Senin, 16 November 2020 5:55:33 WIB
Tiongkok Sebut Kesepakatan Dagang RCEP Kemenangan Bagi Multilateralisme
Sosial Budaya
Agsan Prawira
Lima belas negara terikat dalam kesepakatan dagang regional. (VNA)
Tiongkok menganggap perjanjian perdagangan terbesar di dunia, Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP), sebagai kemenangan bagi multilateralisme.
Komentar ini disampaikan sesudah para pemimpin Asia-Pasifik akhirnya menandatangani Kerja Sama Ekonomi Komprehensif Regional yang telah dirintis hampir satu dekade silam.
RCEP ditandatangani pada Minggu (15/11) dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN ke-37 yang digelar secara virtual dengan tuan rumah Vietnam. RCEP melibatkan 10 negara anggota ASEAN, ditambah Tiongkok, Jepang, Korea Selatan, Australia dan Selandia Baru.
"Melihat kondisi global saat ini, penandatanganan RCEP setelah perundingan selama delapan tahun memancarkan sinar dan memberikan harapan di tengah kondisi suram," kata Perdana Menteri Tiongkok, Li Keqiang setelah penandatangan virtual.
"Ini jelas menunjukkan bahwa multilateralisme adalah cara yang benar, dan mencerminkan arah yang tepat bagi perekonomian global dan kemajuan manusia," tambahnya.
Presiden Republik Indonesia Joko Widodo juga menyambut baik penandatanganan perjanjian tersebut.
"Penandatanganan ini menandai masih kuatnya komitmen kita terhadap multilateralisme," kata presiden dalam sambutannya.
Para anggotanya membentuk hampir sepertiga dari populasi dunia dan menyumbang 29% dari produk domestik bruto dunia.
Zona perdagangan bebas baru ini akan lebih besar ketimbang Perjanjian AS-Meksiko-Kanada dan Uni Eropa.
India juga menjadi bagian selama proses negosiasi, tetapi kemudian menarik diri tahun lalu, karena ada kekhawatiran tarif pajak yang lebih rendah dapat merugikan produsen lokal.
Apa fungsi RCEP?
RCEP diharapkan dapat menghilangkan berbagai tarif impor dalam waktu 20 tahun ke depan.
Kesepakatan ini juga mencakup ketentuan tentang kekayaan intelektual, telekomunikasi, layanan keuangan, e-commerce, dan aneka layanan profesional.
Tapi mungkin saja ketentuan asal barang (rules of origin) baru - yang secara resmi menentukan dari mana produk berasal - akan memiliki dampak paling besar.
Sudah banyak negara anggota yang memiliki perjanjian perdagangan bebas (FTA) satu sama lain, tetapi ada batasannya.
"FTA yang ada bisa sangat rumit untuk digunakan dibandingkan dengan RCEP," kata Deborah Elms dari Asian Trade Center.
Bisnis dengan rantai pasokan global kemungkinan menghadapi tarif bahkan dalam FTA, karena produk mereka mengandung komponen yang dibuat di tempat lain.
Sebuah produk buatan Indonesia yang menyertakan suku cadang dari Australia, misalnya, kemungkinan dikenai tarif di tempat lain dalam zona perdagangan bebas Asean.
Di bawah RCEP, suku cadang dari setiap negara anggota akan diperlakukan sama, yang kemungkinan memberi perusahaan-perusahaan di negara-negara RCEP sebuah insentif untuk mencari pemasok di dalam kawasan perdagangan.
'Ambisi yang sangat rendah'
Walaupun RCEP adalah inisiatif ASEAN, kerjasama ini dianggap banyak pihak didukung Tiongkok sebagai alternatif terhadap Kemitraan Trans-Pasifik (TPP), kesepakatan yang diusulkan tanpa melibatkan Tiongkok, tetapi mencakup banyak negara Asia.
Dua belas negara anggotanya menandatangani TPP pada 2016 sebelum Presiden AS Donald Trump menarik diri keterlibatan AS pada 2017.
Anggota yang tersisa kemudian membentuk Perjanjian Hubungan Mitra Trans Pasifik secara Menyeluruh dan Maju (CPTPP).
Walaupun mencakup lebih sedikit negara, CPTPP memotong berbagai pajak dan memasukkan ketentuan tentang tenaga kerja dan lingkungan ketimbang yang dilakukan RCEP.
Berbicara dalam acara daring di Peterson Institute of International Affairs, mantan Perdana Menteri (PM) Australia Malcolm Turnbull mengatakan kesepakatan baru itu ketinggalan zaman.
"Akan ada beberapa hal yang menghebohkan tentang penandatanganan dan berlakunya RCEP. Maksud saya RCEP adalah kesepakatan perdagangan dengan ambisi yang sangat rendah. Kita tidak boleh menipu diri kita sendiri," kata Turnbull, yang menandatangani keikutsertaan Australia dalam TPP.
Kerja sama dan kebencian
RCEP menyatukan negara-negara yang acapkali memiliki hubungan diplomatik yang pelik - terutama Tiongkok dan Jepang.
Australia dan Tiongkok juga akan menandatangani kesepakatan tersebut, meskipun ada laporan bahwa Tiongkok kemungkinan akan memboikot beberapa impor Australia karena berbagai perbedaan politik.
"Anda berdua dapat bekerja sama dengan seseorang dan membencinya, bahkan sebagai manusia. RCEP telah melakukan pekerjaan yang mengesankan dengan memisahkannya dengan hal-hal lainnya," kata Deborah Elms dari Asian Trade Center.
Perdagangan internasional jauh lebih rendah dalam agenda pemilu AS tahun ini, dan presiden yang akan datang Joe Biden hanya mengatakan sedikit tentang apakah kebijakan perdagangannya akan berubah secara signifikan atau apakah dia akan mempertimbangkan kembali untuk masuk ke TPP.
Komentar
Berita Lainnya
Impian Ren Zhe menggabungkan budaya melalui karyanya Sosial Budaya
Selasa, 4 Oktober 2022 17:3:36 WIB
TING BAATAR Delegasi yang mengabdikan diri untuk membantu orang Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 17:36:8 WIB
Kanal Besar Menyaksikan Perubahan Hangzhou dari Pusat Industri Menjadi Permata Budaya Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB
Demam Bersepeda Perkotaan Mencerminkan Pembangunan Yang direncanakan, Beralih ke Gaya Hidup Hijau Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB
Bali memperingati Maulid Nabi 1444 H dengan menampilkan Tari Rodat Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB
Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB
Meningkatnya Populasi panda penangkaran global Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB
80 Persen kapas di Petik oleh Mesin Pemanen di Xinjiang Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB
Musik Tradisional di Kota Es Harbin Daya Tarik Wisata Global Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB
Transformasi Bekas Kompleks Industri di Liaoning Menjadi Taman Budaya Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB
Hong Kong Freespace Jazz Fest hadir kembali, menampilkan Jill Vidal, Eugene Pao dan Ted Lo Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB
Perlindungan Digital Pada Situs Gua Berusia 1600 tahun Di Kota Zhangye Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB
Situs Warisan Budaya, Memperkokoh Kepercayaan Bangsa Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 8:21:51 WIB
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
Wang Yaping: Impian Terbesarku adalah Kembali Terbang ke Luar Angkasa Sosial Budaya
Jumat, 4 November 2022 18:6:41 WIB