Minggu, 28 Februari 2021 8:11:41 WIB
Tiga Demonstran Tewas dalam Aksi Tolak Kudeta Militer Myanmar
Sosial Budaya
Kinar Lestari
Polisi Myanmar membubarkan demonstran antikudeta dengan cara represif. (AFP/SAI AUNG MAIN)
Pasukan keamanan Myanmar kembali menggunakan cara kekerasan dalam membubarkan aksi unjuk rasa anti-kudeta yang digelar hari ini. Laporan AFP, setidaknya ada 3 demonstran tewas dalam pembubaran tersebut.http://cnnindonesia.com
Baik tentara maupun polisi menembakkan peluru karet, gas air mata dan meriam air demi membubarkan pengunjuk rasa yang kembali membanjiri jalanan. Selain 3 orang tewas, 20 orang lainnya terluka saat pasukan keamanan bergerak di kawasan pantai selatan Dawei.
Pyae Zaw Hein, petugas penyelamat, menyatakan ketiganya 'ditembak mati dengan peluru tajam'. Sementara lainnya terluka akibat peluru karet.
"Mungkin ada lebih banyak korban juga karena lebih banyak orang yang terluka terus berdatangan," kata Pyae seperti dikutip dari AFP.
Sementara itu petugas di pusat bisnis Yangon mulai membubarkan satu per satu kerumunan di pusat kota beberapa menit sebelum protes dimulai. Menurut Amy Kyaw, seorang guru SD, polisi mulai melepaskan tembakan saat rombongannya tiba.
"Mereka tidak memberi peringatan apapun. Beberapa terluka dan beberapa guru masih bersembunyi di rumah warga," katanya.
Gelombang unjuk rasa besar-besaran terjadi sejak 1 Februari 2021. Ini pun diikuti kampanye pembangkangan sipil sehingga mendorong pegawai negeri mengundurkan diri.
Menurut Assistance Association Political Prisoners (AAPP) lebih dari 850 orang ditangkap atau dijatuhi hukuman. Namun tindakan keras di akhir pekan ini mampu meningkatkan jumlah korban penangkapan secara drastis. Surat kabar negara melaporkan 479 penangkapan terjadi pada Sabtu (27/2) saja.
Di sisi lain, Suu Kyi tidak terlihat di depan umum. Ia ditahan selama penggerebekan dini hari di ibu kota Paypyidaw saat kudeta diluncurkan.
Ia bakal menghadapi persidangan pada Senin (1/3) dengan tuduhan tidak jelas atas kepemilikan walkie-talkie yang tidak terdaftar juga pelanggaran aturan pembatasan pada pertemuan publik selama pandemi. Namun sang pengacara, Khin Maung Zaw, menuturkan dirinya masih belum bisa menemui Suu Kyi.
"Sebagai pengacara saya menaruh kepercayaan saya di pengadilan dan pengadilan yang adil. Tapi dalam periode waktu ini apapun bisa terjadi," ujarnya.
Komentar
Berita Lainnya
Impian Ren Zhe menggabungkan budaya melalui karyanya Sosial Budaya
Selasa, 4 Oktober 2022 17:3:36 WIB
TING BAATAR Delegasi yang mengabdikan diri untuk membantu orang Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 17:36:8 WIB
Kanal Besar Menyaksikan Perubahan Hangzhou dari Pusat Industri Menjadi Permata Budaya Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB
Demam Bersepeda Perkotaan Mencerminkan Pembangunan Yang direncanakan, Beralih ke Gaya Hidup Hijau Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB
Bali memperingati Maulid Nabi 1444 H dengan menampilkan Tari Rodat Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB
Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB
Meningkatnya Populasi panda penangkaran global Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB
80 Persen kapas di Petik oleh Mesin Pemanen di Xinjiang Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB
Musik Tradisional di Kota Es Harbin Daya Tarik Wisata Global Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB
Transformasi Bekas Kompleks Industri di Liaoning Menjadi Taman Budaya Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB
Hong Kong Freespace Jazz Fest hadir kembali, menampilkan Jill Vidal, Eugene Pao dan Ted Lo Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB
Perlindungan Digital Pada Situs Gua Berusia 1600 tahun Di Kota Zhangye Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB
Situs Warisan Budaya, Memperkokoh Kepercayaan Bangsa Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 8:21:51 WIB
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
Wang Yaping: Impian Terbesarku adalah Kembali Terbang ke Luar Angkasa Sosial Budaya
Jumat, 4 November 2022 18:6:41 WIB