Rabu, 15 Maret 2023 10:5:31 WIB

Pelarian Rusia di Bali : 'Mereka tidak menghormati kami'
International

Endro

banner

Penduduk Bali menuduh orang Rusia mengambil pekerjaan di tengah arus masuk yang dipicu oleh perang Ukraina. Gubernur Bali telah meminta pemerintah pusat untuk mengakhiri hak istimewa visa-on-arrival bagi warga negara Rusia dan Ukraina [File: Johannes P. Christo/Reuters]

JAKARTA, Radio Bharata Online - Orang Rusia berbondong-bondong datang ke Bali sejak invasi Ukraina.

Di destinasi paling populer di Indonesia itu, para pendatang dari Rusia mencari perlindungan dari kejatuhan ekonomi, akibat perang dan ancaman wajib militer.

Namun mereka juga menghadapi reaksi keras dari penduduk setempat, yang terusik karena orang luar mengambil pekerjaan mereka.

Awal pekan ini, Gubernur Bali I Wayan Koster mengatakan telah meminta pemerintah pusat di Jakarta, untuk mengakhiri hak istimewa visa-on-arrival bagi warga Rusia dan Ukraina di tengah meningkatnya keluhan dari penduduk setempat.

Seperti dikutip media lokal, Koster mengatakan, mereka berduyun-duyun ke Bali bukan untuk bersantai, tapi untuk mencari kenyamanan, termasuk untuk bekerja.

Menteri Pariwisata Sandiaga Uno mengatakan, akan meninjau permintaan gubernur sambil membuka kemungkinan bahwa jumlah mereka yang "berulah dan membuat masalah" mungkin tidak signifikan.

Sementara hampir 60.000 orang Rusia, tiba di Bali tahun lalu, sekitar 20.000 telah tiba setiap bulan, sejak Kremlin mengumumkan mobilisasi sebagian cadangan militer pada bulan September, sebagaimana menurut angka yang dikumpulkan oleh bandara internasional Bali.

Beberapa orang Rusia telah bekerja di pulau itu sebagai penata rambut, babysitter, supir taksi atau bahkan pekerja seks, tanpa dilengkapi visa kerja yang diwajibkan secara hukum.

Sementara jumlah orang Ukraina di Bali juga meningkat, namun hanya sepersepuluh dari jumlah pendatang, dan sebagian besar kekesalan publik yang melibatkan pekerja tidak berdokumen, justru ditujukan ke Rusia.

Awal bulan ini, Pemerintah Provinsi Bali mengumumkan pembentukan gugus tugas yang terdiri dari polisi dan pejabat dari kementerian tenaga kerja, industri dan perdagangan, untuk menindak pekerja tidak berdokumen.

Seorang juru bicara mengatakan kepada media lokal bahwa satuan tugas akan meningkatkan pemantauan Internet dan memasang papan reklame, yang memperingatkan wisatawan agar tidak bekerja secara ilegal di pulau itu. Pada minggu pertama, gugus tugas menangkap enam turis, semuanya orang Rusia.

(Al Jazeera)

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner