BEIJING, Radio Bharata Online - Apa yang terjadi dalam konflik Rusia-Ukraina, menunjukkan bahwa medan perang di internet, terkait erat dengan medan perang nyata yang panas. Karena serangan dunia maya, dapat menyebabkan pemadaman listrik, bahkan pemutusan pasokan energi dan makanan.
Qi Xiangdong, seorang penasihat politik sekaligus ketua penyedia keamanan terkemuka Qi An Xin Group, kepada Global Times mengatakan, tantangan keamanan nasional penting yang saat ini dihadapi Tiongkok adalah pencurian rahasia negara, dan sabotase fasilitas negara oleh negara ketiga, atau perseorangan yang bermusuhan, baik dalam maupun luar negeri.
Menurutnya, kerusakan akibat serangan siber tersebut telah meningkat, dari masalah kecil menjadi urusan nasional.
Menurut Qi, di era digital, serangan dunia maya dapat menyebabkan pemadaman listrik, pemutusan pasokan daging dan minyak sebagai kebutuhan makanan sehari-hari. Dan gangguan siaran memiliki dampak yang tak terhitung pada kehidupan masyarakat, produksi perusahaan, dan stabilitas sosial.
Dalam beberapa tahun terakhir, ancaman keamanan tradisional dan ancaman keamanan non-tradisional telah terjalin, dan dunia maya telah menjadi salah satu medan perang utama permainan, antara kekuatan besar.
Tiongkok juga menghadapi situasi keamanan nasional yang lebih kompleks, di mana keamanan jaringan dan data, telah menjadi salah satu masalah keamanan non-tradisional yang paling kompleks dan parah yang dihadapinya.
Qi telah melihat, bahwa dalam perang dunia maya terkait konflik Rusia-Ukraina, infrastruktur kritis telah menjadi target utama serangan. Dan krisis keamanan dunia maya benar-benar terjadi, serta dapat terjadi dalam kehidupan nyata kapan saja di masa depan.
Dari perspektif tingkat serangan, para penyerang juga berubah menjadi kelompok profesional dengan latar belakang tertentu. Di masa lalu, itu adalah virus yang tidak menyebabkan kerugian besar, kecuali untuk ketidak nyamanan kecil. Tapi sekarang, penyerang dunia maya seringkali merupakan organisasi tingkat tinggi, profesional, dan didukung secara nasional. (Global Times)