Selasa, 13 April 2021 2:21:33 WIB
Warga Kamboja Murka Foto Korban Khmer Merah Diubah Seniman
Sosial Budaya
Kinar Lestari
Ilustrasi foto korban penyiksaan dan pembantaian rezim Khmer Merah di Kamboja. (CNN Indonesia/Anggi Kusumadewi)
Sejumlah warga Kamboja yang kehilangan anggota keluarga akibat kekejaman rezim Khmer Merah mengecam seniman Irlandia, Matt Loughrey, karena memodifikasi foto para korban.http://cnnindonesia.com
Sebab, Loughrey mengubah foto para korban pembantaian Khmer Merah dengan membuat para korban seolah-olah tersenyum melalui teknik rekayasa digital.
Rezim Khmer Merah mengambil foto ribuan korban pembantaian, termasuk mereka yang dikirim ke tempat interogasi sekaligus penyiksaan Tuol Sleng atau S-21. Bangunan itu mulanya difungsikan sebagai sekolah menengah di Phnom Penh yang diubah menjadi penjara oleh Khmer Merah.
Norng Chan Phal, seorang mantan tahanan penjara S-21 yang kehilangan orang tuanya di penjara, menyebut proyek Loughrey sebagai bentuk penghinaan terhadap para korban kekejaman Khmer Merah.
"Saya mengecam keras gambar-gambar berwarna ini karena semua korban di S-21 tidak pernah bahagia," kata Norng Chan Phal (52) kepada AFP, Selasa (13/4).
"Kami para korban yang masuk S-21 tidak pernah sempat tersenyum. Saya tidak mendukung perubahan apapun pada gambar. Kami menderita," lanjut Phal.
Loughrey juga memberi warna pada foto hitam putih para korban kekejaman Khmer Merah sebagai bagian dari proyek pribadi. Ia juga mengklaim menambahkan senyuman pada beberapa foto korban dan memicu tanggapan negatif dari masyarakat.
Pilihan gambar dan wawancara dengan Loughrey dipublikasikan di situs Vice selama akhir pekan. Laporan itu menuai banyak kritik di kalangan masyarakat Kamboja maupun di media sosial.
"Saya sedang berbicara dengan museum mengenai pembuatan foto-foto ini yang dapat diakses oleh semua orang," kata Loughrey dalam wawancara Vice.
Kementerian Kebudayaan dan Kesenian Kamboja menganggap manipulasi foto korban kekejaman Khmer Merah yang dibuat Loughrey mempengaruhi martabat para korban serta realitas sejarah negara itu.
Proyek seni Loughrey juga disebut melanggar hak-hak Museum Genosida Tuol Sleng sebagai pemilik dan pemelihara sah gambar-gambar itu.
Kementerian itu meminta Loughrey dan Vice segera menghapus foto-foto itu.
"(Kementerian) akan mempertimbangkan untuk mengambil tindakan hukum (baik nasional maupun internasional) jika Matt Loughrey tidak memenuhi permintaan di atas," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan.
Hun Many, seorang anggota parlemen Kamboja dan putra bungsu Presiden Hun Sen mengatakan dia terkejut melihat gambar-gambar korban Khmer Merah yang direkayasa oleh Loughrey.
"Ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang tersebut, terutama orang asing, tidak memahami tragedi menyakitkan bangsa Kamboja dan khususnya para korban yang mengalami penyiksaan dan pembunuhan di penjara Tuol Sleng," tulisnya di Facebook.
Akibat banjir kritik dari berbagai kalangan, Vice memutuskan mencabut artikel itu dari laman mereka pada Minggu (11/4) pekan lalu.
Ranjang para tahanan Khmer Merah di Penjara S-21 atau Tuol Sleng, Kamboja. (CNN Indonesia/Anggi Kusumadewi)
Rezim Khmer Merah atau Partai Komunis Kamboja dipimpin oleh Pol Pot, Nuon Chea, Ieng Sary, Son Sen dan Khieu Samphan dari 1975 hingga 1979. Mulanya mereka melawan kekuasaan Raja Norodom Sihanouk, tetapi kemudian malah bersekutu untuk menghadapi pemerintah Republik Kamboja yang pro-Amerika Serikat.
Mereka menang dalam perang sipil dan mengambil alih kepemimpinan negara itu.
Di masa pemerintahan Khmer Merah, sekitar dua juta warga Kamboja tewas karena kelaparan, kerja paksa, penyiksaan dan eksekusi massal.
Diperkirakan 15.000 orang diinterogasi dan disiksa sebelum dihukum mati di ladang pembantaian. Kekejaman Khmer Merah bahkan diambil dalam berbagai karya seni.
Komentar
Berita Lainnya
Impian Ren Zhe menggabungkan budaya melalui karyanya Sosial Budaya
Selasa, 4 Oktober 2022 17:3:36 WIB
TING BAATAR Delegasi yang mengabdikan diri untuk membantu orang Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 17:36:8 WIB
Kanal Besar Menyaksikan Perubahan Hangzhou dari Pusat Industri Menjadi Permata Budaya Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 20:44:15 WIB
Demam Bersepeda Perkotaan Mencerminkan Pembangunan Yang direncanakan, Beralih ke Gaya Hidup Hijau Sosial Budaya
Rabu, 5 Oktober 2022 21:3:58 WIB
Bali memperingati Maulid Nabi 1444 H dengan menampilkan Tari Rodat Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 13:18:8 WIB
Pelestarian Lingkungan Sungai Yangtze Sosial Budaya
Sabtu, 8 Oktober 2022 16:4:14 WIB
Meningkatnya Populasi panda penangkaran global Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:28:3 WIB
80 Persen kapas di Petik oleh Mesin Pemanen di Xinjiang Sosial Budaya
Rabu, 12 Oktober 2022 22:32:41 WIB
Musik Tradisional di Kota Es Harbin Daya Tarik Wisata Global Sosial Budaya
Selasa, 18 Oktober 2022 22:53:38 WIB
Transformasi Bekas Kompleks Industri di Liaoning Menjadi Taman Budaya Sosial Budaya
Rabu, 19 Oktober 2022 10:28:48 WIB
Hong Kong Freespace Jazz Fest hadir kembali, menampilkan Jill Vidal, Eugene Pao dan Ted Lo Sosial Budaya
Senin, 24 Oktober 2022 18:0:34 WIB
Perlindungan Digital Pada Situs Gua Berusia 1600 tahun Di Kota Zhangye Sosial Budaya
Jumat, 28 Oktober 2022 12:8:17 WIB
Situs Warisan Budaya, Memperkokoh Kepercayaan Bangsa Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 8:21:51 WIB
Hari Kota Sedunia dirayakan di Shanghai Sosial Budaya
Minggu, 30 Oktober 2022 15:32:5 WIB
Wang Yaping: Impian Terbesarku adalah Kembali Terbang ke Luar Angkasa Sosial Budaya
Jumat, 4 November 2022 18:6:41 WIB