BEIJING, Radio Bharata Online – Media Pemerintah hari Senin melaporkan, Tiongkok akan meningkatkan upayanya untuk meningkatkan produksi kedelai dan minyak nabati.
Mengutip sebuah dokumen kebijakan pedesaan, media itu menyebutkan, Tiongkok terus mendorong swasembada yang lebih besar untuk pasokan makanan utamanya.
Tiongkok adalah pembeli kedelai terbesar di dunia, yang sedang berusaha untuk mengurangi ketergantungannya pada impor biji minyak. Pandemi COVID, meningkatnya ketegangan perdagangan, dan meningkatnya bencana iklim, telah meningkatkan kekhawatiran tentang memberi makan 1,4 miliar penduduknya.
Kantor berita Xinhua melaporkan, Dalam cetak biru kebijakan pedesaan tahunannya, yang dikenal sebagai "dokumen No. 1", Dewan Negara, kabinet RRT, mengulangi tujuan yang baru-baru ini dinyatakan untuk meningkatkan kapasitas produksi biji-bijian sebanyak 50 juta ton, dari produksi saat ini yang mencapai lebih dari 650 juta ton.
Menteri Pertanian Tang Renjian dalam sebuah konferensi pers hari Selasa mengenai cetak biru kebijakan ini mengatakan, tugas utama sebuah negara agrikultur yang kuat, adalah memastikan ketahanan pangan nasional. Komentarnya itu merujuk pada rencana pemerintah pusat untuk membangun "negara pertanian yang kuat" untuk mendukung pembangunan Tiongkok.
RRT menetapkan target untuk meningkatkan produksi kedelai pada tahun 2022, dan negara ini telah meningkatkan areal penanamannya sebesar 22 persen tahun lalu.
Untuk membantu meningkatkan produksi kedelai, dokumen tersebut menyerukan promosi berkelanjutan untuk tumpang sari kedelai dengan jagung, dan mengembangkan lahan salin untuk kedelai.
Namun, "Masalah terbesar RRT bukanlah seberapa luas lahan yang harus ditanami, tetapi bagaimana mencapai kemajuan teknologi." Begitu ujar Ma Wenfeng, analis senior di konsultan pertanian yang berbasis di Beijing, BOABC, yang mencatat bahwa hasil panen jagung di Tiongkok, jauh lebih rendah daripada di Amerika Serikat.
Menurutnya, untuk meningkatkan hasil panen, diperlukan perombakan struktur dan sistem industri. Me menyoroti banyaknya petani yang masih bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan, sehingga hanya menyisakan orang-orang tua dengan pendidikan rendah yang menggarap lahan. (Channel News Asia)