Selasa, 18 Juni 2024 13:54:22 WIB

Produsen Mobil Listrik Tiongkok Ingin Memperluas Pangsa Pasar di Norwegia
Ekonomi

Eko Satrio Wibowo

banner

Tore Fjellheim, CEO RSA BIL Oslo, sebuah diler di ibu kota Norwegia (CMG)

Oslo, Radio Bharata Online - Merek-merek kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) besar dari Tiongkok telah mempromosikan model-model terbaru mereka di Norwegia, berlomba-lomba untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar dari pasar yang sedang berkembang setelah kerajaan Skandinavia ini berjanji untuk menjadi negara pertama di dunia yang berhenti menjual mobil berbahan bakar fosil pada tahun depan.

Pada tahun 2023, pabrikan Tiongkok menguasai hampir 15 persen dari mobil yang baru dijual di Norwegia.

"Kami telah menjual banyak Maxus dan BYD di Norwegia. Dan JAC juga menjadi lebih baik sekarang. Jadi saya pikir sangat bagus dengan adanya mobil Tiongkok di Norwegia," kata Tore Fjellheim, CEO RSA BIL Oslo, sebuah diler di ibu kota Norwegia.

Di Norwegia, kendaraan listrik sudah menguasai lebih dari 90 persen pangsa pasar. Targetnya adalah untuk mencapai 100 persen penjualan mobil tanpa emisi pada tahun 2025.

Menurut pejabat kota Oslo, negara ini akan mendekati target ini meskipun tidak mungkin untuk memenuhinya secara penuh, sebagian karena jalan yang membentang ribuan kilometer melalui medan arktik yang berat.

"10 persen terakhir yang tidak membeli mobil listrik saat ini kemungkinan besar akan membeli hibrida plug-in, karena mereka memiliki jarak tempuh yang lebih jauh, mungkin kabin di pegunungan," ujar Sture Portvik, Manajer Mobilitas Elektro untuk Kota Oslo.

Masih butuh beberapa waktu sebelum jalanan Norwegia menjadi khusus untuk kendaraan listrik, namun negara ini tetap menjadi pemimpin dunia dalam adopsi kendaraan listrik, menempatkannya di depan negara-negara besar lainnya seperti Swedia, Belanda, dan Tiongkok.

"Akan ada beberapa (mobil berbahan bakar fosil). Namun, sejauh ini tahun ini kita berbicara tentang 3 persen diesel, 4 persen bensin, jadi bukan angka yang besar untuk mengatakannya," kata Portvik.

Komentar

Berita Lainnya

Krisis Ekonomi 1997 Kembali Bayangi Asia Ekonomi

Kamis, 6 Oktober 2022 13:29:54 WIB

banner