Menanggapi tuduhan tidak berdasar AS mengenai pinjaman Tiongkok kepada negara-negara berkembang, juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning di depan jumpa pers rutin hari Kamis kemarin (30/3) mengatakan bahwa AS seharusnya mengambil tindakan nyata untuk membantu negara-negara berkembang daripada menuding negara lain dan mengeluarkan komentar yang tidak bertanggung jawab.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan bahwa AS sedang berusaha untuk melawan daya pengaruh Tiongkok di lembaga-lembaga internasional serta dalam hal pemberian pinjaman uang kepada negara-negara berkembang. Yellen bahkan mengatakan bahwa pinjaman Tiongkok kepada negara-negara berkembang akan memicu masalah utang negara-negara terkait.

Menanggapi hal tersebut, Mao Ning menunjukkan, “Kami tidak terima dengan tuduhan AS, Tiongkok selalu mematuhi aturan internasional, selalu melakukan kerja sama investasi dan pendanaan dengan negara-negara berkembang berdasarkan prinsip terbuka dan transparan. Tiongkok tidak pernah melampirkan persyaratan politik apa pun dalam perjanjian pinjaman dan tidak mengupayakan kepentingan politik pribadi apa pun. Tiongkok selalu membantu negara-negara berkembang untuk meringankan beban utang mereka, dan berkontribusi terbesar dalam menerapkan inisiatif Penangguhan Layanan Utang (DSSI) G20.”

Mao Ning menegaskan, statistik Bank Dunia menunjukkan bahwa dalam utang negara-negara berkembang, lembaga keuangan multilateral dan kreditur komersial menempati lebih dari 80% dalam utang-utang tersebut, dan ini menjadi sumber beban utang terbesar bagi negara-negara berkembang. Sejak tahun lalu, AS telah menaikkan suku bunganya pada tingkat yang belum pernah ada sebelumnya, membuat masalah utang negara-negara terkait menjadi lebih buruk.

 

Pewarta : CRI