Jumat, 31 Maret 2023 10:55:59 WIB
Tiongkok Sarankan AS Ambil Tindakan Nyata Bantu Negara-Negara Berkembang
International
Eko Satrio Wibowo
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Mao Ning (CMG)
Beijing, Radio Bharata Online - Mao Ning, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, pada konferensi pers hari Kamis (30/3) di Beijing mengatakan Amerika Serikat (AS) harus mengambil tindakan nyata untuk membantu negara-negara berkembang, alih-alih menuding dan membuat komentar nakal terhadap negara lain.
Mao membuat pernyataan itu sebagai tanggapan atas pernyataan yang dibuat oleh Menteri Keuangan AS, Janet Yellen, pada hari Rabu (29/3) bahwa AS sedang bekerja keras untuk melawan pengaruh Tiongkok di lembaga-lembaga internasional dan dalam pinjaman ke negara-negara berkembang, dan bahwa pinjaman Tiongkok ke negara-negara berkembang telah menyebabkan masalah utang di negara-negara tersebut.
"Kami tidak menerima tuduhan tidak masuk akal yang dibuat oleh AS. Tiongkok selalu mengikuti aturan internasional dan melakukan kerja sama investasi dan pembiayaan dengan negara berkembang lainnya berdasarkan prinsip keterbukaan dan transparansi. Kami tidak memasang ikatan politik apa pun atau mencari kepentingan politik sendiri. Tiongkok telah membantu negara-negara berkembang lainnya untuk meringankan beban utang mereka, dan telah menjadi kontributor terbesar bagi Inisiatif Penangguhan Layanan Utang (DSSI) Kelompok 20 (G20)," kata Mao.
Juru bicara itu juga mencatat bahwa statistik Bank Dunia menunjukkan lembaga keuangan multilateral dan kreditur komersial menyumbang lebih dari 80 persen utang negara negara berkembang, yang merupakan sumber tekanan utang terbesar di negara berkembang.
"Sejak tahun lalu, AS telah menaikkan suku bunga dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya, memperburuk masalah utang negara-negara yang bersangkutan. AS harus mengambil tindakan nyata untuk membantu negara-negara berkembang, daripada menuding dan membuat komentar nakal terhadap negara lain," jelasnya.
Pada bulan April 2020, DSSI diluncurkan oleh G20 untuk mengatasi kebutuhan likuiditas mendesak negara-negara berpenghasilan rendah, dan Tiongkok telah menangguhkan sebagian besar pembayaran layanan utang di antara anggota G20.
Komentar
Berita Lainnya
Politisi Jerman Kritik Parlemen Eropa karena Tetap Operasikan Dua Kompleksnya di Tengah Krisis Energi International
Jumat, 7 Oktober 2022 8:37:55 WIB
Patung Kepala Naga dari Batu Pasir Berusia Ratusan Tahun Ditemukan di Taman Angkor Kamboja International
Jumat, 7 Oktober 2022 16:2:20 WIB
Tiga Ekonom Internasional Raih Hadiah Nobel Ekonomi 2022 International
Selasa, 11 Oktober 2022 12:41:19 WIB
Peng Liyuan serukan upaya global untuk meningkatkan pendidikan bagi anak perempuan International
Rabu, 12 Oktober 2022 8:34:27 WIB
Sekjen PBB Serukan Cakupan Sistem Peringatan Dini Universal untuk Bencana Iklim International
Sabtu, 15 Oktober 2022 8:59:46 WIB
Jokowi Puji Kepemimpinan Xi Jinping: Dekat dengan Rakyat, Memahami Betul Masalah yang Dihadapi Rakyat International
Senin, 17 Oktober 2022 13:29:21 WIB
Forum Pangan Dunia ke-2 Dibuka di Roma International
Selasa, 18 Oktober 2022 23:8:41 WIB
Australia Janji Pasok Senjata Buat Indonesia International
Jumat, 21 Oktober 2022 9:11:43 WIB
AS Pertimbangkan Produksi Senjata Bersama Taiwan International
Sabtu, 22 Oktober 2022 9:6:52 WIB
Pemimpin Sayap Kanan Giorgia Meloni Jadi PM Wanita Pertama Italia International
Sabtu, 22 Oktober 2022 11:57:58 WIB
Krisis Di Inggris Membuat Jutaan Warga Sengaja Tidak Makan Biar Hemat International
Minggu, 23 Oktober 2022 7:54:8 WIB
Gunung Kilimanjaro di Tanzania Dilanda Kebakaran International
Minggu, 23 Oktober 2022 15:24:53 WIB
Para Pemimpin Negara Ucapkan Selamat atas Terpilihnya Kembali Xi Jinping International
Senin, 24 Oktober 2022 11:47:39 WIB
Menlu ASEAN Akan Gelar Pertemuan Khusus di Indonesia Bahas Myanmar International
Senin, 24 Oktober 2022 16:57:17 WIB
Konser di Myanmar Berubah Menjadi Horor Saat Serangan Udara Militer Tewaskan Sedikitnya 60 Orang International
Selasa, 25 Oktober 2022 10:2:29 WIB