Selasa, 27 Desember 2022 13:19:18 WIB

Konflik Rusia-Ukraina dapat Meningkat Lebih Lanjut pada Tahun 2023
International

Endro

banner

Asap hitam mengepul di atas ibu kota Ukraina, Kiev, pada 10 Oktober 2022. Foto: VCG

BEIJING, Radio Bharata Online – Rusia dan Ukraina baru-baru ini menuduh satu sama lain tidak memiliki ketulusan dalam negosiasi untuk mengakhiri konflik, dan Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia akan menandatangani dekrit tentang tindakan pencegahan pembalasan, terhadap pemberlakuan batasan harga minyak Rusia pada hari Senin atau Selasa. Analis mengatakan konfrontasi antara Rusia dan AS, dan konflik militer di Ukraina, dapat meningkat lebih lanjut pada tahun 2023.

Menurut Kantor Berita TASS, Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak, pada hari Senin mengatakan, Rusia akan menunggu sampai parameter akhir embargo UE jelas, karena tidak memahami apa yang dapat menggantikan produk minyak Rusia di Eropa.

Novak mengatakan, Eropa adalah pasar utama untuk penjualan produk minyak Rusia. Namun sejauh ini tidak ada yang tahu, apa yang bisa menggantikan bahan bakar Rusia.

Per tanggal 5 Desember, embargo pasokan minyak dari Rusia ke Uni Eropa mulai berlaku. Uni Eropa, Kelompok Tujuh (Inggris, Jerman, Italia, Kanada, AS, Prancis, Jepang), serta Australia, menyepakati batas harga untuk minyak Rusia yang dipasok melalui laut, dengan harga USD 60 per barel.

AS, UE, dan Inggris melarang perusahaan mereka menyediakan layanan transportasi, keuangan, dan asuransi untuk kapal tanker yang membawa minyak dari Rusia dengan harga di atas "tingkat yang disepakati".

Analis Tiongkok mengatakan, Rusia menunjukkan tekad dan kekuatannya untuk perjuangan jangka panjang.  Tidak hanya dengan Ukraina, tetapi juga AS dan negara-negara Barat lainnya, dan tidak hanya di bidang militer tetapi juga di bidang ekonomi.

Dan pada tahun 2023, Rusia dapat mengambil tindakan tegas untuk mengakhiri konflik, karena Kremlin perlu menciptakan lingkungan yang relatif stabil dan positif untuk pemilihan presiden tahun 2024.

Sementara itu, sejauh mana Barat dapat terus menawarkan bantuan keuangan dan militer dalam jumlah besar ke Kiev, masih dipertanyakan, sehingga kemungkinan besar akan ada eskalasi konflik lebih lanjut pada tahun depan.

Rusia siap untuk bernegosiasi dengan semua pihak yang terlibat dalam perang di Ukraina, tetapi "Kiev dan pendukung Baratnya telah menolak untuk terlibat dalam pembicaraan."  Demikian dikatakan Putin dalam wawancara dengan media pemerintah Rusia yang disiarkan pada Minggu.

Para pakar menilai, kebuntuan saat ini atas konflik Rusia-Ukraina, disebabkan oleh fakta, bahwa Kremlin mengatakan akan berjuang sampai semua tujuannya tercapai, dan Rusia tidak akan meninggalkan wilayah yang telah diperolehnya. Sementara Kiev mengatakan tidak akan berhenti sampai setiap orang Rusia dan tentara dikeluarkan dari semua wilayahnya, termasuk wilayah Donbass dan Krimea, yang dianggap Rusia sebagai wilayahnya sendiri.

Yang Jin, seorang rekan peneliti di Institut Studi Rusia, Eropa Timur, dan Asia Tengah di Akademi Ilmu Sosial Tiongkok, kepada Global Times mengatakan, tidak ada pihak yang mau menyerahkan sesuatu yang sudah dibuat kesepakatan dengan pihak lain. Itulah sebabnya harapan untuk negosiasi masih jauh.

Sementara Song Zhongping, pakar militer Tiongkok dan komentator TV, mengatakan, "Jika Anda tidak bisa mendapatkannya dengan paksa dari medan perang, maka Anda tidak akan bisa mendapatkannya dari meja perundingan," dan ini berlaku untuk kedua belah pihak, yang percaya bahwa mereka dapat lebih lanjut mengubah situasi saat ini dengan cara militer, dan inilah alasan mengapa pertempuran sengit di Ukraina Timur dan Selatan terus berlanjut, dan serangan yang diluncurkan Ukraina di wilayah Rusia juga akan meningkat. (Global Times)

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner