BEIJING, Radio Bharata Online - Otoritas siber Tiongkok pada hari Selasa mengeluarkan draf peraturan konten untuk kecerdasan buatan (AI), menyuarakan dukungan yang jelas untuk inovasi, promosi, dan aplikasi dalam algoritma dan kerangka kerja AI. Sementara itu, mereka juga menyerukan upaya untuk memastikan persaingan yang adil, karena para pemain industri domestik telah secara intensif meluncurkan layanan terkait, di tengah hiruk-pikuk ChatGPT di seluruh dunia.
Peraturan tersebut, yang terbuka untuk komentar publik hingga 10 Mei, dipandang sebagai pendorong bagi sektor AI yang sedang berkembang pesat di Tiongkok.
Peraturan ini mendorong perkembangan industri, sementara itu juga memastikan bahwa kemajuan pada alat yang signifikan tetapi bermata dua ini, tidak akan tergelincir di tengah meningkatnya kekhawatiran global.
Tiongkok mendukung inovasi independen, mempopulerkan dan mengaplikasikan, serta kerja sama internasional teknologi dasar, seperti algoritma dan kerangka kerja AI.
Menurut Cyberspace Administration of China (CAC) dalam rancangan peraturan yang dipublikasikan di situs webnya, hal ini juga mendorong prioritas penggunaan perangkat lunak, alat, komputasi, dan sumber daya data yang aman dan andal.
Peraturan dibuat untuk mempromosikan persaingan yang sehat dari aplikasi standar AI generatif.
Menurut rancangan peraturan tersebut, operator diminta untuk melapor kepada regulator, untuk tinjauan keamanan sebelum menyediakan layanan tersebut kepada publik, dan didesak untuk tidak menggunakan keuntungan seperti algoritma, data, dan platform untuk terlibat dalam persaingan yang tidak sehat.
CAC juga menjabarkan aturan dasar yang harus diikuti oleh layanan AI generatif, termasuk jenis konten yang boleh dihasilkan oleh produk ini, dengan mengatakan bahwa perusahaan harus memastikan keakuratan informasi, dan tidak menghasilkan informasi yang salah.
Kerangka kerja manajemen ini perlu diperkenalkan saat ini, karena semakin banyak perusahaan domestik yang meluncurkan layanan semacam itu, sementara risiko seperti kebocoran data, monopoli, dan masalah etika terus meningkat. (Global Times)