Selasa, 31 Januari 2023 10:13:34 WIB

Niat Republikan Gagalkan Pertemuan AS-Tiongkok
International

Endro

banner

Paman Sam mencoba menyeret seluruh dunia ke dalam permainan perangnya dengan menggembar-gemborkan perang dengan Tiongkok pada tahun 2025. Kartun: Carlos Latuff

Radio Bharata Online - Beberapa hari setelah Michael Minihan, jenderal bintang empat Angkatan Udara AS menyatakan bahwa AS dan Tiongkok dapat berperang atas masalah Taiwan pada tahun 2025, seorang Republikan senior Kongres pada hari Minggu menyatakan dukungan, untuk penilaian sembrono tersebut.

Selain pertengkaran partisan di AS yang meluas ke area diplomatik, para ahli mengatakan, Tiongkok dan AS perlu mewaspadai petualangan Republikan yang agresif yang ucapannya tidak dapat diprediksi, dan menekankan pentingnya memulai dialog reguler, untuk mencegah kedua negara terseret ke dalam konfrontasi yang memburuk.

Dalam sebuah wawancara di "Fox News Sunday," Michael McCaul, ketua Partai Republik dari Komite Urusan Luar Negeri mengatakan, bahwa dia setuju dengan Michael Minihan, bahwa Tiongkok dan AS "akan berperang pada tahun 2025" atas nama masalah Taiwan.

Pada hari Jumat, Pentagon mengatakan bahwa komentar Minihan tidak mewakili pandangan Departemen Pertahanan tentang Tiongkok. Sementara pernyataan McCaul datang pada saat ketegangan AS-Tiongkok menunjukkan tanda-tanda mereda, dan media telah melaporkan bahwa Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken diperkirakan akan mengunjungi Tiongkok pada awal Februari. Setelah sebelumnya pertemuan Menteri Keuangan AS Janet Yellen pada 18 Januari dengan Wakil Perdana Menteri Tiongkok Liu He.  

Tindak lanjut McCaul tentang "pertarungan Tiongkok-AS," menunjukkan bahwa beberapa anggota DPR dari partai Republik, berusaha untuk menggagalkan peluang positif dari pertemuan para pejabat tinggi kedua negara.

Zhu Feng, seorang profesor hubungan internasional di Universitas Nanjing, kepada Global Times pada hari Senin mengatakan, bahwa membesar-besarkan "ancaman Tiongkok" mungkin merupakan upaya untuk lebih memfasilitasi dan memuluskan pengesahan undang-undang anti-Tiongkok di Kongres.

Menurut Zhu, Kongres selalu lebih agresif daripada cabang eksekutif, dan anggota Kongres adalah yang paling lantang menyuarakan retorika perang, dan memperkuat hegemoni Amerika.

Dibandingkan dengan dampak Kongres terhadap kebijakan luar negeri pemerintahan Biden, beberapa analis khawatir, ketika kontrol Gedung Putih relatif lemah, maka petualangan para pejabat tertentu dalam otoritas mereka, dapat menyebabkan situasi liar yang tidak dapat diprediksi dan tidak dapat diubah.(Global Times)

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner