Senin, 9 Januari 2023 8:31:16 WIB

Banyak Serdadu Jerman yang Menolak Penugasan Perang
International

AP Wira

banner

Tentara Jerman ditarik dari Afghanistan setelah bertugas 20 tahun. (Foto: Reuters)

JAKARTA, Radio Bharata Online - Konflik di Ukraina dinilai membuka mata banyak serdadu Jerman tentang realita perang. Fenomena ini diyakini mendorong lonjakan jumlah tentara yang menolak ditugaskan di medan perang pada tahun 2022,

Badan Federal untuk Keluarga dan Bakti Sosial (BAFzA ) dalam laporannya, menulis, sejak wajib militer dicabut pada 2011 silam, pemerintah Jerman membuka jalur birokrasi bagi serdadu Bundeswehr untuk menolak penugasan perang.

Seorang juru bicara BAFzA menyebut,  "Pada tahun 2021, serdadu yang menolak penugasan perang masih berjumlah 201 permohonan. Pada tahun 2022, jumlahnya mencapai 951 permohonan"
 

Ditambahkannya. hingga bulan September, angka permohonan yang masuk sudah berkisar 650 kasus. Saat itu, juru bicara Bundeswehr juga mengakui, "jumlah peminat dinas militer di Bundeswehr terus berkurang sejak awal tahun 2022."

Dalam permohonannya, sebagian besar serdadu merujuk pada invasi Rusia di Ukraina, dengan dalih bahwa mereka tidak menyangka besarnya kemungkinan eskalasi perang di Jerman. Namun permohonan itu harus disetujui Bundeswehr terlebih dahulu sebelum bisa diserahkan ke pemerintah Jerman.

Michael Schulze, pegiat anti-perang di Jerman mengatakan, "Serdadu yang, dalam krisis geopolitik saat ini, menyadari tidak ingin menembak, melukai atau bahkan membunuh manusia lain, harus diberikan jalan keluar dari militer,"

Menurutnya, "banyak anggota Bundeswehr saat ini yang terpancing oleh iklan dan janji karir yang tidak berhubungan dengan realita. Sekarang banyak yang tidak puas dan ingin keluar."

Schulze.menambahkan, militer Jerman sejauh ini menolak mengakui adanya serdadu yang menolak penugasan di medan perang. Jika sudah begitu, "pilihan terakhir adalah melakukan desersi,"

seperti dikerahui, Agustus 2022 silam, militer Jerman merombak iklan perekrutan dengan moto baru, "bersama kita lindungi negeri."
Kampanye di media sosial antara lain memuat profil sejumlah serdadu yang menjelaskan motivasinya bergabung dengan Bundeswehr, antara lain demi "melindungi kemakmuran dan kebebasan."
Sejak beberapa dekade terakhir, Jerman giat mengirimkan militernya untuk misi damai PBB. Penugasan terbesar dan paling mematikan adalah Afganistan, sebelum NATO menarik diri secara mendadak pada 2021 lalu.

Menurut Bundeswehr, sebanyak 116 serdadu Jerman tewas dalam penugasan antara 1992 hingga 2022. Angka tersebut mencakup kasus kematian yang tidak berkaitan dengan dinas perang, seperti kasus bunuh diri atau pembunuhan.

Namun sejak pecahnya perang di Ukraina, Jerman didesak untuk membenahi militernya agar sepadan dengan tuntutan NATO. Untuk itu, Kanselir Olaf Scholz menambahkan anggaran pertahanan dan menggulirkan reformasi struktural.

sementara itu Menteri Pertahanan Christine Lambrecht, baru-baru ini menerbitkan buku putih keamanan yang mencakup 200 perubahan kebijakan, antara lain mengurangi target penambahan jumlah pasukan menjadi 203.300 serdadu pada 2031.

Menurut Kemenhan Jerman, target tersebut menuntut regenerasi sekitar 20.000 tentara setiap tahun. Jumlah total serdadu Jerman saat ini sekitar 183.000 orang. "Sasaran ini sangat ambisius dan tidak mungkin bisa dicapai tanpa langkah-langkah dramatis."

detik.com

Komentar

Berita Lainnya

Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International

Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB

banner