroid rahim atau mioma uteri.
Tindakan ini menggunakan bantuan laparoskop (batang teleskopik tipis dengan kamera di ujungnya) untuk melihat ke dalam tubuh tanpa membukanya sepenuhnya.
Dengan demikian, tindakan laparoskopi tidak seperti pembedahan terbuka dengan sayatan 15-30 cm. Operasi ini menggunakan satu hingga empat sayatan kecil berukuran 0.5 cm-2 cm.
Satu untuk kamera, dan yang lain untuk instrumen bedah atau satu port untuk kamera dan instrumen bedah (single port). Alhasil, selain mengurangi luka dan perdarahan saat operasi, tindakan ini juga mempercepat masa penyembuhan pasca operasi.
"Dan beberapa keuntungan lainnya. Selain tak nyeri, pasien akan sembuh lebih cepat. Sangat cocok bagi pasien takut operasi," jelas dr. Carolina.
Mayapada Hospital Obstetrics & Gynecology Center menyediakan berbagai layanan kebidanan dan kandungan bagi wanita dari segala usia. Mulai dari kehamilan dan persalinan, masalah pada ibu dan janin, infertilitas dan gangguan hormon, sampai penyakit pada sistem reproduksi wanita.
Perawatan kandungan/ginekologi meliputi penanganan tumor kandungan seperti kista dan mioma, sampai penanganan kanker yang didukung juga oleh tim multi spesialis.
Tim dokter Obstetrics & Gynecology Center Konsultan Onkologi Mayapada Hospital:
1. dr. I Putu Agus Suarta, Sp.OG(K)-Onk (Mayapada Hospital Surabaya),
2. dr. Tricia Dewi Anggraeni, Sp.OG(K) Onk (Mayapada Hospital Jakarta Selatan),
3. dr. Yudi Andriansyah Eka P, Sp.OG (K) Onk (Mayapada Hospital Bogor BMC),
4. dr. Unedo Hence Markus, Sp.OG(K) Onk (Mayapada Hospital Kuningan),
5. dr. Elfahmi A. Noor Azis, Sp.OG (K) Onk (Mayapada Hospital Tangerang).
Lakukan deteksi sedini mungkin untuk menghindari risiko penyakit menjadi serius. Jangan tunda melakukan tindakan apabila ada gejala yang dirasakan.
Komentar
Berita Lainnya
BPOM Temukan 718.791 Vitamin Ilegal Dijual di Online Shop Selama Pandemi Covid-19 Kesehatan
Kamis, 6 Oktober 2022 13:37:0 WIB
Singapura Hadapi Subvarian Omicron Baru XBB, Harian Naik Lagi 9 Ribu Kasus Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 10:23:40 WIB
Jokowi: 80 Persen Vaksin COVID-19 yang Digunakan Indonesia Berasal dari RRT Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 13:43:44 WIB
Wanita dengan Dada Besar Lebih Gampang Kena Kanker Payudara? Kesehatan
Selasa, 18 Oktober 2022 9:49:9 WIB
Kemenkes: Apotek-Nakes Setop Sementara Obat Sirup! Kesehatan
Rabu, 19 Oktober 2022 8:56:53 WIB
Daftar Obat Sirup yang Dilarang dan Ditarik BPOM Kesehatan
Jumat, 21 Oktober 2022 10:15:51 WIB
Kemenkes: Omicron XBB Terdeteksi di Indonesia Kesehatan
Minggu, 23 Oktober 2022 16:42:29 WIB
Shanghai Mulai Berikan Vaksin Booster COVID-19 yang Dihirup Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:8:34 WIB
Pemerintah Gratiskan Biaya Pengobatan Pasien Gagal Ginjal Akut Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:21:29 WIB
WHO Rilis Peringatan 8 Obat Sirup yang Dilarang BPOM RI Kesehatan
Jumat, 4 November 2022 15:32:48 WIB
Corona Kembali Meningkat, Pemerintah Prediksi Puncaknya 1-2 Bulan Lagi Kesehatan
Jumat, 4 November 2022 18:46:33 WIB
5 Kebiasaan Penyebab Sariawan, Bukan Kurang Makan Buah Kesehatan
Sabtu, 5 November 2022 7:23:52 WIB
5 Sarapan Bergizi untuk Menurunkan Berat Badan Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:42:35 WIB
Vaksin Covid-19 Direkomendasikan Jadi Imunisasi Rutin Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:47:25 WIB
Delta Sungai Yangtze Tingkatkan integrasi melalui digitalisasi Kesehatan
Sabtu, 27 Agustus 2022 1:59:36 WIB