Selasa, 11 April 2023 7:33:1 WIB
Perusahaan Johnson & Johnson bersedia membayar biaya kompensasi untuk para korban yang menderita kanker ovarium akibat penggunaan bedak bayi talek atau talk
Kesehatan
Bagas Sumarlan - Radio Bharata Online

Ilustrasi. Bedak tabur Johnson & Johnson disebut bisa menyebabkan kanker ovarium. (iStockphoto/AndreyPopov)
Radio Bharata Online - Perusahaan Johnson & Johnson bersedia membayar biaya kompensasi untuk para korban yang menderita kanker ovarium akibat penggunaan bedak bayi talek atau talk.
Kasus ini sebenarnya telah bergulir cukup lama. Namun, perusahaan itu baru setuju membayar kompensasi atas penyakit kanker yang diderita 38 ribu penyintas. Mereka disinyalir menderita kanker akibat penggunaan bedak bayi tersebut.
Tapi, apa benar penggunaan bedak bayi yang kerap dibubuhkan ke area genital perempuan bisa memicu bahaya hingga mendorong pertumbuhan sel kanker di ovarium?
Pakar spesialis penyakit dalam dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Zubairi Djoerban menyebut, pemakaian bedak talk di sekitar organ genital atau vagina memang bisa meningkatkan risiko kanker ovarium. Hal ini bisa terjadi jika bedak yang digunakan terkontaminasi asbes.
"Menurut American Cancer Society, bedak talk bisa sebabkan kanker jika partikel bedak melewati vagina, rahim, dan saluran tuba ke ovarium," kata Zubairi melalui akun Twitternya, Minggu (9/4). CNNIndonesia.com telah meminta izin untuk mengutip cuitan tersebut.
Tetapi, kata dia, ada berbagai temuan dari hasil penelitian yang menyatakan hubungan antara kanker dengan penggunaan bedak di sekitar area genital. Beberapa penelitian melaporkan sedikit peningkatan risiko, dan beberapa melaporkan tidak ada peningkatan.
"Banyak case-control studies yang menemukan sedikit peningkatan risiko. Lalu, studi kohort prospektif umumnya tidak menemukan peningkatan yang signifikan dalam risiko kanker ovarium secara keseluruhan," katanya.
Meski begitu, penelitian lainnya menyebut kemungkinan risiko kanker ovarium ini meningkat pada kelompok tertentu. Misalnya perempuan yang masih memiliki saluran reproduksi utuh atau jenis kanker ovarium tertentu.
Zubairi juga memaparkan beberapa faktor lain yang bisa meningkatkan seseorang terkena kanker ovarium, yaitu:
- obesitas,
- memiliki tinggi badan di atas rata-rata,
- perempuan dengan endometriosis,
- perempuan menopause yang mendapat pil hormonal,
- perempuan di atas 50 tahun.
Selain itu, ada juga faktor risiko lain, yakni sebagai berikut:
- genetik atau riwayat keluarga,
- pernah terkena kanker payudara,
- bowel cancer,
- cepat haid, haid pertama terlalu dini, misal di bawah usia 12 tahun,
- tidak punya anak di usia 35 tahun.
Tentunya, kata Zubairi, ada juga faktor yang bisa mengurangi risiko seseorang terkena kanker ovarium. Misalnya, ibu yang memiliki anak banyak, ibu yang hamil kembar, ibu menyusui, dan wanita yang pernah melakukan operasi pengangkatan tuba falopi.
"Untuk diketahui, perempuan yang telah hamil beberapa kali risiko mendapatkan kanker ovariumnya turun 30-60 persen," kata dia, dikutip dari CNN Indonesia.com.
Yang jelas, kanker ovarium bisa terjadi karena banyak faktor. Oleh karena itu, Zubairi mengingatkan masyarakat untuk lebih berhati-hati.
Komentar
Berita Lainnya
Singapura dihadang subvarian Omicron baru yakni XBB Yang kembali meningkat hingga melampaui 9 ribu kasus per hari Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 10:23:40 WIB

Presiden RI Joko Widodo mengatakan pandemi COVID-19 tidak hanya menjadi masalah kesehatan global yang besar Kesehatan
Senin, 17 Oktober 2022 13:43:44 WIB

Tidak jarang beredar mitos terkait penyebab kanker payudara pada wanita Kesehatan
Selasa, 18 Oktober 2022 9:49:9 WIB

Terkait laporan adanya 192 kasus gagal ginjal akut misterius di Indonesia Kesehatan
Rabu, 19 Oktober 2022 8:56:53 WIB

Dalam upaya menangani kasus gagal ginjal akut pada anak Kesehatan
Rabu, 26 Oktober 2022 16:21:29 WIB

Banyak orang merasa menurunkan berat badan begitu sulit Memutuskan apa yang harus dimasak setiap hari juga sulit Kesehatan
Minggu, 6 November 2022 7:42:35 WIB

Delta Sungai Yangtze kini menjadi salah satu pusat ekonomi di Tiongkok Kesehatan
Sabtu, 27 Agustus 2022 1:59:36 WIB