Senin, 26 Desember 2022 13:43:5 WIB

180 Pengungsi Rohingya diduga Tenggelam Sepanjang Tahun 2022.
International

Endro

banner

Sebuah perahu yang membawa pengungsi Rohingya, termasuk perempuan dan anak-anak, terlihat terdampar di perairan lepas pantai Bireuen, Provinsi Aceh, Indonesia, 27 Desember 2021, dalam gambar diam yang diambil dari sebuah video. Video direkam pada 27 Desember 2021. Aditya Setiawan via REUTERS/File Foto

NEW DELHI / DHAKA, Radio Bharata Online – Badan pengungsi PBB kepada Reuters, Senin menyebutkan, kemungkinan tenggelamnya kapal yang membawa 180 Muslim Rohingya, menjadikan tahun 2022 sebagai salah satu tahun terburuk, ketika para pengungsi mencoba melarikan diri dari kondisi putus asa di kamp-kamp di Bangladesh.

Hampir 1 juta etnis Rohingya dari Myanmar, tinggal di fasilitas yang penuh sesak di Bangladesh yang mayoritas Muslim, termasuk puluhan ribu yang melarikan diri dari negara asal mereka, setelah militernya melakukan tindakan keras yang mematikan pada tahun 2017.

Di Myanmar, sebagian besar kewarganegaraan etnis Rohingya ditolak, dan dipandang sebagai imigran ilegal dari Asia Selatan.

Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) mengatakan pada akhir pecan, bahwa mereka khawatir sebuah kapal yang memulai perjalanannya dari Bangladesh pada akhir November lalu, hilang di laut, dengan 180 orang di dalamnya diduga tewas.

UNHCR mengatakan, kapal yang tidak layak melaut itu mungkin mulai retak pada awal Desember sebelum kehilangan kontak.

Hampir 200 orang Rohingya dikhawatirkan tewas atau hilang di laut tahun ini.

Juru bicara UNHCR Babar Baloch berharap, bahwa 180 orang yang hilang masih hidup di suatu tempat di luar sana.

UNHCR memperkirakan hampir 900 Rohingya tewas atau hilang di Laut Andaman dan Teluk Benggala pada 2013, dan lebih dari 700 orang pada 2014.

Mengenai tahun 2022, menurut Baloch merupakan salah satu tahun terburuk untuk orang mati dan hilang setelah 2013 dan 2014. Dia menambahkan, jumlah orang yang mencoba melarikan diri, telah kembali ke tingkat yang terlihat sebelum pandemi COVID-19.

Dikatakan, tren menunjukkan angka yang meningkat pada tahun 2020, ketika lebih dari 2.400 orang mencoba penyeberangan laut yang berisiko, dengan lebih dari 200 orang tewas atau hilang.

Menurut perkiraan kelompok hak asasi manusia, jumlah Rohingya yang meninggalkan Bangladesh dengan perahu tahun ini, telah melonjak lebih dari lima kali lipat dari tahun sebelumnya.

Baloch mengatakan tidak jelas di mana tepatnya kapal dengan 180 penumpang itu hilang. Baloch berspekulasi, bahwa pencabutan pembatasan COVID di Asia Tenggara, menjadikannya sebagai tujuan favorit bagi Rohingya.

Awal bulan ini, dua kelompok aktivis Rohingya Myanmar mengatakan, 20 orang meninggal karena kelaparan atau kehausan, di atas apa yang dikatakan UNHCR sebagai kapal terpisah yang terdampar di laut selama dua minggu, di lepas pantai India. Kapal yang membawa sedikitnya 100 orang itu dikatakan berada di perairan Malaysia.

Pada hari Senin, Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan dalam sebuah pernyataan, bahwa 57 laki-laki Rohingya turun di kabupaten Aceh Besar di Indonesia pada 25 Desember, dengan dukungan dari anggota masyarakat setempat.

Dikatakan kapal khusus laki-laki itu diyakini telah berangkat dari Bangladesh dan menghabiskan hampir sebulan terapung-apung di laut.

Dua kapal yang membawa total 230 pengungsi Rohingya, termasuk wanita dan anak-anak, mendarat di pantai provinsi Aceh Indonesia pada bulan November, sementara bulan ini, angkatan laut Sri Lanka menyelamatkan 104 orang Rohingya yang terapung di lepas pantai utara sebuah pulau di Samudera Hindia. (Reuters)

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner